Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya unggul di bidang akademis agar kelak si anak dapat mewujudkan cita-citanya. Namun, untuk mencapai kesuksesan, anak juga perlu dibekali kecerdasan emosional. Salah satunya, rendah hati.

Dilansir dari laman Psychology Today, kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memahami dan mengatur emosi diri sendiri dan juga orang lain. Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan, terutama oleh atasan dan pemimpin di suatu perusahaan atau organisasi. Oleh karena itu, kecerdasan emosional penting ditanamkan pada anak sejak dini.

Jika anak bisa memahami apa yang sedang dirasakan dan cara mengaturnya, maka saat tumbuh dewasa, ia bisa fokus dan tidak mencampurkan permasalahan pribadi dengan profesional.

Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi juga dapat memahami perasaan orang lain. Akan lebih mudah bagi mereka untuk memberikan respons yang tepat untuk berbagai macam jenis situasi.

Walaupun kecerdasan emosional sulit untuk diukur, tetapi hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek. Contohnya, mampu mengelola emosi dengan baik, memiliki kepribadian yang baik, mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain, serta memiliki sikap rendah hati.

Apa itu rendah hati?

Sikap rendah hati merupakan salah satu sifat terpuji yang ditandai dengan sikap sederhana, sopan, tidak sombong, dan tidak meninggikan dirinya di hadapan orang lain. Berbeda dengan rendah diri, sikap rendah hati cenderung membawa pelakunya ke arah yang positif.

Contoh sikap rendah hati

Contoh sifat rendah hati pertama yang wajib anak miliki adalah menghindari menyombongkan diri secara berlebihan. Seperti yang sudah diketahui jika sifat sombong ini memang sangat dibenci oleh seseorang.

Selanjutnya adalah menghindari rasa ingin tahu berlebihan. Ada baiknya anak diajarkan sejak dini untuk tidak terlalu penasaran dengan urusan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini dinilai tidak sopan.

Selain itu, ada baiknya Anda mengajarkan anak agar tetap sopan walaupun seseorang sudah membuat anak emosi berkepanjangan. Ini juga akan meningkatkan kualitasnya. Masalahnya, saat ini para orangtua hanya membekali kepercayaan diri saja kepada anak dan melupakan aspek kebersahajaannya.

Cara mengajarkan anak agar rendah hati

Lantas, bagaimana mengajarkan anak agar rendah hati?

Orangtua memberi contoh

Harus kamu ketahui, bahwa perilaku anak merupakan cerminan dari perilaku orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua harus mencontohkan sikap rendah hati dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, menahan pintu untuk orang yang lebih tua, menjadi relawan untuk sebuah tim, atau menunjukan kasih sayang kepada pasangan.

Ajarkan anak untuk berbagi

Libatkan anak dalam aktivitas membantu orang lain mulai dari hal sederhana. Contohnya meminta anak menyumbangkan buku, mainan, atau pakaian yang sudah tidak terpakai untuk korban kebakaran, menolong teman yang jatuh, membantu teman yang kesulitan saat belajar, dan sebagainya.

Agar melatih anak untuk membantu dengan tulus, sebaiknya hindari kata, “Nanti kamu akan mendapatkan pahala jika…” Aktivitas tersebut dapat menunjukkan kepada anak, menjadi rendah hati untuk membantu orang lain bukanlah suatu kelemahan.

Belajar sopan santun

Sopan santun merupakan salah satu contoh sikap rendah hati. Sikap tersebut menunjukkan bahwa anak menghargai orang lain.

Kamu bisa mengajarkan anak sopan santun dari hal-hal dasar seperti mengucapkan kata “tolong” ketika kamu memintanya untuk melakukan sesuatu, dan mengucapkan “terima kasih” atas jerih payah yang anak lakukan.

Gunakan film untuk memberi contoh

Pilihlah film khusus untuk anak-anak. Kamu bisa memainkan tombol pause untuk menceritakan dan memberi kesimpulan pada scene yang sedang disaksikan.

Misalnya, saat film tersebut menunjukkan scene  perundungan terhadap seorang anak. Tanyakan scene tersebut kepada anak, “Bagaimana menurut kamu tentang kejadian ini?”, “Apakah sikap itu baik?”,  dan “Bagaimana perasaan anak-anak yang melakukan bullying dan anak yang mendapatkan perlakuan tersebut?”

Bimbing anak untuk berdoa

Beribadah dan berdoa merupakan salah satu sikap rendah hati kepada Tuhan. Ajarkan anak untuk berdoa sebelum beraktivitas. Misalnya sebelum tidur, sebelum makan, sebelum belajar. Ajarkan juga untuk mensyukuri hidup pada anak. Sampaikan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, sehingga saat anak menghargai orang lain itu berarti menghargai Penciptanya.

Buat kalender rendah hati

Anak-anak membutuhkan pengingat harian untuk mengembangkan karakternya. Buatlah kalender untuk mencatat apa yang sudah dilakukan si kecil hari ini yang berjudul, “Aku bisa rendah hati hari ini.”

Bantu anak untuk mengisinya setiap hari dengan menuliskan contoh perilaku rendah hati yang ia lakukan pada hari itu.  Misalnya, jika hari ini ia membantu Anda melakukan pekerjaan rumah meskipun di rumah, membantu memasak, mengucapkan terima kasih pada guru di sekolah atau petugas keamanan. Berbagai contoh sikap dan perilaku rendah hati tersebut bisa Anda dan anak catat di bagian belakang kalender bekas.

Kenalkan dengan orang yang beragam

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Personality and Social Psychology menyatakan, semakin luas lingkup pergaulan anak akan membuatnya semakin bijaksana, lapang dada, dan rendah hati.

Untuk itu, perkenalkan ia dengan orang-orang dari komunitas berbeda. Ajaklah berkunjung ke panti asuhan, sekolah luar biasa, atau ke panti jompo. Dengan berinteraksi dengan orang-orang tersebut, akan membuat hati anak menjadi lebih lapang dan lebih dewasa. Ia pun bisa lebih belajar untuk bersyukur dan tidak meremehkan orang lain.

Manfaat rendah hati

Dilansir dari laman spring.or.uk, memiliki sifat yang rendah hati ternyata juga akan memiliki banyak manfaat, di antaranya:

Memiliki rasa utang budi

Salah satu ciri individu yang rendah hati adalah rendahnya rasa memiliki. Orang yang rendah hati tidak berpikir bahwa mereka berutang budi. Hal ini mengarah pada pandangan dunia yang kurang berprasangka, mendorong mereka untuk toleran terhadap orang lain dan kurang defensif tentang keyakinan mereka sendiri.

Selain itu, individu yang rendah hati tidak akan pernah merasa harus mempunyai sesuatu hal yang lebih hebat dibandingkan orang lain. Ia justru memiliki pikiran yang mempercayai bahwa semua orang punya kelemahan dan kelebihannya masing-masing-masing. Jadi, tak ada yang perlu disombongkan.

Senang membantu

Pada umumnya,  individu yang memiliki sifat rendah hati lebih sering membantu daripada orang yang sombong atau egois. LaBouff, dkk (2011) mengungkapkan, individu yang lebih rendah hati lebih cenderung menawarkan bantuan dan menawarkan lebih banyak waktu mereka kepada mereka yang membutuhkan. Tidak mengherankan, orang yang rendah hati juga ternyata lebih murah hati.

Oleh sebab itu, banyak yang akan simpatik terhadap diri kamu. Hal tersebut dikarenakan mereka akan berpikir kamu adalah manusia yang benar-benar baik dan tidak sombong. Dan akan ada beberapa orang yang ingin memilki sifat rendah hati seperti kamu juga.

Memiliki banyak teman

Individu  yang rendah hati mungkin memiliki hubungan yang lebih baik karena mereka menerima orang lain apa adanya. Kerendahan hati membantu memperbaiki hubungan dan membangun ikatan yang lebih kuat di antara orang-orang (Davis, dkk., 2012).

Oleh sebab itu, akan banyak orang yang merasa nyaman jika berada di dekat orang yang rendah hati. Tidak akan ada orang yang mau berteman dengan orang yang sombong.

Pandai di bidang akademis

Sebuah penelitian terhadap 55 siswa menemukan, mereka yang lebih rendah hati memiliki prestasi akademik yang lebih baik (Rowatt dkk., 2006). Oleh karena itu, memiliki sikap ini dapat membuat anak Anda lebih baik di sekolah.

Hal tersebut terkait kecerdasan emosional yang membuat mereka lebih mudah memberikan respons yang tepat untuk berbagai macam jenis situasi, termasuk di sekolah.

Yuk, temani anak mendengarkan dongeng di siniar (podcast) Dongeng Pilihan Orangtua yang dapat meningkatkan sifat rendah hatinya melalui beragam cerita yang memiliki pesan moral. Dengarkan Dongeng Pilihan Orangtua di Spotify atau platform pemutar siniar lainnya. Klik https://bit.ly/PadiYangSukaTertawa untuk mendengarkan.

Penulis: Zahra Fadhilah dan Ristiana Dwi Putri