Well-being atau kesejahteraan akhirnya menjadi topik yang paling sering diungkit ketika berbicara mengenai kesehatan mental. Bagaimana kita dapat mencapai “sejahtera”? Apakah sejahtera baru dapat kita capai saat kita mengalami perasaan bahagia?
Guna membantu orang-orang yang sedang dalam masa pencarian memaknai kesejahteraan, Growth Center by Kompas Gramedia bekerja sama dengan Klob mempersembahkan webinar dengan judul “Sejahtera, Tidak Melulu Harus Bahagia” pada Jumat, 19 Maret 2021. Tampil sebagai pemateri Indah Sundari Jayanti MPsi, psikolog yang juga pendiri lembaga biro psikologi Aditi Psychological Center.
Webinar secara garis besar memaparkan konsep sejahtera, mengategorikan tindakan-tindakan yang merupakan mitos ataupun fakta dalam dunia psikologi, serta memberikan tips sederhana untuk menjaga kesejahteraan psikologis.
Indah membuka acara dengan menanyakan kabar peserta dengan salah satu emoji. “Jika perasaan kalian berbentuk emoji, tulis emoji yang paling mendeskripsikan perasaan kalian saat ini di kolom pesan,” kata Indah.
Tidak hanya itu, Indah juga mempersilakan peserta untuk melakukan duduk diam sembari berfokus pada napas dengan metode 10 hitungan: 3 hitungan menarik napas, 4 hitungan menahan napas, dan 3 hitungan membuang napas. Bentuk permainan ini dibuat agar peserta lebih rileks dalam memahami materi-materi yang akan dibawakan sepanjang webinar berlangsung.
Apa itu kesejahteraan
Kesehatan mental bukan hanya tentang kebahagiaan, terdapat banyak aspek yang menjadi fondasi dari kesehatan mental. Aspek-aspek tersebut meliputi emosi, kognisi (pikiran), motivasi, dan kesejahteraan. Oleh karena itu, kesejahteraan psikologis merupakan salah satu aspek yang membuat diri kita sehat secara mental. Artinya, kebahagiaan tidak selalu menjadi patokan bahwa kesehatan mental kita telah berada di puncaknya.
Lalu, apa itu kesejahteraan psikologis? American Psychological Association (APA) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai keadaan di mana kebahagiaan dan kepuasan yang menunjukkan adanya kondisi kecil terhadap kondisi tertekan yang tidak tinggi, secara keseluruhan baik terhadap keadaan fisik dan mental, serta untuk kualitas yang baik bagi hidup.
Jadi, kesejahteraan tidak hanya membicarakan masalah mental, tetapi juga fisik. Seseorang dengan kesejahteraan psikologis yang baik mengenal aktivitas hidupnya yang dilalui dengan adanya fluktuasi atas pikiran dan perasaan, mulai dari yang positif hingga yang negatif.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan kesejahteraan psikologis. Pertama, penerimaan diri. Apakah sebagai manusia, kita mengetahui apa kekurangan dan kelemahan kita? Selanjutnya, apa kita dapat menerima kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kita tersebut.
Kedua, relasi positif dengan orang sekitar. Apakah kita bisa menempatkan diri kita dengan orang lain? Cara kita mencoba untuk memahami orang lain dengan membangun suatu koneksi baik dengan orang lain adalah indikator dalam karakteristik ini.
Ketiga, penyesuaian diri dengan lingkungan. Bila kita dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tekanan hingga dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan, kesejahteraan pun dapat meningkat.
Keempat adalah otonomi, yaitu kita sepenuhnya bertanggung jawab dengan diri sendiri tanpa menempatkan orang lain sebagai tempat bergantung.
“Kondisi tertekan jika kita respons secara positif, ternyata dapat memberikan dampak positif bagi kita. Respons positif tersebut dapat membuat kita sejahtera, membuat kita merasa terpenuhi secara batin, meskipun mungkin saat itu kita menghadapinya dengan penuh tantangan, usaha, dan kerja keras. Tetapi, setelah selesai, kita akan merasa lega,” jelas Indah.
Tips menjaga kesehatan mental
Cara kita dapat menjaga kesejahteraan psikologis kita tentu akan berdampak pada kesehatan mental kita pula. Indah memberikan beberapa tips menjaga kesehatan mental dengan cara yang sederhana. Namun, sebelum memulai pemaparannya, Indah memberikan peringatan bahwa respons setiap orang terhadap situasi berbeda-beda, tidak bisa disamaratakan. Oleh karena itu, tips berikut bukanlah sebagai acuan atau yang paling efektif untuk dapat dilakukan, tetapi tidak ada salahnya dicoba.
Beradaptasilah dengan segala situasi yang sedang dihadapi. Adaptasi ini dapat dilakukan dengan memahami kondisi yang sedang terjadi, mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap suatu situasi, berfokus pada solusi dari sebuah masalah, dan menghendaki perubahan supaya kita dapat menerimanya dengan mudah.
“Ketika kita tidak di keadaan yang menyenangkan, kita berkembang menjadi manusia yang lebih baik lagi,” tutur Indah.
Kemudian, saringlah informasi-informasi agar kita tidak banyak mengonsumsi informasi. Apabila Sobat Kogi kewalahan dengan salah satu topik berita, berhentilah sejenak dari membaca berita-berita tersebut agar tidak menjadi beban pikiran. Tidak apa menjadi tertinggal sebentar untuk kesehatan mental yang lebih baik.
Jangan lupa untuk melakukan aktivitas yang disukai. Jika sudah bosan, eksplorasi kegiatan-kegiatan baru agar merasa tertantang. Akan tetapi, jangan memaksa dirimu untuk dapat berhasil pada awal waktu. Jadikan kegiatan ini sebagai kegiatan yang menyenangkan tanpa ada tanggungan yang dimiliki.
Lalu, berilah batasan ruang terhadap ranah profesional dan ranah pribadi dengan mengatur ruang kerja. Hal ini berguna untuk mengondisikan secara psikologis kapan waktu bekerja serta kapan waktu untuk beristirahat. Mengatur ruang kerja dapat dilakukan dengan mengubah tata letak meja kerja atau menyingkirkan alat-alat kerja dari ruang pribadimu seperti tempat tidur dan memindahkannya ke meja kerja. Atur ruangan, barang, posisi, atau kondisi sedemikian rupa seperti saat sedang bekerja pada umumnya.
Terakhir, Sobat Kogi dapat melakukan latihan-latihan lainnya seperti menulis catatan harian. Catatan harian atau sering kali disebut journaling dapat memantau perkembangan kita dalam menyelesaikan masalah dan mengenali perasaan kita sendiri. Coba juga melakukan relaksasi dengan bermeditasi, fokus dengan pernapasan yang teratur sehingga dapat melupakan beban sejenak. Dengarkan pula musik-musik yang memiliki ritme nada pelan dan menyejukkan pikiran. Dengan mencoba hal-hal di atas, Sobat Kogi secara perlahan berada pada satu tingkat kesehatan mental yang lebih baik.
“Tidak apa-apa untuk kita merasa lelah, sedih, bosan, atau emosi-emosi lainnya. Kita tidak bisa untuk selalu bahagia. Karena pada dasarnya perasaan-perasaan tersebut adalah bagian dari emosi dasar manusia. Justru yang membuat kita menjadi manusia adalah ketika kita merasakan emosi positif dan juga emosi negatif kita. Dengan merasakan emosi-emosi tersebut, pada akhirnya kita akan mendapatkan kesejahteraan. Bila kesejahteraan diri sudah didapatkan, akan lebih mudah untuk menjaga kondisi kesehatan mental kita,” tutup Indah.
Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!
Penulis: Jihan Aulia Zahra, Editor: Sulyana Andikko.
Baca juga : Tambah Penghasilan dengan Aktif menjadi Jurnalis Warga