Memilih pasangan yang tepat adalah tantangan. Sering kali kita diruntuhkan oleh ekspektasi diri jika berurusan dengan pasangan. Biasanya, dalam beberapa kurun waktu, ia menunjukkan sikap yang kurang bisa ditoleransi.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk memilih pasangan, misalnya lewat kesamaan hobi, visi-misi, dan prinsip hidup. Ada pula yang memilih pendamping berdasarkan kecocokan zodiak, tipe kepribadian, prediksi primbon, hingga shio.

Hal inilah yang membuat Erwinda Tri Satya MPsi, Psikolog Klinis Riliv, mengungkapkan kalau setiap individu itu memiliki keunikan dalam memilih jodoh.

Namun, dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Betulkah Pasangan adalah Cerminan Diri?” dengan tautan akses dik.si/OMMPasanganCermin, Erwinda mengatakan kita perlu melihat lagi dari aspek-aspek lain saat memilih pasangan.

Pasangan ideal = cerminan diri?

Menurutnya, jika memilih pasangan yang merupakan cetak biru diri sendiri, ada kecenderungan mudah bosan. Hal ini disebabkan pola hidupnya akan mudah tertebak.

Ia pun menjelaskan, “Coba deh kita kebayang aja kalau diri kita ada dua dan kita tiap hari berinteraksinya dengan pola yang sama terus sehingga yang hilang adalah rasa penasaran.”

Bahkan, jika tak bisa mencari sesuatu yang baru, antusiasme dalam hubungan juga bisa hilang. Akan tetapi, belum tentu hal ini negatif sebab ada yang tak mengharapkan apa-apa terhadap pasangannya.

Memiliki “teman hidup” yang merupakan cerminan diri juga memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya, ketika sedang memikirkan sesuatu, pasangan akan lebih jauh memahami sehingga membuat kita jadi lebih nyaman.

“Ibaratnya sudah punya ikatan batin,” jelas Erwinda.

Itu sebabnya, penting untuk mengetahui nilai dan prinsip diri sebelum memilih tambatan hati. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri: Seperti apa sosok diri kita? Pasangan seperti apa yang kita inginkan untuk memperlengkap diri? Tujuan apa yang ingin dicapai bersama dalam hubungan?

Ketika sudah mampu menjawab dan mendeskripsikan diri dengan jelas, barulah kita bisa mendapat gambaran pasangan yang kita inginkan.

Misalnya, kita adalah sosok yang keras dan jarang mendapat kasih sayang karena masa kecil yang menyenangkan. Namun, saat mendapatkannya, kita berharap dipertemukan dengan sosok yang lembut dan mampu memberikan kasih sayang.

Itulah mengapa beberapa orang juga condong mencari pasangan yang bisa melengkapi satu sama lain. “Sebenernya akan kembali lagi ke masing-masing orang. Mereka lebih butuh apa? Karena kebutuhan setiap orang pasti berbeda,” tutur Erwinda.

Lantas, apakah dengan memiliki suami atau istri dengan banyak kesamaan bisa meminimalisasi perselingkuhan?

Yuk, langsung aja dengarkan jawaban lengkap Erwinda dalam siniar Obrolan Meja Makan episode “Betulkah Pasangan adalah Cerminan Diri?” yang dapat diakses melalui dik.si/OMMPasanganCermin.

Di sana, ada informasi menarik seputar dunia parenting dan hubungan yang tak boleh kamu lewatkan. Tunggu apalagi? Ikuti siniarnya sekarang juga dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya!

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D Putri

Baca juga: Apakah Pelaku Perselingkuhan Bisa Sembuh?