Banyak yang percaya jika penyebab kesurupan dikarenakan tubuhnya dirasuki atau dikendalikan oleh hal-hal gaib, seperti roh atau hantu. Hal ini juga terjadi dalam siniar Tinggal Nama episode “Nyonya Dokter Kesurupan (Pt.1)” dengan tautan akses dik.si/TNS5E3.
Namun, benarkah fenomena ini terjadi karena adanya gangguan dari makhluk tak kasat mata? Lantas, bagaimana ilmu medis menjelaskan fenomena ini?
Fenomena Kesurupan Menurut Medis
Kesurupan dipahami sebagai kondisi seseorang kerasukan hantu atau roh jahat. Namun, di mata medis, fenomena ini disebut sebagai possession trance disorder. Gangguan mental ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor sosial dan psikologis.’
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), possession trance disorder termasuk gangguan disosiatif, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan hilangnya sebagian atau seluruh integrasi akan pikiran, memori, identitas diri, kontrol gerakan tubuh, serta lingkungan sekitar.
Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kasus ini lebih banyak dijumpai di negara dunia ketiga dan negara-negara bagian timur dibandingkan negara bagian barat.
Bahkan, di India kesurupan merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih satu hingga empat persen dari populasi umum.
Dalam International Classification of Diseases 11th (ICD 11), menjelaskan gangguan kesurupan (possession trance disorder) ditandai dengan perubahan kesadaran individu, identitas individu tersebut kemudian tergantikan oleh identitas kepemilikan eksternal sehingga perilaku individu dikendalikan oleh hal di luar kesadaran dirinya.
Dikutip dari Psycnet, pada umumnya individu yang mengalami possession trance disorder menunjukkan gejala seperti berikut.
- Kehilangan kendali atas tindakan yang dilakukan.
- Kehilangan kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
- Kehilangan memori atau ingatan.
- Kehilangan identitas pribadi.
- Kesulitan konsentrasi.
- Sulit membedakan kenyataan dan imajinasi.
- Perubahan nada dan suara.
- Perubahan perilaku.
- Keyakinan yang kuat bahwa terjadi perubahan penampilan tubuh.
Penyebab
Hingga saat ini, penyebab possession trance disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa memengaruhi berkembangnya gangguan mental ini.
- Faktor lingkungan dan budaya.
- Faktor genetik dan keturunan.
- Stres psikososial, seperti kesulitan ekonomi, kematian kerabat dekat, serta konflik agama atau budaya.
- Peristiwa traumatis di masa lalu, terutama pada masa anak-anak, misalnya mengalami kekerasan seksual, terlibat perang, atau menyaksikan tindakan mengerikan lainnya.
Kesurupan Massal Terjadi Karena Mirroring
Ketika melihat orang kesurupan atau mengalami possession trance disorder, orang-orang disekitarnya cenderung akan merasa ketakutan dan bingung. Terlebih, jika orang kesurupan tersebut berbicara tak jelas, menjerit-jerit, dan merintih.
Ternyata, hal tersebut menjadi pemicu kesurupan massal. Ketika melihat orang kesurupan, otak akan menangkap hal tersebut seakan-akan kita sedang mengalaminya.
Setelah itu, tubuh akan merespons dengan masuk ke fase tekanan. Dalam hal ini, kita bisa terbawa kondisi yang dilihat dan melakukan hal yang sama.
Hal tersebut yang menyebabkan banyak kasus kesurupan massal yang terjadi karena faktor mirroring atau pengaruh otak yang membuat kita seolah mengalami dan merasakan.
Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kejadian antara lain kepala terasa berat, badan dan kaki terasa lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan mengantuk.
Perubahan ini biasanya masih disadari, tapi setelah itu orang yang mengalami gejala tersebut tiba-tiba tak mampu mengendalikan dirinya. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami fenomena kesurupan.
Lantas, bagaimana dengan fenomena kesurupan yang dialami oleh seorang dokter dalam siniar Tinggal Nama?
Temukan jawabannya dengan mendengarkan episode “Nyonya Dokter Kesurupan (Pt.1)” di Spotify dengan tautan akses dik.si/TNS5E3.
Dengarkan juga kisah-kisah menegangkan lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/TNS5E3.
Penulis: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
Baca juga: Hati-hati, Defisiensi Nutrisi Pengaruhi Kesehatan Mental