Ada yang serius, formal, ada yang memiliki suasana seperti kampus dengan kelompok-kelompok yang semangat berdiskusi sambil sesekali berteriak atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Bila kita membandingkan mana yang lebih baik, banyak ahli mengatakan bahwa teams that grin together win together karena rasa bahagia dapat memicu dopamin yang dampaknya membuat otak menjadi lebih kreatif dan termotivasi untuk mencapai prestasi.
Humor dapat mengatasi stres. Stres kronis dapat menyebabkan ketegangan otot, tekanan darah tinggi, dan penurunan kekebalan tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa tertawa dapat mengendurkan otot, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.
Humor dalam dunia profesional
Seorang ahli perilaku Jennifer Aaker dan ahli strategi korporasi Naomi Bagdonas mengungkapkan, humor adalah aset perusahaan yang sering dipandang sebelah mata. Dalam presentasi mereka di Ted Talk, mereka menyebut humor sebagai senjata rahasia untuk membangun hubungan, bahkan bisa berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seseorang.
Atasan yang menggunakan humor dapat mengurangi jarak sosial mereka dengan anak buahnya dan menciptakan persahabatan. Saat tertawa bersama, kita bisa berempati satu sama lain dan menciptakan dinamika tim yang lebih kuat. Karyawan yang bekerja di organisasi yang penuh humor melaporkan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dan cenderung berada di organisasi untuk waktu yang lebih lama.
Humor memungkinkan kita untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan cara yang menyenangkan, impulsif, dan kreatif. Pendekatan yang ringan dapat membantu setiap orang berada dalam suasana hati yang lebih santai dan bahagia sehingga lebih mudah untuk berkolaborasi dan menghasilkan ide-ide kreatif.
Humor yang tepat
Ada individu yang dari lahir berbakat jenaka, tapi tentunya ada juga yang tidak. Ada yang bisa menyelipkan humor mengenai kehidupan sehari-hari dalam pidato dan presentasinya, ada yang hanya berfokus pada data-data yang dimiliki dan menggarap presentasinya dengan serius.
Secara teoritis, humor adalah kemampuan untuk mengekspresikan atau memahami apa yang lucu, dan merupakan sarana untuk mengatasi situasi sulit atau canggung maupun peristiwa yang membuat stres. Ketika bisa menertawakan diri sendiri, kita sebenarnya lebih membuka benteng pribadi dan menampilkan sisi riang diri kita sebagai individu.
Meski demikian, humor juga bisa berisiko. Penggunaan humor yang salah dapat memberikan dampak yang besar. Canda tawa yang sering menyasar individu lain sebagai bahan olokan tanpa disengaja dapat menyakitkan hati yang bersangkutan.
Para peneliti dari University of Western Ontario mendeskripsikan bahwa humor dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu positif dan negatif.
Humor yang positif tidak menyasar individu tertentu sebagai obyek humornya. Pencerita bisa saja menggunakan dirinya sendiri sebagai obyek humor ketika menceritakan pengalaman tidak enak yang dialaminya, tetapi dengan menonjolkan sisi positif dari pengalaman tersebut yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain.
Selain itu, bisa saja ia menertawakan kebodohannya sendiri. When you are the first to laugh at yourself, everyone else laughs with you, not at you. Hal ini bahkan bisa membantu individu untuk mengurangi kecemasan yang dimilikinya dari situasi yang tidak enak tersebut.
Sementara itu, humor yang negatif menjadikan individu lain sebagai obyek humornya. Hal ini mungkin dapat membuat individu tersebut merasa dilecehkan dan pendengar pun kehilangan respek terhadap pembicara. Bisa juga ketika pembicara melontarkan humor yang “sepertinya” menertawakan dirinya sendiri, tetapi sebenarnya bertujuan agar orang lain melihat kebalikannya.
Selera humor yang baik membutuhkan kreativitas yang memungkinkan kita melihat sesuatu dari sisi yang berbeda, sudut yang berbeda, dan dengan cara yang berbeda. Ada hubungan yang pasti antara humor dan kreativitas karena tidak mungkin kita dapat memahami kehalusan sebuah humor tanpa tingkat kecerdasan yang memadai.
Ada perbedaan besar antara menjadi seorang pelawak dengan selera humor. Bersikap lucu memiliki risiko menjadi sinis, sarkastik, dan terkadang juga jahat. Selera humor di sisi lain merupakan aspek penting dari kepribadian seseorang yang menunjukkan kebesaran hatinya. Selera humor membuat interaksi lebih mudah dan menciptakan hubungan yang lebih baik dan bahagia dengan orang lain.
Bagaimana mengoptimalkan humor?
Pertama, gunakan common sense. Berpikir sebelum berkata-kata tetap berlaku ketika kita akan melontarkan lelucon. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah humor yang kita lontarkan akan menyakiti hati seseorang? Apakah nuansa dari humor yang akan kita katakan ini positif atau negatif? Apakah kita mengajak semua orang untuk tertawa bersama atau kita mengajak mereka untuk menertawakan seseorang?
Bila tidak berbakat melucu, kita sebaiknya tidak memaksakan diri. Kita cukup menghargai orang yang sedang melucu, ikut tertawa bersama, tanpa merasa perlu menimpali apalagi sampai melontarkan humor yang bersifat sarkasme.
Aaker dan Bagdonas juga menyarankan untuk tidak berfokus pada hal yang lucu, tetapi pada kenyataan-kenyataan yang faktual seperti yang dilakukan para stand up comedian yang memotret hal-hal yang sering kita abaikan.
Tidak semua situasi dapat menggunakan humor. Ketika kita ingin memberi masukan yang tegas, penggunaan humor dapat mengaburkan pesan yang ingin disampaikan. Bercanda mengenai “bom” di bandara bahkan bisa membuat kita mendapat sanksi. Humor yang berhasil pada satu kelompok sosial, belum tentu berhasil pada kelompok sosial yang lain.
Yang jelas, kita perlu mengingatkan diri untuk memiliki waktu beristirahat dan melemaskan otot-otot kita termasuk otot wajah sekalipun.
Eileen Rachman & Emilia Jakob
CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING
Baca juga: