Bekerja sebagai pengacara dan menangani perkara remeh-temeh bagi dia kurang menantang. Sementara itu, memiliki keluarga, bisa berlibur dan menghabiskan waktu bersama ternyata menjadi rutinitas yang membosankan. Maka, ketika suatu kali seorang teman lama datang menawarkan pekerjaan sampingan, ia pun tertantang untuk mencoba.
Baca juga: Hidden Strike, Duet Tentara Bayaran dalam Perang Minyak
Pekerjaannya sederhana saja. Ia bertugas mengawal jurnalis Claire Wellington (Alison Brie) untuk mewawancarai Juan Venegas (Juan Pablo Raba), presiden diktator dari Paldonia. Namun, ternyata tugas tersebut tidak semudah yang diduga.
Tak lama setelah mendarat di Paldonia, rombongan yang membawa presiden dan Claire diserang sekelompok pasukan bersenjata. Usut punya usut, Venegas menduga bahwa serangan itu adalah kudeta yang dilancarkan terhadap dirinya.
Bagaimana nasib Venegas, apakah ia terpaksa lengser dari kekuasaan? Bagaimana pula nasib Mason dan Claire, dapatkah mereka meloloskan diri dari kekacauan di Paldonia?
Aksi komedi
Plot dan karakter yang ditawarkan dalam Freelance ini amat menarik. Kisah tentang mantan anggota pasukan khusus yang bosan dengan kehidupan nyaman, lalu beririsan dengan seorang jurnalis peraih penghargaan. Si jurnalis ingin mengokohkan reputasinya melalui wawancara eksklusif dengan seorang diktator. Situasi yang amat langka, namun dikemas dalam balutan aksi komedi.
Para pemeran karakter utama tak diragukan lagi. Sosok Cena amat pas menggambarkan Mason, mantan petarung yang butuh panggung. Betapa canggungnya dia di balik meja dengan setelan resmi, dan betapa tegasnya ia kembali di medan laga. Hanya saja, karena sudah lama tak berada di lapangan, juga telah dimakan usia, kondisinya tak lagi prima. Punggungnya langsung nyeri ketika terjatuh dari mobil.
Baca juga: Fast and Furious 9, Kisah Keluarga yang Seru
Sementara itu, sosok Claire yang arogan dan ambisius juga dihadirkan Brie dengan gemilang. Hanya saja, arogansi yang begitu kental di awal langsung sirna ketika harus berhadapan dengan suasana kudeta yang chaos. Sejumlah hal yang mengganjal pun mengemuka.
Film ini memang aksi komedi, sehingga tak dapat disalahkan kalau sedikit di luar nalar. Tapi, adegan Mason dan Claire diburu prajurit bayaran dan helikopter sembari memuntahkan peluru terasa agak berlebihan. Adegan yang berlangsung cukup lama ini susah diterima akal, bagaimana mungkin setelah dihujani tembakan, mereka tidak terkena satu pun. Sebaliknya, hanya dengan beberapa kali tembakan, Mason dapat langsung menjatuhkan helikopter.
Jika Anda dapat mengesampingkan logika, film ini menawarkan banyak sisi menarik. Antara lain, meski hanya mendapat porsi sedikit, konflik Mason dan isterinya amat berarti. Pada akhirnya, setelah menjajal lagi operasi militer yang amat berbahaya, Mason dapat lebih menghargai keluarganya.
Sementara itu, melalui sosok diktator Venegas, film ini juga menyuguhkan sisi lain kekuasaan yang tidak selalu hitam putih. Boleh jadi seseorang tampil sebagai sosok yang bengis, namun di sisi lain ia juga punya visi tentang rakyatnya dan berusaha memperjuangkan yang terbaik di tengah tekanan kekuatan-kekuatan politik global.
Hal itu pula yang mengubah pemahaman Mason dari semula sudut pandang seorang prajurit yang amat hitam-putih tentang kawan dan lawan, berubah setelah memahami konteks dan latar belakang yang ternyata kompleks dan penuh warna.
Secara keseluruhan Freelance merupakan film aksi yang nyaman dan menyenangkan untuk ditonton. Selain itu, ia juga menghadirkan sejumlah perspektif yang membuatnya bukan sekadar film hiburan kosong tanpa makna. Didukung para pemeran yang keren, film ini termasuk yang amat layak ditonton.
Review overview
Summary
8Kisah mantan tentara pasukan khusus yang mengawal seorang jurnalis saat mewawancarai seorang diktator. Di tengah wawancara, terjadi kudeta militer.