Kecanduan medsos juga bisa mendatangkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan jiwa kita. Untuk itu, kita harus bijak tatkala memutuskan aktif bermain medsos.

Pada masa kini, media sosial (medsos) menjadi semacam etalase sekaligus dinding ratapan bagi pemiliknya. Ketidakmampuan mengontrol diri bisa saja mengakibatkan kita mengalami gangguan psikis akibat medsos. Ada beberapa gangguan yang mungkin mengancam kita. Berikut ini yang perlu diwaspadai warganet.

1. FOMO

Gangguan fear of missing out (FOMO) dimaknai sebagai perasaan tidak nyaman karena ada sesuatu yang terlewatkan mengenai aktivitas orang lain. Hal ini mengakibatkan seseorang cenderung untuk terus mencari tahu apa yang dialami orang lain, apalagi pengalaman tersebut belum pernah dirasakan sendiri.

Kini, seseorang mudah tergoda untuk selalu mengakses jejaring sosial dan memantau akun lain secara konstan. Kehidupan orang lain seolah-olah terlihat lebih indah dan menarik, sayang jika terlewatkan.

Gejala gangguan FOMO yang sering terlihat adalah kita tanpa sadar “mewajibkan” diri memantau lini masa sebelum dan sesudah tidur, meski cuma sekadar menyimak perbincangan antar-akun. Pada masa kini, gangguan ini mungkin kita kenal dengan istilah kepo.

2. OCD dan “social phobia”

Penggunaan teknologi memicu hadirnya kedua gangguan ini. Salah satu gejala seseorang mengalami obsessive-compulsive disorder (OCD), ia tidak dapat meninggalkan ponselnya sedetik pun ketika sedang menjalani aktivitas lain.

Sementara itu, social phobia menunjukkan gejala adanya rasa sakit hati ketika seseorang mendapat komentar atau balasan pesan negatif dari orang lain di dunia maya. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat memberikan pengaruh buruk dalam interaksi sosial di dunia nyata.

3. “Social (media) anxiety disorder”

Pernahkah ketika kita asyik mengobrol dengan beberapa teman, masih bisa sigap memperhatikan nyala atau bunyi notifikasi dari ponsel? Perhatian bisa seketika teralihkan karena seseorang telah mengomentari status Facebook terbaru atau “menyambar” cuitan kita.

Apabila perilaku-perilaku seperti itu melekat dalam diri, bisa jadi kita berpotensi untuk mengidap social (media) anxiety disorder (SAD). Gangguan ini dapat dipahami sebagai ketakutan atau kecemasan dalam berkomunikasi di media sosial. Seseorang merasa takut atas penghakiman buruk dari kerabat yang berada di jejaring sosial.

Kecemasan terlihat ketika seseorang takut dicap sebagai orang yang sombong ketika memberikan respons yang lambat. Bahkan, seseorang bisa merasa tertekan jika kerabat dekatnya meng-unfollow atau mengeblok akunnya tiba-tiba. SAD juga bisa berpeluang untuk masuk pada kategori penyakit klinis.

Untuk mencegah gangguan semacam itu terjadi pada diri kita, sebaiknya sesekali lakukan puasa medsos. Kita bisa pergi atau berlibur sejenak ke tempat-tempat yang menawarkan keheningan alami. Simpan sehari-dua hari ponsel dalam tas dan kembalikan diri kita kepada pangkuan alam.