Di tengah gempuran kecanggihan teknologi saat ini, konsultan McKinsey menemukan bahwa hanya 1 dari 10 jenis transformasi yang harus dilakukan agar organisasi kuat menghadapi masa depan, yang berkaitan dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Selain transformasi terkait AI tersebut, terdapat 1 transformasi lagi yang berkaitan dengan efisiensi proses, sementara 8 jenis transformasi lainnya berkaitan dengan manusia. Mulai dari bagaimana memperkuat resiliensi, mencari bentuk bekerja hibrida yang pas, pengelolaan talenta, pengembangan kapabilitas talenta dan organisasi, kepemimpinan, mengenai diversity dan inklusi, sampai bagaimana menjaga mental health pekerja.

Sebagian besar organisasi mengatakan bahwa mereka sudah melaksanakan beragam program yang berfokus pada kesejahteraan manusia, seperti olahraga bersama, outing, work life balance, dan retret. Motivator-motivator hebat dibayar mahal dengan beragam pidatonya yang menggugah.

Namun, bila dievaluasi dengan saksama, seberapa jauh hal itu dapat mendorong individu berkontribusi lebih dari yang diminta, berpikir kreatif, bersemangat melakukan kolaborasi lintas fungsi, sampai berinisiatif untuk terus melakukan perbaikan?

Kenyataannya, fenomena quiet quitting masih kerap kita jumpai di banyak organisasi. Sementara kita melihat dalam berbagai proyek kemanusiaan, para pekerja sukarela bekerja dengan penuh semangat. Padahal bisa jadi mereka tidak dibayar dan malah harus mengeluarkan dana pribadi dalam partisipasinya ini.

Mungkin sudah saatnya melihat permasalahan ini dari sudut pandang yang berbeda. Alih-alih mencari cara untuk memotivasi karyawan yang membutuhkan pendorong yang mungkin tidak ada habisnya, bisa jadi budaya yang menumbuhkan antusiasme dari dalam diri individu adalah jawabannya.

Motivasi versus antusiasme

Jauh semenjak zaman kerajaan dan perbudakan dahulu, manusia sudah menerapkan beragam cara memotivasi manusia lain untuk semakin produktif. Mulai dari motivasi menghindari rasa sakit dari cambukan sampai berusaha mendapatkan beragam hadiah menyenangkan yang ditawarkan oleh penguasa.

Dalam masa modern ini, kita mengenal istilah stick and carrot untuk meningkatkan motivasi melalui hukuman dan hadiah. Di organisasi, kita menganggap karyawan akan berprestasi karena termotivasi oleh bonus dan sebaliknya memiliki ketakutan untuk dilengserkan kalau dinilai tidak berprestasi.

Di situ, kita melihat bahwa motivasi selalu memiliki pendorong yang memicunya. Entah itu rasa sakit ataupun rasa senang, dan berkaitan dengan tugas tertentu yang harus diselesaikan oleh individu. Artinya, untuk menjaga tingkat motivasi individu tetap pada level produktif, kita harus senantiasa mencari pemicu yang tepat dan ini merupakan tantangan tersendiri.

Di lain pihak, antusiasme menyasar ranah yang lebih luas dan tidak bergantung pada tugas tertentu. Antusiasme tumbuh dari pemahaman tentang “arti” suatu pekerjaan, mengapa hal itu penting, serta apa dampak berarti yang akan dihasilkannya. Orang menjadi antusias karena memahami pentingnya hal tersebut dan terobsesi untuk menyelesaikannya.

Penelitian ahli syaraf Huberman menunjukkan bahwa otak memiliki kecenderungan untuk mengurangi beban mentalnya. Sebelum suatu kebiasaan terbentuk, otak senantiasa memproses konflik maju-mundur untuk melakukan suatu tindakan, yang memberikan beban mental pada otak. Namun, bila tindakan itu sudah menjadi kebiasaan, mental kita sudah tidak lagi terbebani konflik tersebut.

Baca juga: Menjadi Panutan

Seseorang yang termotivasi untuk menurunkan berat badan karena akan menikah harus berjuang memerangi rasa malas berolahraga dan melakukan diet ketat. Tidak jarang ia melakukan olahraga ekstra guna mencapai tujuannya. Namun, setelah melewati hari pernikahan, kegiatan olahraganya mulai mengendur dan berat badannya perlahan-lahan kembali naik.

Sementara itu, mereka yang memahami bahwa olahraga bermanfaat untuk keseimbangan metabolismenya dan bisa memperkuat struktur tulangnya hingga tua nanti akan membangun kebiasaan melakukan berbagai jenis olahraga untuk mendapatkan efek jangka panjang.

Olahraga tidak lagi dipandang sebagai beban yang harus dilakukan, tapi menjadi suatu kebutuhan sehingga ia melakukannya dengan antusias tanpa beban mental, bahkan mungkin merasa sedih ketika tidak dapat berolahraga. Enthusiasm leads to discipline, habits and success.

Membangun tenaga kerja antusias

Membangun antusiasme, meskipun bukan hal yang mudah, akan memberikan dampak yang besar bagi kinerja organisasi sehingga patut diperjuangkan. Ada beberapa hal dapat dilakukan untuk menumbuhkan antusiasme dalam diri individu.

Pertama, individu perlu memahami dengan jelas pentingnya peran mereka dalam keberlangsungan organisasi. Seorang kurir yang memahami pentingnya invoice yang dititipkan kepadanya akan memastikan bahwa invoice tersebut diterima oleh tangan yang tepat, tidak sekadar mengantarkan pada alamat yang dituju saja.

Ia bahkan bisa mengambil inisiatif tentang apa yang harus dilakukan bila menghadapi hambatan atau kesulitan. Ia bisa membayangkan hasil yang akan dicapai organisasi dengan kinerja mereka yang luar biasa.

Kedua, individu perlu yakin bahwa mereka memiliki dukungan yang cukup. Tidak hanya perangkat laptop dan perlengkapan kerja lainnya, tetapi juga dukungan informasi, data, hingga dukungan mental ketika menghadapi kesulitan. Perasaan didukung dan diperhatikan ini akan membuat individu lebih terbuka ketika menghadapi kesulitan dan membuat lebih bersemangat menghabiskan waktu di tempat kerja.

Ketiga, individu perlu memiliki rasa mumpuni. Memberikan tugas jauh di luar batas kemampuan dengan maksud menantang potensi seseorang, bisa jadi malah menimbulkan frustrasi dan trauma.  Para talenta memang perlu diberikan tugas yang menantang tapi tetap sesuai dengan tingkat keahliannya agar mereka tetap antusias untuk mengatasi tantangan yang tidak mustahil.

Di situlah peran atasan untuk memahami keunikan dan kekuatan masing-masing anak buahnya dalam menyusun tantangan yang mengembangkan mereka.

Antusiasme melepaskan dorongan untuk membawa Anda melewati rintangan dan menambahkan makna pada semua yang Anda lakukan.”

–Norman Vincent Peale

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM

Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia.