“Agustus nanti saya mau komunikasi kembali dengan Oi,” kata Iwan Fals kepada Klasika Kompas, Jumat (27/1/2023) siang. Legenda hidup musik Tanah Air ini mengajak Klasika Kompas menyantap makan siang sembari ngobrol tentang apapun di sebuah rumah makan Padang di bilangan Sunter, Jakarta Utara.

Iwan tak lagi muda, tapi semangat dan pikirannya tatkala bicara tentang situasi sosial kekinian selalu menyala. Siang itu, Iwan banyak bicara tentang lingkungan, anak muda, Oi, hingga gambaran karakter pemimpin yang menurutnya oke.

Tentang rencananya untuk berkomunikasi kembali dengan Oi nanti, Iwan mengaku memang selama dua tahun ini ia pasif dulu. Oi adalah organisasi masyarakat yang mewadahi para penggemar Iwan Fals.

Pada 2017, Iwan pernah mengungkapkan bahwa Oi pada dasarnya adalah silaturahmi antarmanusia. Oi ingin mengingatkan dan memelihara kasih sayang tanpa pamrih. Oi itu seperti kalau kita memanggil seseorang, “Oiii…,” meski belum mengenalnya. Lebih sebagai seruan untuk berbuat kebaikan.

“Saya bilang ke anak-anak Oi, dua tahun ini saya break dulu. Saya cuma nggak ikut kegiatannya Oi dulu. Oi ini, kan, konkret kegiatannya,” kata Iwan.

Memasuki tahun politik seperti saat ini, lanjut Iwan, para anggota Oi biasanya menjadi lebih sibuk. “Padahal Oi tidak akan masuk area politik, ya. Ada masa di mana orang-orang politik butuh suara, teman-teman Oi kadang ingin ikut tapi nggak boleh secara AD/ART. Saya kadang-kadang juga mengingatkan mereka nggak boleh lho kalau masuk politik. Tapi, ya, dinamika organisasi di lapangan itu juga macam-macam.”

Iwan juga mengaku bahwa tokoh-tokoh politik Tanah Air saat ini sudah “melindungi” dirinya. Dalam arti, mereka tidak berusaha menggeret Iwan untuk meramaikan hiruk-pikuk situasi politik nasional.

“Secara pribadi tentu saya punya pilihan, dan ini rahasia. Dan saya lihat orang-orang politik sekarang justru ‘menjaga’ saya agar nggak diseret-seret masuk ke arena politik. Mereka tetap menjaga saya agar berdiri di atas semua golongan,” ujar Iwan sembari terkekeh.

Klasika Kompas pun menjadi penasaran tentang gambaran pemimpin yang menurut Iwan Fals cocok untuk situasi sosial secara umum dewasa ini. “Saya membayangkan seperti Jose Mujica, boleh juga tuh,” jawab Iwan.

Presiden termiskin di dunia

DOK SHUTTERSTOCK/FEDERICO GUTIERREZ

Jose Mujica adalah Presiden ke-40 Uruguay yang menjabat pada Maret 2010 hingga Maret 2015. Lansia bernama lengkap Jose Alberto Mujica Cordano ini lahir di Montevideo pada 20 Mei 1935.

Mujica muda adalah gerilyawan yang akrab dengan gerakan perlawanan. Saat Uruguay berada dalam cengkraman kediktatoran pada 1970 hingga 1980-an, Mujica menjadi salah satu gerilyawan kelompok Tupamaros. Ia pernah merasakan terjangan timah panas, ditangkap, dan dipenjara 14 tahun lamanya.

Berstatus tahanan politik yang dibebaskan pada 1985, Mujica meneruskan karier politiknya dengan bergabung pada Partai Utama yang berhaluan kiri. Setelah beberapa tahun menjadi senator, Mujica terpilih menjadi Presiden ke-40 Uruguay pada 1 Maret 2010.

Kondisi kehidupan Mujica di masa kanak-kanak yang serba sulit, ditambah keadaan negerinya yang keras selama masa kediktatoran, dianggap memberi sumbangan terhadap cara pandang dan gaya hidupnya.

Selama menjadi Presiden Uruguay, Mujica memilih hidup bersahaja. Gajinya saat itu sebagai presiden berkisar Rp 174 juta. Sebesar 90 persen dari gaji ini, ia sumbangkan untuk orang-orang miskin.

Ia juga menolak tinggal di istana kepresidenan berikut dengan pasukan khusus untuk mengamankannya. Mujica lebih memilih tinggal di rumah tuanya di ladang pertanian bersama sang istri, Lucia Topolansky, dan sebuah mobil VW kodok buatan 1987. Penjaganya pun hanya dua orang polisi ditambah beberapa ekor anjing peliharaannya.

Saat menjabat sebagai presiden, pria berjuluk “El Pepe” itu membangun aliansi dengan sejumlah negara sahabat untuk meningkatkan pengaruh dan posisi tawar secara diplomatik, serta mendongkrak perdagangan di kawasan tersebut.

Dari gaya hidupnya yang nyentrik, dermawan, dan sangat sederhana itulah, Mujica mendapat gelar “presiden termiskin di dunia”. Pada 2012 kepada BBC, Mujica pernah berkata, “Dengan sedikit harta, stres pun akan berkurang. Ini adalah pilihan yang bebas.”

Kembali pada obrolan Klasika Kompas bersama Iwan Fals, ia berpesan agar anak-anak muda saat ini tidak melulu menghabiskan waktu dengan gawainya. Demi lingkungan hidup yang ia sebut sebagai “semesta kecil”, Iwan mengajak anak-anak muda untuk segera merawat alam.

“Jangan hanya rebahan terus. Bisa membuat otot-otot kita mengecil. Segera bangun, pelihara alam sebab itulah masa depan kalian dan anak-cucu kalian,” ujarnya.

Baca juga: Membangun Kecerdasan Emosional Pemimpin