Pernahkah kita dipimpin oleh pemimpin yang secara operasional kuat, dengan kontrol kerja yang bagus, tapi tidak banyak bersuara bila bertemu dengan orang luar, dan tidak menonjol dalam pertemuan-pertemuan? Atau, pemimpin yang  mempunyai kinerja yang baik dan nyata, selalu berprestasi, tetapi sering terkesan tidak bisa dipegang janjinya, dan bila ditanya mengenai keadaan itu, langsung berkilah dan membela diri?

Di lain pihak, ada pemimpin yang tanpa kita sadari kita kagumi karena selalu membangkitkan semangat, selalu kita percaya dan memberi arahan yang jelas sehingga banyak dari kita terinspirasi olehnya. Jadi, memang ada perbedaan dalam karakteristik pemimpin-pemimpin ini. Ada yang menginspirasi, ada juga yang tidak. Dan, ada pengikut yang beroperasi di dalam kelompok dengan atau tanpa inspirasi pemimpinnya.

Menghadapi era VUCA dengan kompleksitas dan perubahan yang demikian cepat, pengawasan melekat untuk memastikan setiap orang bergerak sesuai perintah, rasanya justru malah membuat organisasi lambat berespons terhadap perubahan. Dengan kompleksitas saat ini, tugas pemimpin bukan lagi membuat keputusan yang bisa jadi sangat terlambat bila ia diharapkan oleh pengikutnya untuk memberi arahan sesaat.

Kita perlu membuat tim bergerak sesuai inspirasi yang diberikan pemimpinnya. Kita melihat bagaimana pemimpin besar dunia menginspirasi ribuan, bahkan jutaan rakyat untuk bergerak membuat perubahan. Mahatma Gandhi menginspirasi bangsanya untuk memerdekakan diri dari Inggris dengan prinsip jalan damai dan tanpa kekerasan.

Meskipun menghadapi rintangan besar dan penganiayaan, dia terus melanjutkan perjuangannya dengan tekad yang kuat dan tanpa kehilangan kepercayaannya. Dengan komitmennya itu, ia menginspirasi jutaan rakyatnya untuk mengikuti ajarannya, bahkan sampai berpuluh tahun kemudian.

Pada zaman VUCA seperti ini, organisasi dengan pemimpin inspiratiflah yang kuat bertahan. Inspirasi berbeda dengan motivasi. Memotivasi berarti mendorong orang lain untuk mencapai tujuan spesifik. Sementara dalam menginspirasi, kita mengubah cara seseorang berpikir dan melihat dirinya sampai mereka ingin mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyukseskan perubahan. Inspirasi menyentuh nilai dan hasrat pribadi individu.

Menjadi inspirasi

Tidak semua pemimpin menyadari bahwa kualitas dirinya sangat dipandang oleh anggota timnya. Cara bicara, apa yang ia lakukan, dan apa reaksinya ketika menghadapi tekanan, semuanya diperhatikan oleh pengikutnya. Pengikut bersiap mencontoh tingkah laku atasannya, terutama reaksi-reaksi yang dianggapnya berguna.

Kita melihat bagaimana para pengikut mencontoh gaya berpakaian, gaya berbicara, selera dari orang yang menjadi inspirasinya. Jadi, bagaimana dengan pemimpin yang tidak setara dengan kehebatan pemimpin-pemimpin dunia dapat menginspirasi orang lain? Dari mana kita memulainya?

Kita harus ingat bahwa modal terkuat untuk menginspirasi adalah diri sendiri. Pemimpin yang menginspirasi menjadikan dirinya, kisah hidupnya sebagai modal utama. “Vulnerability, humor, and humility allows audiences to see you as human and thus be inspired by you.”

Apa yang melatarbelakangi sampai kita memiliki komitmen tinggi terhadap tujuan yang kita canangkan? Bagaimana perjuangan yang kita lakukan untuk berusaha mewujudkannya? Kemiripan kisah jatuh bangun yang dialami hingga lesson learned yang didapatkan akan membuat pengikut merasa memiliki “hubungan” yang kuat dengan pemimpinnya ini, karena menampilkan sisi manusiawi pemimpin.

Banyak pemimpin yang tidak bisa didekati karena tampak sibuk atau terlalu pintar sehingga kesenjangan dengan pengikut terlalu besar. Pemimpin seperti ini sulit menginspirasi pengikutnya. Dengan menunjukkan bagaimana seorang pemimpin memperbaiki dirinya, meminta maaf atas kesalahannya, dapat membuat bawahan lebih mengenal pemimpinnya.

Pemimpin yang menginspirasi justru tidak menyombongkan diri bahwa ia lebih baik dari yang lain. Yvon Chouinard, pemilik dan pendiri perusahaan pakaian pendaki gunung Patagonia, membiasakan diri makan di kantin karyawan dan membayar seperti layaknya karyawan biasa.

Ia menunjukkan bahwa ia tidak berbeda dari yang lain. Satu-satunya perbedaan adalah keyakinannya terhadap nilai yang dijunjungnya. Hal ini kemudian dipanut pengikutnya. Bahkan cerita tentang dirinya pun menyebar ke seluruh dunia.

Setiap orang memiliki kisah hidupnya sendiri. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita menelaah dan mengolah autentisitas kehidupan kita hingga menjadi kisah yang dapat menumbuhkan empati orang lain hingga menyentuh mereka untuk berubah. Berikut beberapa hal yang dapat kita cermati.

Pertama, memastikan apakah sosok diri kita memang pantas menjadi inspirasi dan ditiru orang lain. Karakter-karakter positif apa yang dimiliki sehingga kita pantas menjadi sosok yang inspiratif? Cara hidup Mahatma Gandhi yang sederhana, komitmen, dan disiplin tingginya menjadikan Gandhi benar-benar menginspirasi para pengikutnya.

Dalam suatu perjalanan dengan kereta ke Darjeeling, gerbong yang dinaiki Gandhi terputus dari mesinnya sehingga gerbong itu bergerak mundur. Semua orang di gerbong panik, sementara Gandhi yang saat itu sedang mendiktekan tulisan kepada asistennya tetap tidak teralihkan perhatiannya. Asistennya pun berkata, “Bapak, kita mungkin tidak hidup. Kita berada di antara hidup dan mati.” Gandhi menjawab, “Jika kita mati, kita mati. Namun, jika kita diselamatkan, kita akan membuang banyak waktu! Ayo, lanjutkan pekerjaan.”

Kedua, bagaimana kita berkisah mengenai kegagalan yang pernah kita alami. Membuka diri mengenai pengalaman kegagalan kita membuat para pengikut bisa terhubung dan merasa intim dengan pemimpinnya. Bila dalam cerita itu digambarkan bagaimana kita bangkit dari keterpurukan dan memenangkan situasi, para pengikut akan melihat bahwa cerita heroik tidak hanya terjadi dalam dongeng, tetapi juga dapat diwujudkan oleh manusia biasa.

Tentunya tidak semua kegagalan yang kita alami dapat berujung pada kemenangan. Namun, hal ini bisa menjadi cerita yang inspiratif, bagaimana kita belajar menerima kegagalan tersebut dan berdamai dengan diri sendiri. Hal ini juga akan membantu pengikut untuk lebih terbuka menerima proses pembelajaran.

Menginspirasi juga berarti kita percaya pada kemampuan tim untuk mengambil keputusan. Kita memberi kebebasan kepada mereka untuk memilih apa yang terbaik menurut mereka sehingga kreativitas dan inovasi untuk menghadapi tantangan perubahan dapat terus terjaga. Menjadi sumber inspirasi merupakan sebuah proses pertumbuhan dan penemuan diri.

“Jadilah perubahan yang ingin Anda lihat di dunia.” 

Gandhi

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM