Di tengah pikuknya kehidupan modern, bagi sebagian kalangan, aktivitas fisik seperti yoga kian diminati. Dibukanya kelas-kelas atau yoga untuk umum dalam kesempatan senam bersama semakin mudah ditemukan di sejumlah kota besar di Indonesia. Namun, padatnya aktivitas keseharian membuat sebagian orang kesusahan dalam mengikuti kelas yoga. Ini mendorong kebutuhan akan kelas-kelas yoga yang lebih privat.

Sandi Kalifadani, seorang instruktur yoga asal Yogyakarta menuturkan, pengajaran yoga dalam kelas besar dan yoga privat sebenarnya tidak jauh berbeda. Cara mengajarkan yoga sama, materi yang diajarkan pun serupa.

“Bedanya, kalau kelas privat, perhatian lebih banyak fokus satu orang. Kalau di kelas dengan banyak murid, konsentrasi harus lebih banyak. Kelas besar juga lebih sibuk karena instruktur harus berjalan berkeliling dan mengawasi murid-muridnya,” terang Sandi.

Sandi menuturkan, saat ada murid datang ikut dalam kelas dan mengalami masalah, ia harus memperhatikan agar bisa membantu. Apabila ada murid yang tidak bisa melakukan gerakan tertentu, ia pun harus mencari gerakan lain yang lebih pas. Ada kelebihan dan kekurangan dalam kelas yoga bersama dan kelas yoga privat.

“Biasanya, murid yang mengambil kelas privat itu kebanyakan orang kerja, jadi tidak bisa ikut kelas yoga reguler. Ada juga murid yang hanya datang sebentar ke Yogyakarta lalu balik ke kota asalnya. Kelas yoga privat juga bisa diambil orang yang mengalami masalah kesehatan khusus dan tidak bisa mengikuti kelas reguler,” kata Sandi.

Sesuai kondisi

Hal yang serupa diungkapkan oleh Astrid Amalia, instruktur yoga yang berdomisili di Jakarta. Astrid mengungkapkan, kelas yoga privat lebih disesuaikan dengan kebutuhan muridnya. Instruktur atau guru yoga pun harus menyesuaikan jenis gerakan dengan kebutuhan murid atau kliennya.

Guru yoga perlu mengetahui dan memahami anatomi tubuh manusia dan kondisi tubuh murid atau kliennya. Dengan mengenali tubuh, bisa dipilih gerakan-gerakan yang sesuai dengan kondisi dan bentuk tubuh murid.

“Kebanyakan klien saya adalah orang kantoran. Rata-rata umur 40–60 tahun. Saya tidak mengklasifikasikan jenis yoga untuk apa, tidak ada aturan pasti untuk latihan yoga karena setiap orang punya latihan dan kebutuhan yoga sendiri,” kata Astrid.

Astrid mengungkapkan, tidak hanya bentuk dan kondisi tubuh, pertimbangan lain dalam kelas yoga privat juga terkait masalah psikologis dan karakter murid. Sebagai contoh, murid stres akibat beban kerja kantoran akan ditangani berbeda. Fokus penangannya antara lain untuk mengurangi ketegangan dan latihan pernapasan. Murid yang takut atau tidak ingin melakukan gerakan tertentu juga tidak dipaksakan.

“Enaknya kelas privat, kita jadi lebih mengenal orang. Lebih detail melihat kondisi klien bagaimana dan tahu perkembangannya. Komunikasi dengan klien yoga menjadi lebih dekat, lebih nyaman,” kata Astrid.

Umumnya, guru atau instruktur yoga mendatangi murid atau klien untuk memberikan pelatihan yoga. Waktunya disesuaikan dengan waktu longgar murid sehingga lebih fleksibel. Hal tersebut menjadi pola umum instruktur yoga privat.

Sedikit berbeda dengan Sandi. Sandi mengaku awalnya ia memenuhi permintaan kelas yoga dengan jemput bola atau mendatangi klien atau murid. Namun, karena adanya kebutuhan dengan berbagai peralatan penunjang yang tidak mungkin atau sulit dibawa keluar dari studio yoga, murid privat yoga pun dianjurkan mendatangi studio yoga untuk mengikuti kelas privat. Menurut Sandi, sejumlah alat bantu untuk yoga ini diperlukan untuk membantu gerakan lebih aman dan tepat, progres yoga pun diharapkan bisa menjadi lebih baik. [MIL]

noted: yoga privat untuk kebutuhan spesifik