Ada beragam bentuk gangguan kejiwaan yang bisa dialami setiap orang, termasuk usia muda. Salah satu gangguan kejiwaan yang dapat dialami penduduk berusia muda adalah borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang. Ini merujuk pada suatu gangguan psikologis yang berkaitan dengan kepribadian.

BPD muncul pada usia remaja atau masa pubertas. Sebenarnya, anak-anak yang mudah marah bisa jadi telah memiliki bibit-bibit BPD. Namun, gangguan ini tidak dikenali pada awalnya sehingga cenderung diabaikan. Setelah bertahun-tahun, gangguan psikis ini bisa meletup.

Ahli kedokteran jiwa RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah, dr Mega Dhestiana SpKJ MSc menjelaskan, BPD sering disebut sebagai gangguan kepribadian ambang. Gangguan ini beberapa di antaranya ditandai dengan perilaku agresif dan impulsif.

“Diagnosisnya baru bisa ditegakkan setelah usia 18 tahun. Kalau masih berusia 13–15 tahun, menyebutnya baru ke arah gangguan BPD, tetapi belum bisa ditegakkan. Gangguan ini jarang terjadi pada usia dewasa di atas 40 tahun. Selain itu, lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki, perempuan 3 kali lebih rentan,” jelasnya, Rabu (3/2/2021).

Mega menerangkan, mendiagnosis gangguan kepribadian ambang dalam klinis sehari-hari memerlukan suatu pedoman diagnositik. Antara lain terdapat pada Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder IV-Text Revised (DSM IV-TR) dan PPDGJ III/ICD 10.

Dokter, lanjut Mega, biasanya lebih berfokus pada sikap agresif dan impulsif yang muncul pada pasien gangguan kepribadian ambang. Sebab, manifestasi gejala ini dapat membahayakan diri pasien sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

“Dewasa ini, mendiagnosis gangguan kepribadian ambang juga melibatkan pendekatan neurobiologis. Sejumlah penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara faktor biologis dan gangguan ini. Yang diteliti adalah regio pada otak dan sistem serotonergik untuk melihat hubungan dengan gangguan kepribadian ambang,” terangnya.

Dari beberapa hasil penelitian, kata Mega, tampak adanya peran regio otak, utamanya korteks orbitofrontal, dan sistem serotonergik sebagai pemicu perilaku impulsif dan agresif pada remaja dengan BPD.

Beberapa gejala borderline personality disorder

Terdapat beberapa gejala yang menandai munculnya BPD. Biasanya, seseorang yang mengalami BPD mempunyai keadaan emosi yang fluktuatif. Terkadang penyandang BPD bersikap positif dan menganggap diri mereka baik. Namun, ada kalanya penyandang BPD menilai diri mereka sangat buruk.

Penyandang BPD juga mudah mengalami perubahan suasana hati yang terjadi sewaktu-waktu. Bahkan, emosi penyandang BPD cenderung meledak-ledak dan membenci orang-orang yang dianggap “normal”.

Remaja dengan BPD biasanya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini karena sifat penyandang BPD yang sering kali terlalu sensitif dan tidak bisa menerima kenyataan yang pahit.

Selain itu, penyandang BPD terkesan memiliki sikap yang posesif. Sikap lain yang terkadang muncul yaitu adiktif atau kompulsif. Inilah yang dapat mendorong penyandang BPD terjerumus pada penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau minuman keras.

Baca juga : 

Alasan lain yang menghambat interaksi penyandang BPD dengan lingkungan adalah kecenderungan penyandang untuk menghindari orang lain atau mendefinisikan orang lain dalam posisi hitam-putih atau benar-salah. Pandangan ini muncul dalam pikiran penyandang BPD berdasarkan pengalaman mereka, misalnya trauma, kekecewaan, pengabaian, dan pengkhianatan.

Untuk itu, Mega menyarankan agar setiap orangtua tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun kepada anak karena akan menimbulkan trauma yang bisa berlanjut pada terjadinya kepribadian ambang.

“Saat menjalin hubungan, para perempuan sebaiknya jangan fokus pada masalah- masalah pada masa lalu. Namun, sebisa mungkin tingkatkan keromantisan hubungan dengan pasangan. Ini bisa mencegah terjadinya kepribadian ambang,” ujarnya.

Penanganan gangguan kepribadian ambang, menurut Mega, bisa melibatkan unsur psikoterapi dan psikofarmakologi. Orangtua sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau membawa anaknya yang memiliki tanda gangguan ini ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat.

Dukungan kasih sayang

Borderline Personality Disorder

Sementara itu, menurut Psychologytoday.com, sebenarnya BPD dapat dibagi menjadi dua karakter utama, yaitu agresif dan pendiam. Agresif identik dengan perilaku yang mudah stres, gelisah, menanggapi penolakan dengan kemarahan, memiliki kecenderungan bertindak kekerasan, serta self-directed, atau justru object directed.

Sementara itu, karakter pendiam ditandai dengan menganggap diri sendiri sebagai korban kekerasan atau berpotensi menjadi korban dalam sebuah persepsi sosial yang kurang tepat. Selain itu, menarik diri dan tidak menunjukkan emosi serta tidak ingin berpartisipasi dalam aksi tanggung jawab meskipun penyebab masalah adalah diri mereka sendiri.

Penyebab BPD belum diketahui secara pasti. Namun, diduga faktor pola asuh yang kurang tepat, pelecehan, dan faktor genetik turut berperan pada kemunculan BPD. Faktor-faktor ini terakumulasi dalam waktu yang lama (bertahun-tahun) dan muncul dalam emosi yang bisa meledak sewaktu-waktu.

Masih dari sumber yang sama, penanganan BPD bisa berupa terapi energi (energy therapy) untuk mengurangi kecenderungan kemarahan. Sementara itu, psikoedukasi (psychoeducation) diperlukan untuk mengolah emosi secara sehat dan sikap intoleransi dari keluarga saat emosi meledak-ledak dari penyandang BPD muncul.

Namun, yang paling penting adalah dukungan kasih sayang dari orang-orang di sekitar penyandang BPD. Ketika penyandang BPD merasa nyaman dan dicintai, saat itulah ia merasa lebih baik dan terkendali.