Memilih hunian tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak faktor yang melatarbelakangi pilihan. Tidak hanya berkaitan dengan budget, tetapi juga melibatkan faktor emosi dan pikiran. Salah satu jenis hunian yang digandrungi adalah apartemen.

Kompas edisi 30 Januari 2018 memaparkan, saat ini  generasi milenial (generasi yang lahir pada 1980-1999) memandang rumah tidak sekadar hunian, tetapi juga menjadi aset yang sewaktu-waktu bisa disewakan atau dijual. Tak heran, bila generasi milenial menggemari apartemen atau rumah susun.

Cara pandang inilah yang diakui pasangan Irvine Prisilia (36) dan Apiwat Pattalarungkhan (40). Keduanya adalah pekerja kreatif yang bermukim di Bangkok, Thailand. Meski tak berdomisili di Jakarta dan memiliki segudang aktivitas di Bangkok, keduanya tetap memilih untuk memiliki apartemen di Jakarta.

Lokasi strategis

Irvine mengemukakan alasan bahwa apartemen miliknya berfungsi untuk kemudahan keluarga yang tinggal di Jakarta. “Semisal, ibu atau adik saya ada acara penting di tengah kota, mereka bisa tinggal di situ untuk menghemat waktu perjalanan,”ujarnya.

Ia menambahkan, pilihannya pada hunian berbentuk apartemen terutama juga karena faktor lokasi. “Jakarta dan macet tentu sudah tak perlu dibahas. Rumah orangtua saya berada di lokasi yang cukup jauh dari tengah kota sehingga selama ini saya sudah kenyang merasakan yang namanya ‘tua di jalan’.”

Sementara itu, Apiwat turut berpendapat bahwa apartemen milik mereka dapat menjadi aset investasi. Ia mengatakan bahwa dirinya dan pasangan memiliki impian memiliki hostel. Niat itulah yang mulai ia wujudkan dengan menyewakan apartemen tersebut di Airbnb.

Apartemen milik Apiwat dan Irvine tersebut berlokasi di Jl MT Haryono, Jakarta Timur. Alasannya memilih di kawasan itu karena masih berada di antara kawasan yang masih terus berkembang (Jakarta Timur) dan yang sudah hampir sepenuhnya berkembang (Jakarta Pusat).

Comfortable living

Apartemen yang apik, di mata Apiwat dan Irvine, tentu yang bisa memberikan nilai lebih. Selain karena lokasi strategis, tapi juga disokong fasilitas lengkap. Apiwat menerangkan bahwa dia cukup puas dengan fasilitas yang ada di apartemennya. Fasilitas lengkap itu berupa kolam renang dengan jacuzzi, playground, gym, mini mart, ATM, laundry, dan restoran.

Menurut pria yang gemar menekuni hobi street photography, jalan-jalan, dan membaca ini konsep interior yang ditekankan dari kedua unit apartemennya adalah comfortable living. Setiap desain ditujukan untuk membuat apartemennya terasa nyaman dan betah untuk dihuni.

Konsep lainnya yang direpresentasikan dari hunian apartemen Apiwat bersama sang istri adalah “put others heart into ours.” Inilah sebuah frase Thailand yang diyakini mampu memahami atau berempati dengan orang lain. “Karena akan menyewakan apartemen kami, maka sebisa mungkin kami memahami apa kebutuhan saat mereka tinggal, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang,” tukas Apiwat.

Kreativitas tentu menjadi bekal utama untuk menentukan inspirasi saat mendesain apartemen. Untuk itulah pasangan tersebut menggali ide dari pengalaman tinggal di apartemen dan membangun rumah mereka sendiri. Karena hobi keduanya adalah membaca, inspirasi juga banyak didapatkan dari hasil penelusuran di situs web Apartment Theraphy.

Tantangan membuat apartemen mungil menjadi nyaman dihuni, adalah dengan memaksimalkan ruangan yang ada. Irvine kembali bercerita bahwa mereka memulai mencari inspirasi desain interior dari Jepang dan Muji yang minimalis, modern, dan bermain dengan negative space.

Perempuan mungil ini menuturkan, ”Mengingat space apartemen yang super mungil, kami memaksimalkan setiap furnitur sehingga memiliki beberapa fungsi. Tujuannya, agar semua barang tersimpan rapi dan tidak berantakan.”

Apiwat juga menjelaskan jika permainan elemen warna putih pada interior apartemen ditujukan untuk memaksimalkan negative space. “Di sisi lain, kami masukkan elemen kayu untuk memberi kesan luas, natural, dan terang, tetapi juga homey. Dan, sebisa mungkin meminimalisasi desain furnitur sehingga dapat memberi ruang untuk sentuhan personal penghuni,” terangnya.

Human aspect

Ada banyak kendala dan tantangan yang dihadapi saat mendesain ulang apartemen. Irvine menyatakan, tantangan utama yang dihadapi adalah arsitektur kamar apartemen yang kurang mempertimbangkan human aspect. Oleh karena itu, mereka perlu banyak melakukan perombakan dan penambahan agar apartemen menjadi nyaman dihuni.

Untuk pengerjaan interior desain, Irvine dan Apiwat mempercayakan Intereka Bangun yang cukup berpengalaman mengerjakan desain interior di banyak apartemen di Jakarta.

Kini, keduanya mengaku cukup puas dengan perombakan interior yang ada. “Kami cukup senang dan puas, mengingat kondisi awal apartemen yang cukup ‘menantang,’ kini dengan desain interior yang telah dikerjakan, kami merasa apartemen ini enak untuk ditempati. Apalagi kami telah tinggal di apartemen sejak 2008 sehingga menjadi cukup paham, apa saja kendala dan kebutuhan untuk merasa nyaman tinggal di apartemen,” pungkas Apiwat. [AJG]

 

 

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 31 Januari 2018