Wayang telah menjadi warisan yang tumbuh dan berkembang sejak zaman prasejarah pada masyarakat Jawa. Sampai sekarang, kesenian ini dapat bertahan melewati banyak zaman tanpa termakan oleh perkembangan budaya lainnya. Hal tersebut karena kisahnya yang diwarisi secara turun-temurun. Sebagai contoh, untuk melestarikannya , pemerintah telah melakukan kegiatan Pelindungan Bahasa dan Sastra yang berfokus pada Revitalisasi Wayang Beber di Gunungkidul, karena daerah ini masuk wilayah kerja Balai Bahasa Provinsi DIY.
Dikutip dari Kemendikbud, di tahun 2021 ini, Balai Bahasa Provinsi DI Yogyakarta Revitalisasi ini bertujuan untuk melindungi wayang beber agar tidak punah. Selain itu, revitalisasi wayang beber ini memiliki peran penting untuk menjaga sastra daerah tetap hidup, memperoleh kembali hubungan antara bahasa dan seni wayang beber melalui cara penutur mempertahankannya, menggiatkan kembali tradisi komunitas wayang beber, menemukan fungsi baru dari seni sastra wayang beber, dan memunculkan generasi baru yang mampu memainkannya.
Biasanya cerita wayang mengisahkan sosok kepahlawanan yang memiliki watak baik dalam menghadapi dan menumpas tokoh yang mempunyai watak jahat. Kisah-kisah pewayangan sangat kental pada budaya mitologi Hindu-Buddha yang kemudian berkembang lagi di Jawa. Kisah yang disajikan biasanya mengulas kehidupan tentang dunia dewa-dewi, manusia, dan kekuatan metafisik alam semesta yang saling bersinggungan.
Kisah yang terkenal di Indonesia di antaranya, Mahabarata, Lokapala, dan Ramayana. Kisah wayang tersebut menyajikan cerita seperti superhero, dengan jagoannya memiliki kemampuan yang sakti. Lalu, apa saja manfaat wayang bagi pengembangan warisan budaya?
Sebagai media pendidikan
Wayang dapat difungsikan sebagai pembelajaran budaya sekaligus pendidikan karakter yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Terutama para pelajar, karena sekolah merupakan tempat di mana generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Menjadi pemimpin yang baik, berani mengambil keputusan, dan tidak serakah. Sebagai contoh, silakan akses siniar (podcast) “Asal Muasal Pandawa dan Kurawa” Season 4 Episode 12 – Sengkuni yang licik.
Media kehidupan sosial
Cerita wayang memiliki banyak pesan-pesan baik di dalamnya. Pesan yang terkandung dalam pergelaran seni ini biasanya tentang keadilan, filsafat, psikologi, kepahlawanan, dan berbagai macam persoalan kehidupan lain yang menggambarkan tentang watak seperti di Season 4 Episode 8 – Rahasia Masa Lalu Supala dengan Sri Kresna.
Penghubung tradisi dan masyarakat
Wayang memiliki bentuk dan sikap yang biasanya dimiliki oleh manusia, oleh karena itu dapat digunakan sebagai media penghubung antara tradisi dan masyarakat. Di samping banyaknya manfaat mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, wayang menjadi sarana komunikatif untuk membantu dalam menyampaikan berbagai macam nilai yang terkandung dalam cerita wayang. Ceritanya sendiri memiliki berbagai pesan moral yang biasanya berkaitan dengan masalah kehidupan sosial di tengah masyarakat.
Media hiburan
Pada zaman sekarang, hiburan biasanya diperoleh melalui telepon genggam, televisi, dan radio. Padahal, dengan menonton pagelaran wayang, kamu bisa terhibur dengan sensasi spiritualnya.
Sebagai contoh seni wayang dengan aura spiritualnya di Desa Kedungmonggo, Jawa Timur. Keyakinan spiritual di desa tersebut sebagai penganut piwulang kawruh luhur yakni sebuah aliran kebatinan dalam pembuatan wayang. Hal ini kerap diiringi dengan doa-doa serta kemenyan dan asap dupa. Kegiatan ini bukan sebuah bidah, tapi cara untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan gaib di sekitar mereka. Para warga meyakini saat manusia mati maka roh-roh yang belum bisa bersatu dengan sang pencipta masih bergentayangan di muka bumi.
Ingin tahu lebih jauh mengenai kisah pewayangan ini? Yuk, dengarkan Podcast Drama Udara – Asal muasal Pandawa dan Kurawa, persembahan Motion FM part of KG Radio Network melalui Spotify atau klik langsung di bawah ini http://bit.ly/dradurS2E13-klasika.
Penulis: Zahra Fadhilah