Pada zaman serba modern ini, teknologi digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Terlebih, pada masa pandemi Covid-19 yang membuat kita harus menjaga kontak saat beraktivitas di tempat umum.

Pemerintah memanfaatkan momentum ini dengan merancang aplikasi pelacak, yaitu PeduliLindungi. Aplikasi ini digunakan untuk melacak penyebaran Covid-19 dengan memindainya saat kita masuk ke tempat-tempat umum. Selain itu, aplikasi ini terintegrasi langsung dengan Kementerian Kesehatan.

Pencetakan sertifikat vaksin yang sempat heboh pun sudah tak terlalu diminati. Hal ini disebabkan sertifikat sudah terintegrasi langsung dengan aplikasi tersebut. Tampilan akun akan diberi tanda dengan warna hijau jika penggunanya sudah divaksin. Sementara itu, akun akan berwarna merah apabila belum vaksin, dianggap ada kontak fisik dengan yang positif, atau dianggap positif.

Sebenarnya, aplikasi pelacak ini bukanlah hal yang baru karena negara-negara lain, seperti Korea Selatan dan Selandia Baru sudah lebih dulu menggunakannya. Bahkan, penggunaannya tergolong jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan aplikasi buatan negara kita.

Diyakini, aplikasi pelacak ini turut membantu pengendalian kasus Covid-19 di Korea Selatan hingga sekarang turun menjadi 4.000 kasus per minggu setelah sempat naik di angka 6.000 kasus. Bahkan, untuk rekor terbaiknya, mereka pernah hanya memiliki enam kasus per tujuh hari. Hal ini tentu didukung dengan kesigapan pemerintah dan kerja sama yang baik dengan masyarakat.

Desas-Desus Seputar Aplikasi PeduliLindungi

Dalam kanal siniar Medio, Aiman Witjaksono, jurnalis KompasTV turut menginvestigasi cara kerja aplikasi PeduliLindungi. Investigasi ini didasari oleh fenomena antrean yang cukup panjang karena kesalahan sistem pada aplikasi. Selain itu, tidak jarang masih ada akun yang berwarna merah padahal sudah dinyatakan negatif Covid-19.

Melalui wawancara dengan seorang penggerak server PeduliLindungi dari Kementerian Kesehatan, ternyata itu adalah bagian dari pengembangan aplikasi. Pada peluncurannya, aplikasi PeduliLindungi sering kali mengalami berbagai macam masalah. Hal ini juga yang membuat sertifikat vaksin cetak saat itu santer diperjualbelikan.

“Ya memang, dulu, ya beberapa waktu lalu; tahap awal penggunaan PeduliLindungi orang yang pernah positif dan tidak PCR lagi, maka ia tetap dinyatakan sebagai positif Covid meskipun sudah sembuh. Atau orang yang pernah kontak erat tapi dia tidak pernah PCR atau dia kemudian langsung isolasi mandiri terus gak test lagi, dua minggu di rumah, gak test lagi, tetap merah,” jelas Aiman dalam podcast Aiman Witjaksono bertajuk “Fakta Akurasi Aplikasi PeduliLindungi”.

Meskipun begitu, pengembang aplikasi dan pemerintah pun tak tinggal diam. Kini, aplikasi itu sudah diperbarui sehingga tak perlu lagi PCR untuk membuat akun menjadi hijau. “Namun, sekarang sistem itu sudah diubah. Setelah dua minggu, lalu ada tambahan sekian hari, maka langsung hijau,” tambahnya.

Selain itu, kabar burung mengenai lokasi server pun disebarkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Sempat heboh unggahan yang menyatakan bahwa server PeduliLindungi berada di Singapura. Padahal kenyataannya, server berada di Indonesia dan yang mengetahui lokasinya hanya Kominfo, Kemenkes, dan Aiman–karena pernah ditawari untuk meliput.

Kompas pun pernah menelusuri bahwa data-data penduduk Indonesia disimpan dengan baik pusat data dalam negeri, sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, aplikasi ini juga 100 persen dibuat oleh orang Indonesia yang dikembangkan oleh PT Telkom Indonesia, bukan Singapura seperti yang dituturkan oleh penyebar hoaks.

Hambatan Penggunaan Aplikasi PeduliLindungi

Selain memiliki desas-desus, ternyata penggunaan aplikasi PeduliLindungi di lapangan pun tak selalu berjalan mulu. Aiman melakukan survei lapangan dengan menguji penggunaan aplikasi. Ia pun mencoba masuk ke beberapa pusat perbelanjaan di wilayah Jabodetabek. Ternyata, jurnalis KompasTV itu pun sempat lolos di beberapa mal tanpa harus memindai aplikasi.

Semula, aplikasi ini diyakini akan menjadi produk daring yang esensial untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya di lapangan pun masih ada saja yang tak taat dalam menggunakannya. Untuk itu, Mendagri pun mengeluarkan Surat Edaran (SE) No. 440/7183/Sj yang mewajibkan setiap tempat umum menyediakan pindaian aplikasi PeduliLindungi.

Meskipun sistem sudah canggih, manusia tetap dibutuhkan untuk mengingatkan agar tetap memindai aplikasi PeduliLindungi sebagai upaya membantu mempermudah pelacakan Covid-19. Aiman juga menambahkan, “Secanggih-canggihnya sistem, kalo tidak didukung sama manusianya, ya ‘selesai’ juga. Gak akan bisa terlaksana; penularan akan terjadi.”

Apabila dalam menggunakannya, masih ditemukan kendala, kita bisa langsung melapor kepada penyedia aplikasi atau melalui media sosial. Meskipun masih memiliki banyak kekurangan, kita harus turut berpartisipasi aktif untuk menggunakan aplikasi ini dan memberikan kritik serta saran apabila ada kendala.

Penjelasan selengkapnya terkait fakta akurasi aplikasi PeduliLindungi dapat kalian dengarkan melalui siniar Aiman Witjaksono episode ketiga di Spotify. Segera dengarkan agar tak ketinggalan episode-episode terbaru yang berisi fakta-fakta menarik dan eksklusif seputar investigasi Aiman.

 

Penulis: Alifia Putri Yudanti & Brigitta Valencia Bellion

Baca juga : Cara Bunga Amanda, Model Plus-Size Hadapi Body Shaming