Pola gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab penyakit hipertensi. Penyakit ini menyerang pembuluh dasar dan akan mengakibatkan tekanan darah di dalam tubuh seseorang naik drastis. Bila tidak terkontrol, akan mudah terkena stroke bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Yuliana (41) sempat mengalami penyakit ini. Sepuluh tahun yang lalu saat kehamilan anak pertama, dia mengalami kasus pre-eklamsia. Bayinya lahir dengan berat badan rendah yang diistilahkan BBLR. Dia pun sempat mengalami kebutaan selama beberapa hari.

Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal sebagai “silent dead”. Banyak orang mengidap hipertensi, tapi tidak menyadari karenanya penyakit ini tidak memiliki gejala yang pasti. Tanda-tanda yang sering muncul pada penyakit hipertensi ini antara lain sering sakit kepala dan pusing. Kadang kala mengalami pendarahan di hidung atau mimisan. Sensitif dan mudah marah. Sering kelelahan saat melakukan berbagai aktivitas. Sering buang air kecil dan berkeringat berlebihan. Wajah kemerahan dan nyeri perut bahkan bisa muntah.

Saat ini, jumlah penderita hipertensi setiap tahun selalu meningkat. Bahkan, penyakit ini sudah menjalar pada anak-anak yang berusia muda. Padahal, penyakit ini seharusnya dialami oleh orang yang sudah lanjut usia. Hasil riset dari Kementerian Kesehatan, penderita hipertensi menunjukkan peningkatan. Hasil diagnosis dokter tahun 2007 sebesar 7,6 persen bertambah menjadi 9,5 persen di tahun 2013.

Jika dibiarkan saja, tekanan darah tinggi akan meningkatkan risiko terkena penyakit yang lebih berat lagi seperti serangan jantung, atau stroke. Satu-satunya cara mengetahui kita mengidap penyakit tersebut adalah mengukur tekanan darah. Orang dewasa sebaiknya memeriksa tekanan darah mereka setidaknya setiap 5 tahun sekali.

Pencegahan sangat diperlukan. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Perubahan gaya hidup menjadi obat yang manjur untuk menurunkan tekanan darah. Misalnya, konsumsi makanan sehat, rendah lemak dan seimbang termasuk banyak makan buah-buahan segar dan sayuran. Selain itu, mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari 1 sendok teh per hari.

 

Pengobatan herbal

Olahraga teratur juga efektif dalam mengendalikan tekanan darah. Aktif secara fisik misalnya lebih memilih naik turun tangga dari pada menggunakan lift. Merokok juga sudah menjadi gaya hidup bagi orang masa kini baik laki-laki maupun perempuan, baik muda maupun tua. Padahal, merokok dapat meningkatkan peluang menderita penyakit jantung dan paru-paru.

Namun, apabila sudah terlanjur menderita penyakit ini, pengobatan tentu saja tidak dapat dihindarkan. Pengobatan herbal bisa menjadi salah satu alternatif. Saat ini, banyak obat-obatan herbal yang dijual di pasaran atau toko obat untuk mengatasi penyakit ini.

Selain dengan obat herbal, penderita hipertensi dapat mengonsumsi beberapa makanan yang bisa menurunkan tekanan darah. Beberapa bahan alami seperti tanaman mengkudu, daun sirsak, daun pegagan, kulit manggis, daun seledri, wortel, buah kesemek, biji teratai, bawang putih, meniran dan lain-lain.

Perlu tidaknya minum obat penurun tekanan darah tinggi dapat dilihat dari posisi tekanan darah hasil pengukuran. Tekanan darah sangat tinggi bila diukur dengan tensimeter 180/100 mmHg lebih. Pada posisi ini, penderita harus segera dirawat secepatnya. Jika tekanan darah mencapai 145/95 mmHg atau lebih, penderita perlu mengonsumsi obat-obatan dan melakukan perubahan gaya hidup. (Yuliana Rini DY/Litbang Kompas)

 

Tips mencegah Penyakit Hipertensi

  1. Membatasi konsumsi garam.
  2. Minum air putih.
  3. Olahraga
  4. Konsumsi makanan sehat.

 

Prevalensi Hipertensi Indonesia 2013 (dalam persen)

  Wawancara pengukuran
Kelompok Umur D D/O U
15–24 1,2 1,2 8,7
25–34 3,4 3,4 14,7
35–44 8,1 8,2 24,8
45–54 14,8 15 35,6
55–64 20,5 20,7 45,9
65–74 26,4 26,7 57,6
75+ 27,7 27,9 63,8

 

  Wawancara pengukuran
jenis kelamin D D/O U
laki-laki 6,5 6,6 22,8
perempuan 12,2 12,3 28,8

 

Keterangan

D/O adalah hasil diagnosis tenaga kesehatan atau kasus pernah minum obat

D adalah diagnosis dokter atau tenaga kesehatan

U adalah hasil pengukuran dengan alat ukur hipertensi

noted: waspadai penyakit hipertensi

Sumber : Litbang Kompas/RIN diolah dari Riskesdas 2013, Kementerian Kesehatan