Perjalanan memungut benda-benda seperti furnitur atau mebel lawas ibarat tengah menjalani laku batin penuh hayat. Bila kita termasuk orang yang gemar melakukannya, niscaya kita akan menjelajah lantas menelaah setiap arah dan daerah untuk menemukan perabotan klasik semacam lemari, bufet, dipan, meja, ataupun kursi.

Setelah mendapatinya, kita lantas memoles mebel-mebel tersebut hingga kembali berwajah. Ada jalinan yang saling berkelindan dalam laku “pencarian” ini. Adakalanya kita perlu merawat kesabaran, ketekunan, dan membiarkan tunas etos bertumbuh.

Laku “mencari” dan “menemukan” untuk kemudian merestorasi mebel lawas itulah yang juga ditekuni oleh Bayu Aji Wisnugroho (45), pemilik industri rumahan perabotan lawas berjuluk Lelaku Kayu. Saat ditemui di tempat usahanya di bilangan Jalan Janti, Yogyakarta, Aji mengaku ketertarikannya terhadap mebel lawas awalnya cuma untuk “memeluk pucuk semangat agar jiwa dalam badan tak menjadi lapuk, remuk, dan ambruk”.

“Biar ndak cepat pikun, mas. Merestorasi mebel lawas itu perlu pikiran yang fokus, tangan yang ‘usil’, dan ulet biar mendapat detail yang paling bagus,” katanya, Minggu (12/2/2023).

Dari ikhtiar menjemput dan menjumput beragam perabotan lama ini, Aji mengatakan benda antik selalu mengandung isyarat yang mampu memantik ingatan siapapun pada kenangan akan suatu episode waktu yang pernah dilaluinya. Ingatan yang melayang melintasi zaman.

“Perputaran waktu di masa kini itu, kan, serasa digas sehingga terasa sangat cepat berlalu. Dan setiap zaman memberikan khazanah permebelan yang khas. Bagi mereka yang ingin mengenangnya, memiliki mebel lawas itu menjadi semacam klangenan atau sesuatu yang menjadi kegemaran karena bernilai istimewa,” ujar Aji.

Maka adakalanya gaya estetika menjadi penanda sebuah masa. Simaklah langgam Dutch colonial yang dipengaruhi Art Nouveau dan menjadi penanda gaya era 1900-an. Atau, artdeco yang kental memberi aksen pada kisaran 1920-an. Tak ketinggalan simpelnya gaya jengki (dari kata Yankee) yang konon merupakan gaya desain yang lahir di Indonesia era 1950-an.

Tentu jangan lupakan betapa apik dan bersahajanya corak mebel Nusantara, mulai dari Betawi, Cirebon, pesisir Jawa, hingga Madura. Yang karakter setiap daerahnya memberikan aksen dan keindahan yang mengabarkan tentang suatu makna.

Serat cantik kayu jati

Lelaku Kayu, kata Aji, sengaja membawakan mebel lawas berbahan kayu jati. Jenis kayu ini semenjak dahulu telah diakui menjadi bahan andalan untuk memproduksi mebel. Jati menguarkan atmosfer keindahan juga ketangguhan.

Pendiri Lelaku Kayu Bayu Aji Wisnugroho

“Dari apa yang disajikan oleh alam inilah, manusia memanfaatkan hasil buminya berupa kayu untuk kemudian dieksplorasi menjadi perabotan mebel yang menunjang kehidupan. Padu-padan antara ide, terapan teknologi, dan pengalaman membuat manusia mempelajari seluk-beluk dan karakter kayu, cara mengolahkan pada tahap awal sampai memberi sentuhan di pengerjaan akhir. Dari pengalaman manusia mengolah kayu selama ratusan tahun itulah, kemudian ditengarai bahwa kayu jati merupakan bahan premium untuk membuat mebel,” jelas Aji.

Selain memiliki serat yang cantik, lanjut Aji, kayu jati dikenal kuat “tahan banting” tatkala berdinamika dengan cuaca, bahkan yang ekstrem sekalipun. Kayu jati juga mengandung minyak yang membuat rayap dan jamur enggan merabanya.

Semakin tua, kandungan minyak kayu jati dipercaya semakin banyak sehingga membuatnya kian kuat dan awet. Oleh sebab itu, sampai hari ini, kayu jati masih menjadi bahan idaman untuk membuat beraneka produk mebel.

“Penggemar mebel kayu jati itu saya lihat masih sangat banyak, ya. Apalagi dengan model-model lama. Sekarang banyak resto atau kafe yang diminati anak muda tapi di dalamnya menghadirkan mebel lawas untuk meja dan kursinya,” ujar Aji.

Mebel Nusantara memiliki kekayaan model yang beragam rupa dengan durabilitas produk yang tak perlu diragukan. Dengan semangat reuse and recycle, Lelaku Kayu mengetengahkan mebel lawas yang telah dipoles ulang tanpa mengubah bentuk aslinya.

“Lelaku Kayu berupaya memberikan inspirasi dan referensi bagi siapa saja yang menginginkan kembali suasana vintage pada ruangan. Pilihan pada peraboran bergaya lawas menjadi sebuah syarat bagi mereka yang berkehendak mengenang dan meminang masa silam sebagai klangenan,” tutup Aji. [*]

Baca juga: 5 Tips agar Furnitur Tidak Berjamur