Setiap kali mendengar ada peluncuran produk teknologi baru, publik senantiasa menyambut dengan antusias, menantikan kecanggihan baru apalagi yang didapatkannya kali ini. Bahkan, tidak jarang orang rela antre berjam-jam untuk bisa menjadi yang pertama mendapatkan produk tersebut.

Hal-hal baru menjadi yang ditunggu, produk di tangan yang dahulu terlihat canggih tiba-tiba sekarang terasa kuno. Perubahan terlihat menyenangkan, bahkan senantiasa diharapkan karena kita menjadi cepat bosan dengan yang itu-itu saja.

Meski demikian, apakah hal yang sama juga kita rasakan ketika kita adalah obyek perubahannya? Bagaimana kita menyikapi kemajuan teknologi yang mengakibatkan tenaga kerja harus kehilangan pekerjaannya karena digantikan oleh teknologi? Bahkan, pekerjaan-pekerjaan kreatif seperti membuat musik, film, dan menulis pun sekarang dengan mudah dilakukan mesin-mesin kecerdasan buatan (artificial Intelligence).

Bagaimana kita menghadapi perubahan metode bekerja menjadi paperless, ambigu, remote dengan komunikasi bersama tim yang sering kali tidak menampakkan sosoknya di layar? Disadari atau tidak, masa depan yang kita lihat mengasyikkan ini ternyata juga sekaligus menakutkan. Evolusi tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti, tetapi terus bergerak bahkan dengan kecepatan yang lebih dahsyat lagi.

Perubahan terus terjadi, besar maupun kecil. Sepanjang hidup manusia terus berubah, dari memulai hubungan baru, pekerjaan baru, mencoba cara bekerja baru, sampai teknologi baru, merupakan hal-hal yang senantiasa kita hadapi. Dunia bisnis juga mengalami disrupsi yang luar biasa. Preferensi konsumen berubah dan berkembang terus. Apa yang dahulu digandrungi konsumen dengan cepat juga ditinggalkan mereka.

Dunia bisnis selalu harus siap menghadapi tuntutan pasar. Kegagalan untuk merangkul perubahan dapat menyebabkan kita kehilangan keunggulan kompetitif. Peraturan pemerintah pun berubah terus sehingga setiap organisasi perlu mengejarnya dengan kebijakan, prosedur, dan praktik-praktik organisasi. Di sinilah kita mengenal suatu kekuatan yang tidak pernah kita sadari, yaitu seni beradaptasi.

Tidak ada pilihan lain kecuali merespons kebutuhan pelanggan dan segala perkembangan yang terus terjadi dengan melakukan inovasi-inovasi. Kita harus terus berpikir dan bergerak untuk menyederhanakan alur kerja, memanfaatkan otomasi, dan mengadopsi praktik terbaik untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi. Hanya organisasi yang adaptif yang dapat membangun ketahanan organisasinya.

Namun, secara individual, kita tidak boleh bergantung pada organisasi. Kita sendiri perlu selalu menjaga kekuatan adaptasi kita. Kondisi emosi perlu dijaga, karena  penolakan biasanya bersifat emosional. Dalam sebuah studi yang dilakukan McKinsey pada 2021 terungkap bahwa mereka yang gesit dalam beradaptasi memiliki kemungkinan 24 persen lebih tinggi untuk dipekerjakan.

Untuk itu, kita perlu tahu bagaimana melakukan manajemen perubahan secara pribadi. Sebagai pemimpin, kita bahkan juga perlu mengembangkan strategi adaptasi yang jitu agar dapat berfungsi sebagai konduktor dan menjadi agen perubahan yang menunggangi perubahan serta menjaga agar jalan perubahan tetap relevan dengan visi misi pribadi dan organisasi.

Strategi adaptasi hadapi masa depan

Bagaimana kita melihat masa depan akan menentukan sikap kita menghadapinya. Bila melihat ketidakpastian sebagai peluang dan bukan hambatan, kita akan sigap mencari cara untuk beradaptasi meraih kesempatan ini sebelum tenggelam dalam kompetisi. Ada beberapa strategi yang bisa kita terapkan agar tetap berjaga dan siap beradaptasi.

Pertama, kita perlu menyuburkan semangat growth mindset. Yakinlah bahwa perkembangan hanya akan terjadi melalui keberanian menjalani perubahan. Kegagalan, rasa sakit dalam menghadapi tekanan adalah fase-fase yang memang perlu dijalani untuk membuat kita menjadi kuat dalam menghadapi tantangan yang lebih baru, seperti ketika kecil kita berusaha belajar berjalan yang melalui tahap jatuh bangun berkali-kali.

Kedua, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Kimiko Nishimoto belajar memotret pada usia 72 tahun pada 2001; dan pada 2011 ia menggelar pameran fotografi pertamanya dengan pengikut media sosialnya yang sudah ratusan ribu orang.

Kita perlu percaya bahwa keterampilan dan kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha, latihan, dan kerja keras. Kita juga perlu menghancurkan mentalitas silo yang hanya peduli dengan bagian masing-masing. Medici effect membuktikan bahwa pengetahuan lintas ilmu justru menghasilkan inovasi-inovasi yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Dengan kemajuan teknologi, kita dapat membuat platform untuk berbagi pengetahuan dan mendorong individu dalam organisasi terbuka menerima dan belajar hal-hal baru di luar bidang keahliannya. Media pembelajaran pun semakin bervariasi saat ini sehingga tidak ada lagi alasan minimnya kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Teknologi harus dimanfaatkan untuk membebaskan kita dari pekerjaan-pekerjaan rutin sehingga kita dapat meningkatkan diri untuk belajar hal baru dan melakukan pekerjaan yang bernilai tambah. Pada akhirnya, kita semua ingin menjadi subyek perubahan yang membuat perbedaan, tidak hanya sebagai obyek perubahan yang belajar untuk bertahan. Dengan berkreasi, kita akan merasa lebih bahagia karena dapat mengaktualisasikan kemampuan diri kita.

Ketiga, kita perlu mengembangkan ketahanan pribadi. Sikap positif dan optimistis berpengaruh pada daya tahan kita. Untuk mengembangkan sikap ini, kita perlu terbiasa memelihara rasa syukur atas peluang dan pengalaman yang sudah kita capai, dan juga atas kesempatan yang masih terbuka di depan mata. Disrupsi perlu kita sambut dan kita pun perlu berusaha menjadi yang terdepan dalam menyambut perubahan ini.

Keempat, sikap saling dukung di lingkungan kerja akan membuat hati gembira  walaupun dalam keadaan yang sedang berjuang. Perjalanan yang berat akan terasa ringan ketika dijalani bersama-sama, sementara perjalanan mudah pun bisa jadi berat kalau dijalani seorang diri.

Semangat I got your back sangat penting untuk memberikan dukungan pada rekan kerja yang cemas ketika harus melangkah dalam situasi yang tidak dikenalnya. Namun, dengan keyakinan bahwa ia tidak sendirian, langkah kaki pun akan menjadi lebih ringan.

Terakhir, kita perlu membaca dan mendengar apa yang dikatakan para futuris, terlepas dari benar atau tepat tidaknya ramalan mereka. Kita perlu meminjam imajinasi mereka untuk membuat perencanaan masa depan.

“Semua kegagalan adalah kegagalan untuk beradaptasi, semua kesuksesan adalah adaptasi yang berhasil.”

–Max McKeown

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM

Adaptasi

Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia.