Masing-masing daerah di Indonesia menyimpan kekayaan budaya, termasuk dalam merayakan Idul Fitri. Di Sumatera saja, ada berbagai cara unik menyambut Lebaran, mulai dari yang terkait dengan kuliner sampai silaturahmi. Berikut ini beberapa di antaranya.

1. Makmeugang atau Meugang (Aceh)

Aceh kental dengan tradisi kulinernya. Idul Fitri biasanya disambut dengan makmeugang atau meugang, bersantap menu daging bersama. Biasanya daging dimasak sebagai gulai dan rendang. Seluruh keluarga akan berkumpul di meja makan atau duduk lesehan, lalu menyantap hidangan tersebut. Selain menjelang Idul Fitri, meugang dilaksanakan menjelang Ramadhan dan Idul Adha.

2. Manambang (Sumatera Barat)

Tradisi ini dirayakan anak-anak di Padang. Setelah selesai shalat Id, mereka berombongan akan pergi keliling mengunjungi rumah-rumah warga sekitar. Selain bersilaturahmi, anak-anak ini juga biasanya mendapatkan “THR” dari tuan rumah, besarannya bervariasi, dari pecahan Rp 1.000 hingga Rp 5.000. Anak-anak senang, yang dikunjungi pun senang karena perayaan semakin meriah.

Baca juga : 6 Manfaat Kurma untuk Buka Puasa

3. Batobo (Riau)

Kali ini berkaitan dengan budaya rantau. Warga Riau punya kebiasaan tersendiri saat menyambut keluarga yang kembali dari rantau, termasuk ketika seseorang mudik dalam rangka Idul Fitri. Para pemudik diarak dengan iringan rebana menuju tempat berbuka puasa bersama. Inilah batobo, ajang silaturahmi dan melepas rindu dengan keluarga.

4. Badulang (Bangka)

Makan bersama selalu menjadi cara yang tepat untuk mengungkapkan syukur. Badulang adalah kegiatan bersantap beramai-ramai ketika warga merayakan sesuatu, dan Idul Fitri adalah salah satunya. Setelah shalat Id dan bersalam-salaman, warga berkumpul di halaman masjid untuk makan bersama. Makanan ditata di dalam nampan, dengan menu utama biasanya lontong dan beragam makanan khas Bangka.

Baca juga : 3 Cara Mengatur Porsi Makan saat Puasa

5. Ronjok Sayak (Bengkulu)

Foto-foto: Shutterstock.com

Suku Serawai di Bengkulu masih melakoni budaya ini. Ronjok sayak kerap disebut juga dengan bakar gunung api. Sebelum malam takbiran, di depan rumah mereka menumpuk batok kelapa sampai menjulang. Susunan batok ini kemudian dibakar serentak selepas shalat Isya. Hal ini membuat suasana menyambut Lebaran kian semarak.