Setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan ini hadir dalam berbagai bentuk, dimulai dari yang kasat mata, seperti sidik jari, wajah, hingga rupa tubuh sampai yang lebih kompleks untuk dirasakan, contohnya karakter.

Segala keunikan ini terbentuk atas pengalaman-pengalaman pribadi yang kita alami. Selain itu, banyak hal yang berada di dalam dan luar kontrol kita turut menyumbang bagaimana keunikan ini hadir.

Namun, kadang kala kita salah menilai keunikan yang dimiliki. Kita merasa keunikan pribadi adalah sesuatu yang memalukan sehingga muncul rasa takut untuk berbeda. Kemudian, ketakutan itu membuat diri merasa harus mengikuti arah hidup orang lain hingga akhirnya kehilangan tujuan.

Padahal, keunikan ini merupakan sesuatu yang harus dirayakan. Keunikan membuat kita sadar untuk menjadi diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Selain itu, keunikan juga mengajari kita untuk menerima kekurangan, seperti yang dialami oleh Seto Mulyadi—atau kerap disapa Kak Seto, seorang psikolog anak, dalam siniar (podcast) Beginu episode “Hidup sebagai Pribadi Unik untuk GEMBIRA” di Spotify.


Lantas, bagaimana cara kita menerima kekurangan, hingga pada akhirnya menjadikan hal tersebut sebagai keunikan diri?

Menurut Marty Nemko dari Psychology Today dan Crystal Rapole dari Healthline, berikut yang bisa dilakukan.

Berusaha Mengenal Diri Sendiri

Pengetahuan yang baik atas diri sendiri membuat kita lebih mudah menerima keadaan diri, termasuk keunikan yang dimiliki.

Selain itu, jika merasa tidak puas dengan aspek-aspek tertentu dari dalam diri, pengetahuan ini akan mempermudah kita untuk menangani area-area itu.

Dari situ, kemudian kita akan lebih memahami dan mengupayakan keunikan diri itu sebagai suatu “ciri khas” yang seakan-akan menjadi jenama pribadi.

Membangun Kekuatan

Setelah dirasa cukup bisa mengenal diri sendiri dan menerimanya, langkah selanjutnya adalah membangun kekuatan atau potensi diri.

Marty mengatakan bahwa hal ini dapat dilakukan dengan mengunggulkan kemampuan yang disukai, meningkatkan portofolio karier, dan memasukkan hobi dalam kehidupan kerja.

Menciptakan Gaya Khas

Bisakah kita membuat keunikan diri sebagai sesuatu yang istimewa, menonjol, dan istimewa?

Atau mungkin membuat keunikan menjadi suatu jenama pribadi sehingga orang-orang dapat mengenal kita dari keunikan tersebut?

Setelah proses-proses yang sudah disebutkan sebelumnya, ini adalah langkah akhir dalam cara menerima keunikan diri.

Sebab, ketika seseorang sudah berhasil menciptakan keunikannya sebagai gaya khas, ia telah benar-benar berhasil menerima dirinya, seperti yang dialami oleh Kak Seto dalam siniar Beginu bertajuk “Hidup sebagai Pribadi Unik untuk GEMBIRA” di Spotify. 

Ternyata, diungkapkan bahwa Kak Seto kecil sangat berbeda dengan sosok yang kita kenal saat ini. Ia dikenal sebagai anak bandel dan tak bisa diam, sampai-sampai dirinya dilabeli sebagai “3B”, yakni paling bodoh, buruk, dan bandel.

Namun, alih-alih terpuruk akibat pelabelan tersebut, Kak Seto berusaha menganggapnya sebagai suatu pelajaran besar bagi hidupnya. 

Ia lantas belajar untuk menerima kekurangan dan berusaha menjadi pribadi yang unik. Dari proses itulah pada akhirnya kita dapat mengenal Kak Seto sekarang sebagai pribadi yang ramah anak.

Beginu merupakan siniar yang dipandu oleh Wisnu Nugroho, seorang jurnalis, penulis, sekaligus Pemimpin Redaksi KOMPAS.com. Di sana, ia membahas pergumulan, paradoks, pengalaman berkesadaran dalam hidup bersosok manusia lewat tokoh-tokoh inspiratif dan unik.

Dengarkan Beginu di Spotify atau akses melalui tautan berikut dik.si/beginu_kakseto1.

Penulis: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama