Sebagai acuan untuk mendapatkan berita terkini dan kredibel, media konvensional masih dipercaya untuk menyajikan berita. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sebuah berita datang tidak hanya dari sebuah media konvensional.

Terbatasnya sumber daya manusia dengan berbagai macam kejadian di banyak tempat membuat jangkauan menjadi tidak terambil alih. Bantuan dari warga setempat untuk melaporkan kejadian kepada media konvensional menjadi salah satu alternatif yang digunakan agar berita tetap terus diperbarui.

Sehubungan hal itu, Kognisi mengadakan Elective Class: Citizens Journalism 101 yang dibawakan oleh Syahnanto Noerdin, News Network Content Producer Kompas TV, untuk memberi pengetahuan baru bagaimana menjadi jurnalis warga yang tepat. Kelas diselenggarakan selama 2 hari pada 9 Februari 2021 dengan tema besar “Etika Jurnalisme Warga” dan 10 Februari 2021 dengan tema “Cara Memonetisasi Berita dari Menjadi Jurnalis Warga”.

Jurnalisme warga membantu media konvensional dalam memberitakan sebuah perkara dengan cepat, tanpa adanya batas tempat dan waktu. Aktivitas jurnalisme warga pun telah banyak dilakukan tidak hanya untuk media konvensional, tetapi juga media sosial. Kehadiran internet telah menjadikan era ketika semua orang bisa menjadi jurnalis.

Anto mencontohkan, “Ketika mengalami kemacetan di jalan, kita dapat memberikan berita ini di media sosial sehingga orang yang melihat konten di media sosial tersebut dapat mengetahui kemacetan tersebut. Lebih jauh atau bahkan terbantu untuk mencari jalan alternatif lain demi menghindari macet.”

Hal ini merupakan salah satu bagian dari jurnalisme warga. Selain itu, apabila kita dapat menjadi kontributor untuk media konvensional, sangat mungkin bagi kita untuk mendapatkan kompensasi atas berita yang telah kita bagi. Selain kompensasi berupa uang, nama sang kontributor akan terpampang sebagai tanda bahwa berita ini dibuat oleh kontributor.

Jurnalisme Warga

Pada dasarnya, jurnalisme warga adalah aktivitas ketika individu (non-jurnalis) mengambil peran aktif dalam proses mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, serta menyebarluaskan berita dan informasi. Jurnalisme warga memiliki banyak praktiknya.

“Sebut saja blogging berbasis peristiwa aktual, berbagi foto dan video peristiwa aktual, serta berkomentar saksi mata tentang suatu peristiwa terkini adalah bagian dari jurnalisme warga. Selain itu, ketika peristiwa besar terjadi, beberapa saat setelah kejadian akan tersebar foto, video, atau informasinya di media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube. Foto, video, dan informasi yang tersebar itu juga merupakan praktik dari jurnalisme warga,” papar Anto.

Jurnalisme warga sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan membuat berita yang paling umum, yakni dengan 5W + 1H (what, when, where, why, who, dan how). Tetapi yang membedakan jurnalisme warga dengan profesional adalah pada jurnalisme warga, unsur why (kenapa) dan how (bagaimana) tidak diwajibkan. Kebutuhan akan berita yang cepat menjadi prioritas dari jurnalisme warga. Selama unsur aktual, faktual, dan menarik, sebuah berita dapat dijadikan sebagai jurnalisme warga.

Anto menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip paling dasar dalam membuat berita pada jurnalisme warga, yakni: keakuratan, ketelitian, transparansi, kejujuran, dan ketidakberpihakan. Namun pada poin terakhir, Anto menambahkan pesan bahwa seorang jurnalis, profesional maupun non-profesional, haruslah menjadi orang yang haruslah berpihak kepada rakyat.

“Banyak bentuk berita yang dapat ditulis oleh jurnalis warga. Peristiwa di lingkungan sekitar, catatan perjalanan atau catatan harian yang menarik, pengalaman dalam menggunakan produk atau jasa, opini atau tanggapan dari sebuah berita atau isu yang sedang hangat, dan karya fiksi,“ tambah Anto.

Untuk menyebarluaskan tulisan berita, Anto memberikan beberapa saran untuk menyebarkannya lewat blog, media sosial, dan konten video di YouTube. Semakin banyak orang yang melihat hasil jurnalisme warga yang dibuat, semakin baik pula nama yang akan didapatkan di bidang jurnalisme.

Monetisasi

Tidak sekadar menyebarluaskan berita, para jurnalis warga juga mendapatkan kesempatan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah di bidang ini. Wah, bagaimana caranya? Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah memilih media yang tepat untuk menetapkan berita jurnalistik yang telah kita buat. Setiap media memiliki aturan berbeda mengenai kompensasi terhadap kontributor mereka.

“Oleh karena itu, pahami betul media yang ingin dituju, bagaimana aturannya, dan apa saja syarat tulisan atau konten yang berlaku pada media tersebut. Misalnya beberapa contoh situs jurnalisme warga yang cukup populer di Indonesia: Plimbi, Kompasiana, Rubik, Indonesiana, dan Pasang Mata. Tidak menutup kemungkinan ada situs-situs lain yang menampung karya dari jurnalisme warga,” imbuhnya.

Namun, ingat, ada etika jurnalistik yang mengintai jurnalis profesional maupun non-profesional. Tidak banyak non-profesional yang mengetahui mengenai etika-etika tersebut. Maka Anto menutup dengan kalimat “Ini tentu menjadi sebuah pekerjaan bagi redaktur untuk memeriksa setiap tulisan yang diberitakan dalam media mereka agar tidak menyalahi kode etik jurnalisme. Jurnalisme warga memiliki tingkat anarki informasi yang cukup tinggi terkait dengan akurasi, pemalsuan penyampaian informasi, dan lain-lain,” ujarnya.

Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung mengunjungi akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!

Penulis: Jihan Aulia Zahra, Editor: Sulyana Andikko.