Umumnya, penyakit katarak menyerang orang-orang yang telah lanjut usia. Para penderita kebutaan akibat penyakit diabetes atau sebelumnya mengalami retinopati diabetika juga umumnya dialami oleh orang dewasa yang menuju lanjut usia.

Namun, ternyata tidak hanya orang dewasa yang bisa mengalami gangguan kesehatan mata. Sebagai orangtua, Anda pun tidak boleh lengah karena anak-anak pun bisa mengalami gangguan mata. Berikut ini beberapa gangguan penglihatan pada anak beserta indikasinya.

“Strabismus”

Gangguan ini lebih dikenal dengan sebutan mata juling. Strabismus umum terjadi karena dipicu kelainan saraf bola mata sehingga posisi bola mata menjadi tidak sesuai. Indikasi mata juling pada masa kanak-kanak bisa ditangani atau dikoreksi dengan terapi khusus. Namun, jika mata juling terjadi mendadak saat usia dewasa, hal ini bisa dipicu kelainan pada otak atau kanker bagian pernapasan.

Katarak

Penyakit ini tidak hanya dapat menyerang orang tua, tetapi juga anak-anak, bahkan bayi. Katarak pada anak bisa disebabkan kelainan bawaan saat dalam kandungan. Misalnya, ibu hamil terkena virus toksoplasma sehingga mempengaruhi janin dalam kandungannya. Namun, faktor keturunan bisa menjadi pemicu katarak pada anak-anak. Bila diketahui sejak dini, katarak perlu segera ditangani.

“Bufthalmus”
Ini terjadi akibat tekanan bola mata yang cukup tinggi ketika bayi lahir. Ukuran bola mata bayi sangat besar. Hal ini membuat mata anak lebih sensitif terhadap cahaya dan mudah teriritasi. Bila terjadi bufthalmus pada anak, tindakan penanganan perlu dilakukan dengan segera untuk mencegah gangguan penglihatan pada anak.

“Ptosis”
Indikasinya adalah kelopak mata atas yang tidak terbuka sepenuhnya. Mata terlihat seperti tertutup, sekilas membuat anak seperti mengantuk. Inilah yang membuat ptosis sering disebut “mata mengantuk”. Ptosis ini membuat anak tidak bisa melihat dengan maksimal. Penanganannya lebih baik dilakukan sedari dini sejak gejala ini diketahui. [*/MIL]

foto: shutterstock