Bagaimana reaksi kamu saat mendengar kata “anak tongkrongan”? Mungkin, kamu biasa saja dengan sebutan itu. Namun, sebagian orang menganggap nongkrong adalah kegiatan yang membuang-buang waktu. Bahkan, cenderung mengarah ke perbuatan pulang larut malam, main kartu, dan stigma negatif lainnya.

Padahal, nongkrong tidak selalu buruk, lo. Nyatanya, nongkrong juga dapat membantu seseorang mengurangi stres karena berkumpul bersama teman-teman di warung kopi dan bercanda tentang banyak hal, sangat cukup untuk menghibur seseorang.

Seperti Banni dan Anya dalam siniar Kosan HAI episode “Ngomongin Anak Tongkrongan! Lu Anak Tongkrongan yang gimana?” yang menceritakan betapa serunya nongkrong dengan teman. Keseruan cerita dapat mereka diakses melalui dik.si/KosanHAIE10.

Banni dan Anya bercerita, nongkrong bersama teman sangat seru untuk dilakukan. Bahkan, obrolan di tongkrongan tidak akan pernah habis. Ada saja topik obrolan yang dibahas.

Namun, tentunya, obrolan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Yang terlihat sama adalah tipe orang-orangnya, ibu atau bapak geng (julukan untuk seseorang yang paling aktif dalam geng), dan yang paling trouble maker

Menurut artikel Kompasiana yang ditulis oleh I Gede Ngurah Eka, anak-anak yang gemar nongkrong tidak hanya mengarah pada stigma negatif. Hal tersebut ia tuliskan untuk membuktikan tentang definisi anak tongkrongan yang sebenarnya.

Anak Pemalas yang Cerdas

Kita pasti pernah mendengar sebutan yang melekat untuk anak-anak yang hobinya nongkrong, yaitu pemalas. Mereka disebut pemalas karena hobinya hanya duduk dan bersenda gurau.

Nyatanya, meski disebut pemalas yang tidak ingin segala sesuatunya rumit, mereka adalah pemalas yang cerdas. Mereka mampu menyelesaikan masalah secara rasional dan menerima ilmu dengan cara mempraktikkannya.

Mampu Bersosialisasi dengan Lintas Generasi

Di tongkrongan, terutama warung kopi, anak tongkrongan biasanya akan bertemu banyak orang dari berbagai generasi. Mulai dari seseorang yang mereka bisa sebut om, bapak-bapak, hingga kakek. Mulai dari sesama angkatan hingga beda angkatan.

Hal itu akan menumbuhkan jiwa sosial mereka dan biasanya lebih ramah dari mereka yang lebih sering ada di rumah.

Menambah Pengetahuan Melalui Lintas Disiplin Ilmu

Saat nongkrong, mereka tidak akan pernah habis topik obrolan. Obrolan serius hingga saling lempar candaan bisa mereka lakukan saat nongkrong. Termasuk juga pengetahuan. 

Mungkin stigma negatif anak-anak yang doyan kumpul-kumpul tidak suka membaca bisa saja betul, tetapi bukan berarti mereka tidak menerima ilmu. Mereka menerima pengetahuan baru melalui obrolan-obrolan bersama orang lain yang berbeda generasi, angkatan, dan pengalaman. Hal tersebut menjadikan “kumpulan” ini tetap mengetahui dunia.

Keberagaman Permasalahan Hidup Anak Tongkrongan

Perbedaan generasi, hobi, passion, dan pengetahuan membuat anak tongkrongan memiliki permasalahan hidup yang berbeda juga.

Tak heran jika mereka suka bercerita apa kehidupan pribadi mereka dan menghiasi setiap obrolan di tongkrongan.

Permasalahan hidup yang berbeda bisa menjadikan seseorang belajar dan memiliki pandangan yang berbeda untuk menyikapi permasalahan dari berbagai sisi.

Dengarkan obrolan menarik lainnya seputar anak tongkrongan di Kosan HAI episode “Ngomongin Anak Tongkrongan! Lu Anak Tongkrongan yang Mana?” di Spotify!

Kamu juga bisa mengikuti siniarnya agar tidak tertinggal obrolan seru dan menarik lainnya dari Banni dan Anya dengan mengakses tautan berikut dik.si/KosanHAIE10.

Oleh: Inge Shafa Sekarningrum dan Ikko Anata

Baca juga: Serunya Ngobrolin Tren Gen Z di Podcast Kosan HAI