Kampanye ‘woman support woman’ sering digencarkan oleh aktivis perempuan di media sosial.
Akan tetapi, ada pula perilaku perempuan yang justru tak mencerminkan kampanye ini. Faktanya, banyak perempuan yang enggan untuk mendukung satu sama lain.
Mereka juga saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sampai lupa cara menghargai perempuan lainnya. Dalam siniar Semua Bisa Cantik bertajuk “Marshanda, Cantik itu Mengasihi”, disebutkan bahwa Marshanda, aktris ternama, pernah berkata dalam unggahan Instagramnya,
“Cantik itu adalah bagaimana kita mengasihi, menerima, mendukung, memaafkan, mencintai, dan memahami diri sendiri serta orang-orang terdekat kita.”
Bahkan, Marshanda juga dulu pernah menerima perilaku tidak menyenangkan dari sesama perempuan. Melansir beberapa sumber, ternyata ada beberapa alasan mengapa perempuan sering kali bersikap keras pada perempuan lainnya.
-
Iri
Alasan utama perempuan enggan mendukung sesamanya adalah sifat iri. Ketika ada yang lebih sukses dan cantik sementara kita belum berhasil melakukan sesuatu, otomatis akan memicu perasaan iri.
Bahkan, terkadang ada juga yang menyampaikan ucapan selamat. Akan tetapi, setelah itu, mereka membicarakan keburukannya di belakang.
Alih-alih iri dan membicarakannya di belakang, kita bisa meminta saran dan kiat-kiat agar bisa sukses sepertinya.
-
Ingin Menjadi yang Berbeda
Selain ingin memiliki pencapaian yang serupa, seorang perempuan ingin merasa spesial atau biasa dikenal sebagai pick me girl.
Saat ada perempuan lain yang melakukan hal-hal mainstream, kita justru mengomentarinya dengan nada negatif. Bahkan, ada perasaan lebih unggul karena selera kita unik dan tak biasa.
Padahal, setiap orang memiliki selera masing-masing dan kita tak boleh menghakiminya. Menyukai hal-hal yang mainstream bukan suatu kesalahan, begitu pula sebaliknya.
-
Queen Bee Syndrome
Melansir The Atlantic, perempuan yang mengalami sindrom ini lebih senang bersikap maskulin sehingga ia akan membuat diri mereka lebih kuat dibandingkan perempuan lainnya.
Diketahui sindrom ini muncul karena perilaku seksis yang kerap menimpa perempuan. Perempuan dianggap lebih mementingkan emosi dibandingkan logika. Hal ini lantas membuat perempuan terkesan lemah daripada laki-laki.
Mereka pun akan berperilaku layaknya pria untuk menunjukkan ketangguhan. Meskipun begitu, terkadang ada penderita sindrom ini yang justru mengolok-ngolok perempuan lainnya.
Padahal, jika digunakan dengan tepat, sesama perempuan bisa saling membantu satu sama lain saat terjadi sesuatu. Dengan ketangguhannya, penderita sindrom ini bisa meyakinkan perempuan yang sedang terpuruk untuk bangkit kembali.
-
Ada Trauma Masa Lalu
Trauma bisa berdampak pada siapa saja, termasuk sesama perempuan. Saat teman perempuan kita merasakan kebahagiaan, kita justru sedang terpuruk.
Lebih tepatnya adalah trauma masa lalu. Alih-alih mengucapkan hal-hal baik, kita justru memproyeksikan rasa trauma itu terhadap orang lain.
Perempuan itu justru rentan dimarahi karena apa yang dilakukan dianggap memicu timbulnya rasa trauma.
Padahal, hal tersebut bersifat personal. Kita tak bisa memaksakan seseorang harus bertindak seperti apa. Maka dari itu, cobalah untuk mengatur hal-hal yang bisa dilakukan daripada lelah-lelah mengurusi orang lain.
Dengarkan informasi lainnya seputar dunia kecantikan hanya melalui siniar Semua Bisa Cantik bertajuk “Marshanda, Cantik itu Mengasihi” di Spotify. Tak hanya itu, ada pula pengetahuan seputar skincare yang wajib kita tahu.
Tunggu apalagi? Yuk! Segera dengarkan sinarnya agar kita tak tertinggal tiap ada episode terbaru!
Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri