Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang disebut nian gao. Nian berarti tahun, sementara gao berarti kue. Pelafalan gao juga mirip dengan kata yang berarti “tinggi”.
Persembahan para petani
Oleh karena itu, kue keranjang dianggap mewakili harapan akan sesuatu yang lebih baik. Penghasilan yang lebih tinggi, posisi yang lebih tinggi, pertumbuhan anak, dan secara umum doa untuk tahun yang lebih baik. Ada pula tradisi untuk memakan kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai bentuk harapan agar selalu beruntung dalam pekerjaan dan kehidupan di sepanjang tahun.
Kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini juga dahulu menjadi salah satu persembahan para petani dalam upacara syukur menyambut musim tanam. Pada sistem penanggalan lunar yang dianut China, awal tahun selalu berbarengan dengan akhir musim dingin dan mula musim semi. Tradisi para petani pada zaman dahulu itu menjadi cikal bakal Festival Musim Semi yang berlangsung pada awal tahun.
Sejauh yang bisa dirunut, asal-usul kue keranjang dimulai dari sekitar seribu tahun lampau. Pada pemerintahan Dinasti Liao (907–1125), orang-orang di Beijing punya kebiasaan memakan kue pada tahun baru. Ketika inilah kebiasaan membuat kue keranjang mulai menjadi tradisi.
Selanjutnya, sejak zaman Dinasti Ming (1368–1644), kue keranjang mulai menjadi kudapan umum rakyat. Hal itu terus berlangsung sampai sekarang. Biasanya, lantaran kue ini bisa tahan hingga satu tahun, pada tahun baru, orang-orang menyimpan kue keranjang untuk dinikmati sewaktu-waktu pada masa mendatang.
Baca juga :
- Tiga Kota Ini Punya Perayaan Imlek yang Menarik
- Makan Bandeng saat Imlek, Akulturasi Budaya Tionghoa-Betawi
Legenda nian gao
Selain kisah historis tersebut, ada pula legenda tentang nian gao. Konon, kue keranjang ini berasal dari daerah Suzhou sejak sekitar 2.500 tahun silam.
Pada saat itu, China masih dipecah-pecah menjadi beberapa kerajaan. Ancaman perang pun bisa sewaktu-waktu terjadi. Pada zaman ini, Suzhou adalah Ibu Kota Kerajaan Wu. Benteng yang kokoh dibangun untuk melindungi Wu dari serangan.
Semua orang cemas akan kemungkinan perang, kecuali Perdana Menteri Wu Zixu. Ia berkata kepada para pengawalnya, “Perang tidak bisa dianggap remeh. Tembok yang kokoh memang melindungi kita. Namun, apabila musuh mengepung kerajaan kita, tembok juga menjadi penghalang bagi kita untuk melarikan diri atau mencari makanan. Jika kelak sesuatu yang buruk terjadi, ingat untuk menggali lubang di bawah tembok itu.”
Beberapa tahun kemudian, setelah kematian Wu Zixu, perkataannya menjadi kenyataan. Banyak orang mati kelaparan karena kehabisan pasokan pangan ketika kerajaan dikepung.
Para pengawal kerajaan lantas ingat pesan Zixu dan menggali tanah di bawah tembok benteng. Mereka terkejut ketika menemukan dinding bagian bawah dibangun menggunakan bata yang dibuat dari tepung ketan dan gula. Makanan ini menyelamatkan banyak nyawa dari kelaparan. “Bata” inilah yang disebut-sebut sebagai asal muasal nian gao.
Setelah itu, orang mulai membuat nian gao setiap tahun untuk memperingati jasa Wu Zixu. Lama-kelamaan kue ini menjadi kudapan umum dan lazim disajikan ketika tahun baru. Itulah asal-usul kue keranjang hingga menjadi sajian wajib saat Imlek.