Teknologi dan internet di satu sisi memudahkan kita dalam melakukan banyak hal. Di sisi lain, ketergantungan kita pada hal ini membuat kita kian rentan menjadi korban kejahatan siber.

Isu keamanan di dunia maya umumnya terkait dengan tiga tipe perangkat: komputer, ponsel, dan perangkat digital yang terkoneksi satu sama lain. Diperlukan kehati-hatian dan pengetahuan yang cukup agar perangkatmu tidak diretas.

Sistem keamanan pada ponsel sebenarnya cukup kompleks. Namun, untuk memastikan keamanannya terjaga, cara paling mudah adalah memastikan bahwa kamu memutakhirkan sistem operasinya.

Selain itu, banyak aplikasi yang menggunakan pelacakan lokasi untuk mengetahui perilaku konsumen. Ubahlah opsi pada sistem pengaturan agar tidak sembarang aplikasi bisa mengakses lokasimu.

Perangkat digital yang terkoneksi, seperti pemantauan CCTV atau lampu yang kamu kontrol dengan ponsel juga berisiko keamanannya. Ini dapat memberikan peretas akses untuk koneksi internetmu.

Risiko peretasan paling tinggi berasal dari perangkat komputer. Apalagi, biasanya kita menggunakan komputer untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penting, yang berarti ini terkait juga dengan data-data perusahaan, sekolah, atau perbankan.

Para pakar siber sepakat bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi risiko ini. Pertama, selalu mutakhirkan perangkat lunak. Kedua, menggunakan sistem pengelola kata sandi. Lebih baik lagi, ganti kata sandi setiap dua atau tiga bulan. Ketiga, jangan membuka surel yang tampak mencurigakan, phising adalah salah satu ancaman terbesar keamanan siber.

Dalam keseharian, tentu kita tak bisa lepas dari perangkat digital dan koneksi internet. Untuk menghindari kejahatan siber, para pakar menyarankan kita untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang akan mempertinggi risiko kejahatan siber, berikut ini di antaranya.

1. Menggunakan wi-fi publik

wanita menggunakan wifi publik

Ini barangkali menjadi kebiasaan sebagian besar dari kita, sebab menjadi cara paling mudah terkoneksi dengan internet ketika berada di tempat umum. Namun, ini sangat berisiko sebenarnya. Perangkat keras jejaring publik kerap tidak memutakhirkan protokol keamanan.

2. Mengisi ulang daya di area pengisi daya publik

Kapan pun perangkatmu terhubung ke terminal USB, ada potensi pemindahan data. Yang lebih mengkhawatirkan, ada pula kemungkinan device rooting, proses yang memungkinkan pengguna lain mendapatkan kontrol pada berbagai subsistem yang berada di dalam perangkatmu.

3. Membiarkan ponsel tergeletak tak terawasi

Kelihatannya sederhana, tetapi meninggalkan ponsel tanpa terkunci dan tidak diawasi dapat membuka kemungkinan seseorang mengambil informasi dari sana. Apabila ada waktu yang cukup, peretas bahkan bisa melakukan device rooting, memasang malware, atau mengambil data-data pribadimu.

4. Tidak menggunakan kata sandi untuk gawai

password mobile

Mungkin kamu merasa, penggunaan gawai bisa lebih cepat kalau kita tidak menggunakan sandi atau fitur pengunci yang lain untuk membuka gawai. Namun, ini jelas sangat berisiko. Gawai yang tidak bersandi rentan terhadap siapa pun yang punya akses fisik terhadap barang itu, terutama ketika gawai hilang atau dicuri.

Baca juga : 

5. Tidak menggunakan kata sandi yang kompleks

Banyak aplikasi dan situs web menyediakan kata sandi yang kompleks, tapi barangkali kita memilih tak menggunakannya lantaran sulit diingat. Meski begitu, kata sandi yang ditawarkan adalah kombinasi yang bagus. Atau kalau mau merancang kata sandi sendiri, gunakan setidaknya 10 karakter dengan memadukan huruf besar, huruf kecil, dan karakter spesial.

6. Menyimpan kata sandi di bloknot ponsel

Kata sandi yang rumit memang sulit diingat. Mungkin jadi lebih mudah kalau kita bisa mencatatnya di bloknot (notepad) ponsel. Namun, menyimpan sandi semacam ini di platform yang belum tentu aman juga memudahkan orang lain mengaksesnya.

7. Mengirimkan kata sandi lewat surel atau pesan singkat

Surel, SMS, atau aplikasi pesan singkat adalah platform yang tidak terlalu aman dan tidak semestinya digunakan untuk membagikan data sensitif seperti kata sandi.

8. Mengisi terlalu banyak informasi personal di media sosial

Berhati-hatilah akan seberapa banyak informasi personal yang kamu bagikan di profil media sosial. Informasi seperti riwayat sekolah, film favorit, atau nama ibu adalah pertanyaan yang umum untuk mengeset ulang kata sandi. Mengetahui informasi semacam itu bakal memudahkan seseorang meretas akunmu.