Berikut adalah kata pengantar yang ditulis oleh Henry Manampiring, penulis buku Filosofi Teras, sebagai pengantar pada cetakan ke-25 buku tersebut.
Kira-kira sudah dua tahun lebih berlalu sejak Filosofi Teras pertama kali diterbitkan, sampai akhirnya mencapai cetakan ke-25. Saat saya menulis buku ini, saya sama sekali tidak menyangka penerimaan pembaca Indonesia begitu luar biasa. Puncaknya adalah saat Filosofi Teras terpilih menjadi Book of the Year di Pameran Buku Internasional Indonesia 2019.
Pada awalnya, saya tidak berharap banyak bahwa sebuah buku yang mengusung topik filsafat akan bisa diterima orang banyak. Kapankah terakhir ada buku dengan tema filsafat yang cukup populer? Saya teringat Dunia Sophie, tetapi itu pun bergenre fiksi. Jadi sewaktu buku ini terbit, saya berusaha menjaga ekspektasi.
Tidak disangka, ternyata saya menerima banyak sekali komentar positif dari pembaca. Banyak yang merasa buku ini bisa membantu mereka mengatasi kekalutan atau kegalauan. Atau sekadar memotivasi mereka menjadi manusia yang lebih baik dalam menangani emosi. Ada yang merasa terbantu saat sedang patah hati, stres, atau bahkan saat overthinking. Begitu banyak kisah pembaca yang tidak jauh berbeda dari bagaimana saya juga mendapatkan manfaat dari mempraktikkan filsafat Stoisisme ini.
Saat Penerbit Buku Kompas menyampaikan bahwa Filosofi Teras akan mencapai cetakan ke-25, tentunya saya merasa sangat senang. Namun di saat yang sama, ada rasa berutang kepada pembaca. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk tulisan saya. Sesudah sampai 24 kali, rasanya saya memiliki kewajiban untuk bisa memperbaiki buku ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, untuk cetakan ke-25 dan seterusnya, saya memutuskan melakukan beberapa perbaikan.
Dari segi isi, tidak ada perubahan banyak. Semangat dari perbaikan ini adalah eliminasi dan reduksi. Mengurangi kalimat yang tidak perlu atau justru membingungkan tanpa mengubah substansi. Ada beberapa bagian yang sifatnya tidak esensial yang saya hilangkan, untuk mengurangi beban pembaca. Cetakan ke-25 dan seterusnya menyajikan substansi Filosofi Teras yang sama dengan cetakan-cetakan sebelumnya, tetapi dengan lebih fokus dan lebih jelas.
Filosofi Teras diterbitkan sebelum pandemi Covid-19 merajalela dan mengubah begitu banyak aspek hidup kita. Dan, Stoisisme sungguh relevan di tengah dunia yang begitu penuh ketidakpastian di tengah pandemi. Oleh karena itu, mulai cetakan ke-25, di akhir saya menambahkan “Catatan Pandemi”, sedikit renungan saya menyikapi pandemi ini dengan perspektif Filsafat Stoa.
Akhir kata, harapan saya, Anda sebagai pembaca edisi revisi ini juga turut merasakan manfaat Filsafat Stoa yang telah dirasakan oleh ribuan pembaca lainnya. Terima kasih, dan selamat membaca.
Jakarta, Juni 2021
Henry Manampiring