Sebelum berinvestasi saham, kita tentu harus memahami ilmunya untuk menghindari kerugian. Oleh karenanya, analisis fundamental dan teknikal sudah tidak asing lagi di telinga para investor.
Untuk yang belum tahu, analisis fundamental berfokus pada nilai pasar perusahaan. Analisis ini membantu kita mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan.
Tujuan dari analisis fundamental untuk mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik.
Sementara itu, analisis teknikal berfokus pada pergerakan harga saham. Nilai perusahaan akan tercermin dari pergerakan tersebut. Ini disebabkan karena pergerakan harga cenderung lebih cepat sehingga investor lebih mengutamakan grafik.Â
Kedua hal tersebut sangat penting agar kita bisa menjaga uang yang diinvestasikan dan tetap bisa meraup cuan. Akan tetapi, selain itu kita harus bisa juga membaca “cuaca” atau kondisi pasar perekonomian global.
Hal ini dibahas tuntas oleh Adit bersama Djumiyati Patawidjaja, seorang Certified Financial Planner dan Jurnalis kontan.co.id, dalam siniar Cuan (Cari Untung bareng Teman) bertajuk “Cara Investor Membaca “Cuaca”.
Menurut Djum, selain menguasai teknik analisis pergerakan saham, membaca cuaca juga tidak boleh luput dari perhatian.
Analisis Cuaca, Apakah Perlu?
Hal ini perlu dilakukan karena pergerakan pasar saham dipengaruhi oleh kondisi perekonomian sehingga sangat fluktuatif. Selain itu, Djum juga menyampaikan bahwa kejadian di satu belahan dunia bisa memengaruhi saham.
Misalnya saja krisis pembuatan chips, krisis energi, krisis pangan, atau yang belum lama ini saat konflik yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Harga saham saat itu turut mengalami penurunan karena kekhawatiran akan perang.
Perlu diingat juga bahwa selain investor lokal, ada pula investor asing yang bermain saham di bursa efek Indonesia. Sebelum covid, angka investor lokal cenderung stabil. Namun, setelah terdampak pandemi, pada Maret 2020 setelah IHSI (Indeks Harga Saham Individu) anjlok, investor asing banyak yang menarik saham dari Indonesia.
Hal ini terjadi karena investor asing sepenuhnya hanya melihat pada pasar saham di suatu negara. Jika perusahaan di satu negara yang diinvestasikan sudah tidak menarik lagi, maka ia akan berpindah ke negara lainnya.
Hal tersebut salah satunya adalah melihat pada cuaca. “Kalau kita melihat ini artinya kita melihat preferensi investor asing mau lari ke mana. Jangan kita nunggu di sini, ‘investor asing masuk oh musim semi, investor asing cabut winter is coming’” ungkap Djum.
Meskipun begitu, acuan utama investor asing adalah suku bunga atau inflasi di Amerika. Artinya, kenaikan suku bunga dari perusahaan negara itu akan membuat instrumen yang digunakan di Amerika menjadi buruan.
Likuiditas mereka semakin ketat sehingga investor cenderung memilih yang paling minim risiko. Investor asing juga melihat pada depresiasi rupiah terhadap USD. Jadi, kalau tetap berinvestasi tetapi kondisi rupiah semakin melemah, maka mereka akan rugi.
Djum, seorang Certified Financial Planner dan Jurnalis kontan.co.id, dalam siniar Cuan (Cari Untung bareng Teman) menjelaskan hal ini secara lengkap melalui episode “Cara Investor Membaca “Cuaca” di Spotify.
Dengarkan juga informasi menarik lainnya mengenai perencanaan keuangan, investasi, hingga asuransi melalui siniar Cuan, yang tayang Senin, Rabu, dan Jumat!
Oleh: Nika Halida Hashina dan Ikko Anata