Berbagai grup Whatsapp tiba-tiba dipenuhi dengan ahli politik dadakan yang merasa paling tahu mengenai masa lalu sampai masa depan calon kesayangannya. Di masa seperti ini, persahabatan yang telah terjalin sekian tahun bisa tiba-tiba terputus karena perbedaan pilihan.

Suasana rumah pun tak jarang menjadi tegang karena debat antara pilihan yang berbeda ini, yang bisa jadi lebih panas daripada debat para kandidat itu sendiri. Kita yang berusaha untuk tetap berkepala dingin terkadang bingung, mengapa begitu banyak orang tiba-tiba seperti kehilangan akal sehat.

Tidakkah mereka bisa melihat bahwa setiap kandidat memiliki kelebihan dan kekurangan? Mengapa kita tidak bisa berdiskusi dengan tenang, membandingkan setiap kandidat dengan obyektif agar nanti dapat menentukan pilihan berdasarkan alasan rasional?

Kondisi ini ibarat cinta buta yang biasa dialami oleh para remaja. Saat kita demikian terbius oleh kekuatan persona seseorang sehingga hanya dapat melihat hal-hal yang positif saja dari diri mereka. Informasi yang bertolak belakang serta merta ditolak ataupun dirasionalisasi dengan alasan-alasan yang terlihat begitu meyakinkan.

Pemujaan terhadap sosok seperti ini memang sudah lama sekali terjadi dalam situasi politik. Tujuannya untuk terus memupuk kekaguman para pengikut sehingga membuat mereka tidak lagi dapat berpikir obyektif. Situasi ini terus  berlanjut dan kepercayaan pengikut semakin lama semakin kuat dengan adanya juga kebutuhan need to belong dari para pengikutnya.

Hubungan dalam in group ini menciptakan group think yang kuat, bahkan bisa mengalahkan nilai-nilai individual yang dimiliki sebelumnya. Dalam in group tidak ada lagi pemeriksaan terhadap kebenaran yang mereka miliki.

Dalam organisasi, pemujaan terhadap sosok pemimpin yang karismatik pun terjadi. Elizabeth Holmes yang pernah disebut sebagai perempuan milliarder termuda berhasil menghipnotis para petinggi negara, seperti mantan Menlu AS George Shultz, mantan CEO Wells Fargo, sampai Henry Kissinger untuk menjadi anggota dewan perusahaannya.

Theranos berhasil mendapatkan valuasi 10 milliar dollar AS pada puncaknya dan menyandang status start up decacorn serta membuat Holmes menyandang kekayaan bersih 4,5 milliar dollar AS. Theranos juga mengantongi kemitraan dengan perusahaan–perusahaan besar di bidang farmasi.

Apa yang membuat nama–nama besar yang sudah begitu dikenal dunia dapat tenggelam dalam pesona seorang pengusaha muda yang drop out dan tanpa keahlian medis sama sekali menjadi penemu mesin tes darah instan yang dapat mendeteksi berbagai kondisi medis?

Kissinger bahkan menggambarkan bagimana Holmes telah memukaunya dengan mengatakan bahwa Holmes memiliki ethereal quality. Namun, kemudian terbukti teknologi yang dimiliki Theranos tidak seperti yang dijanjikan. Badan regulator pemerintah menemukan ketidakakuratan dalam pengujian yang dilakukan Theranos terhadap pasien setelah begitu banyak investor menggelontorkan dananya kepada perusahaan ini. Holmes pun dihukum penjara selama 11 tahun.

Kaum cendekiawan yang biasa berfokus pada obyektivitas keilmuwan dengan analisa dan data adalah kelompok yang paling sulit untuk dirangkul oleh pemimpin yang mengandalkan kharisma semata. Mereka tidak mudah terbuai dalam situasi “no questions, no doubts, only unending commitment and respect”. Sementara itu sangat sulit memang untuk mematahkan kepercayaan para pemuja bahwa tokoh pujaan mereka itu adalah manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Penyadaran tidak bisa dilakukan dengan konfrontasi ataupun mengajukan data-data sebagai pembuktian. Konfrontasi justru akan membuat mereka semakin menarik batasan antara “kami” dan “kalian”. Kita yang berbeda akan dianggap sebagai out group yang adalah lawan.

Penyadaran harus dilakukan dengan hati-hati, empati, berusaha memahami sisi pandang mereka, kebutuhan mereka sambil mengajukan pertanyaan yang sedikit demi sedikit membuat mereka berpikir. Pertanyaan pun harus menunggu momen yang tepat dan dengan cara yang non-judgemental.

Collective intelligence

Pemujaan ini ibarat mimpi mereka akan Satrio Piningit, ratu adil yang dapat menyelamatkan para pengikutnya dan membuat mereka dapat meraih hidup impiannya. Kita memang terkagum–kagum dengan tokoh-tokoh jenius yang memberi dampak begitu besar pada kehidupan kita.

Pada kenyataannya, di balik para pemimpin kharismatik seperti Jeff Bezos atau Steve Jobs sekalipun ada puluhan bahkan mungkin ratusan ahli yang menggodok pemikiran mereka untuk kemudian dijual ke publik oleh para pemimpin ini. Jadi, sebenarnya kehebatan yang dielu-elukan dari para pemimpin ini adalah buah dari kekuatan collective intelligence para individu di belakang layar.

Pemujaan yang berlebihan kepada seorang tokoh malah mungkin membuat sang tokoh juga mempercayai bahwa dirinya adalah manusia super dengan kekuatan super dan membuatnya semakin sulit mendengarkan masukan pemikiran pihak lain. Hal inilah yang menjadi sumber kejatuhan Neumann dengan WeWork-nya.

Neumann dengan kharismanya berhasil memesona investor Softbank yang biasanya terkenal konvensioanl dan berhati-hati untuk berinvestasi. Namun, sikap Neumann yang semakin arogan dan tidak mau mendengarkan masukan dari para stakehlolder kemudian membuat pengajuan IPO bermasalah sehingga akhirnya membuat Softbank mengalami kerugian ekuitas lebih dari 11,5 milliar dollar AS. Dikatakan, Neumann terlihat bukan seperti membangun perusahaan melainkan sedang membentuk sebuah dinasti.

Diversity dan inklusi diyakini merupakan kekuatan collective intelligent yang terbesar. Kerja tim mendasari keputusan yang lebih smart dan berdasar data. Bila kebhinekaan negara kita dihargai oleh PBB sebagai inisiatif yang sangat kuat, kita pun perlu percaya dan mengamalkan kekuatan keberbedaan serta menghapus satu penyelamat dari mindset kita sendiri terhadap kepemimpinan. Cinta buta akan berakhir pada kejatuhan.

Eileen Rachman & Emilia Jakob

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM

Baca juga: Sok Pintar