Tragisnya terkadang stigma negatif justru menghampiri para perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tanpa memberikan kesempatan pada mereka untuk bersuara dan mengungkapkan luka batin yang dialami.
Film “Women From Rote Island” sebuah karya dari Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema menceritakan kisah seorang ibu tunggal di Pulau Rote dengan dua orang anak perempuannya. Ibu tunggal itu bernama Orpa (Linda Adoe), yang suaminya baru saja meninggal dan meninggalkannya dengan dua anak perempuan.
“Women From Rote Island” yang disutradarai oleh Jeremias Nyangoen ini secara jelas memaparkan tentang bagaimana perempuan memperjuangkan hak-haknya dalam menghadapi realitas kekerasan seksual di Indonesia Timur.
Kisah ini merupakan perjuangan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang kembali ke kampung halamannya, Pulau Rote, dalam kondisi depresi akibat kekerasan seksual yang dialaminya.
Bukan sekadar kisah perempuan
Diperankan oleh aktris lokal, film ini bukan hanya sekadar kisah perempuan yang menjadi korban kekerasan, tetapi juga mencerminkan keadaan sistem hukum, kondisi sosial, dan budaya yang masih menghadang upaya untuk memberikan keadilan kepada para korban.
Orpa (Linda Adoe), yang baru saja kehilangan suami dan tinggal bersama kedua anak perempuannya, harus menghadapi diskriminasi dan tradisi dengan berjuang mendapatkan keadilan dari kekerasan yang ia dan anaknya alami.
Di sisi lain, Martha (Irma Rihi), anak dari Orpa pulang ke kampung halaman membawa trauma kekerasan seksual yang dialaminya saat menjadi TKI. Ketika warga di kampungnya mengetahui kondisi Martha, bukannya mendapatkan perlindungan, Martha justru kembali mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.
Mau tidak mau, Orpa dan keluarganya harus menghadapi diskriminasi dan bertahan dengan kondisi yang tak berpihak pada mereka. Penderitaan Orpa dan kedua anaknya tidak berhenti sampai di situ karena Martha akhirnya hamil akibat perkosaan dan adiknya bahkan harus kehilangan nyawa karena kekerasan yang dialaminya.
Dengan penekanan pada aspek-aspek sosial dan budaya yang kompleks, film Indonesia ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan ruang bagi refleksi tentang isu-isu relevan dalam masyarakat Indonesia saat ini.
Memiliki latar belakang kehidupan di kawasan Indonesia bagian timur, film “Women from Rote Island” mampu menggambarkan sisi lain kehidupan seorang tenaga migran ilegal serta kodratnya yang terlahir sebagai seorang perempuan.
Linda Adoe, pemeran Orpa, mengungkapkan isi hatinya setelah dipercaya bermain di film ini, “Women From Rote Island bukan sekadar film, melainkan panggilan hati untuk menyuarakan realitas kehidupan yang mungkin terabaikan. Ikut bangga rasanya bisa jadi bagian dari film yang sangat kuat pesannya seperti ini, karena bisa memberi pandangan baru dan menginspirasi penonton untuk peduli terhadap isu kekerasan seksual yang masih terjadi, bukan cuma di Rote, tapi di berbagai macam daerah di Indonesia.”
Senada dengan Linda Adoe, Jeremias Nyangoen, selaku sutradara, menyampaikan rasa bangganya karena film ini akhirnya bisa tayang di bioskop, bisa bertemu dengan lebih banyak penonton dan ia berharap film ini bisa jadi pengingat untuk lebih dekat dengan keluarga kita.
“Dengan tayangnya film ini, saya berharap penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga lebih terbuka terhadap isu-isu sensitif seperti isu kekerasan. Jadi lebih sadar betapa pentingnya keluarga untuk cerewet dan memperhatikan anak-anaknya, keponakannya, cucu-cucunya. Karena potensi kekerasan biasanya bermula dari keluarga. Dan kekerasan ini bukan cuma terjadi pada anak perempuan, tapi anak laki-laki pun bisa jadi korban. Begitu juga sebaliknya, pelakunya bukan cuma laki-laki, tapi perempuan juga bisa. Karena itu, harus lebih pandai menjaga anak-anak kita,” ucap Jeremias dengan lugas.
Bersama, mari kita sukseskan pesan keberdayaan perempuan yang diusung oleh “Women From Rote Island”.
Review overview
Summary
8Disadari atau tidak, banyak sekali kekerasan seksual yang dialami perempuan di sekeliling kita. Lalu apakah mereka berani mengadukan nasibnya? Sanggupkah mereka menanggung beban batin yang dialaminya?