Natal bagi sebagian orang adalah momen istimewa. Natal bahkan dianggap ajaib. Bagi seorang anak kecil, misalnya, itu menjadi momen ketika yang diidam-idamkan menjadi nyata.
Sinterklas menjadi tokoh Natal yang mewujudkan impian anak-anak kecil. Konon, mereka yang berbuat baik dan berlaku manis akan mendapatkan hadiah dari Sinterklas.
Violent Night adalah kisah di malam Natal terbaru yang diangkat ke layar lebar. Seperti kisah-kisah Natal lainnya, Violent Night juga bercerita tentang hadiah dan keajaiban Natal, dengan Sinterklas sebagai tokoh sentral. Hanya saja, kisah Natal yang ditawarkan Violent Night sungguh tidak biasa.
Dikisahkan, pada malam Natal, Sinterklas (David Harbour) mulai mempertanyakan kebiasaannya membagi-bagikan hadiah. Walau galau, ia tetap menjalankan tugas mengunjungi rumah anak-anak yang baik dan memberikan hadiah.
Hingga tiba di rumah keluarga kaya Lightstone, Sinterklas memergoki segerombolan penjahat bersenjata menyandera seluruh anggota keluarga. Sinterklas pun harus memutuskan, apakah menolong keluarga Lightstone dengan risiko telat atau malah gagal menjalankan tugas mengantarkan hadiah. Atau, bergegas pergi dan meninggalkan keluarga Lightstone dalam bahaya. Manakah yang akan dipilih Sinterklas?
Penuh darah dan kekerasan
Film bertema Natal seyogianya adalah film keluarga yang hangat dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Simak misalnya film populer Home Alone. Berkisah tentang seorang anak yang ditinggal sendirian di rumah dan harus berhadapan dengan kawanan rampok, Home Alone menjadi “kisah kriminal” yang ramah anak. “Kekerasan” yang terjadi saat si kecil Kevin menjebak rampok terasa seru tapi lucu.
Berbeda halnya dengan Violent Night, yang pada beberapa bagian terinspirasi kisah Home Alone. Siasat si kecil Trudy (Leah Brady) menjebak rampok yang menyatroni rumah keluarganya memang seru dan lucu. Namun, juga berdarah-darah dan menampilkan kekerasan yang sebenarnya.
Ini perlu menjadi catatan bagi para orang tua yang mengira ini film Natal untuk keluarga. Tidak. Meski film ini bertema Natal, tetapi—sesuai judulnya—amat sarat dengan kekerasan. Itu sebabnya film ini ditujukan untuk penonton 17 tahun ke atas.
Dipilihnya kekerasan sebagai warna pada film bertema Natal memang terasa amat kontras. Bahkan, kekerasan menjadi konflik yang dialami oleh Sinterklas.
Tokoh yang identik dengan sikap ramah dan baik kepada anak-anak itu dalam film ini digambarkan memiliki latar belakang kelam. Justru, kekerasan adalah karakter sejatinya. Kegalauannya pada awal cerita mendapat tantangan dengan situasi yang dihadapi di rumah keluarga Lightstone.
Hadirnya kekerasan dalam Violent Night menurut sutradara Tommy Wirkola antara lain karena pengaruh Sam Raimi. Ketika menonton Evil Dead 2, tutur Wirkola, matanya seakan terbuka. “(Film) itu menyadarkan saya, oh, sebuah film bisa mengerikan, penuh kekerasan, dan lucu pada saat bersamaan,” kata Wirkola dalam catatan produksi yang dikeluarkan Universal Pictures.
Itulah yang dilakukan Wirkola pada adegan-adegan tertentu dalam Violent Nigth. “Kami ingin melihat, sampai sejauh mana kami dapat membawa aksi, kekerasan, dan tumpahan darah, tetapi juga menggabungkannya dengan humor. Jika Anda dapat tertawa pada saat yang sama ketika orang lain memalingkan muka karena kaget, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada hal itu,” ujar Wirkola.
Karakter unik
Ketika duet penulis cerita Pat Casey dan Josh Miller menawarkan kisah tidak biasa tentang Sinterklas, produser David Leitch dan Kelly McCormick langsung tertarik. “Saya langsung berpikir, ‘Ini jenius.’ Kisahnya berani dan tidak lazim, dan puncaknya memiliki pesan moral yang baik pada akhirnya,” papar Leitch.
Karakter-karakter di keluarga Lightstone amat unik. Keluarga ini terdiri atas Gertrude Lightstone (Beverly D’Angelo), ibu sekaligus pemimpin keluarga Lightstone. Lalu ada tiga anak yaitu Morgan (Cam Gigandet), Jason (Alex Hassell), dan Alva (Edi Patterson). Trudy adalah anak Jason dari Linda (Alexis Louder), istri yang telah hidup berpisah. Ada juga Bert (Alexander Elliot), cucu Gertrude dari Alva.
Menariknya, Gertrude bukanlah tipikal nenek yang baik-baik. Ia digambarkan sebagai perempuan kaya yang licik dan penuh muslihat. Ia kerap melontarkan kata-kata kasar dan mendorong anak-anaknya untuk saling sikut dan menjatuhkan demi mendapatkan perhatiannya.
Malam Natal yang mestinya menjadi reuni keluarga yang hangat tak lebih dari ajang berebut pengaruh. Saat itulah kawanan rampok di bawah pimpinan Scrooge (John Leguizamo) beraksi.
Violent Night mengangkat konflik keluarga kaya yang tampak gemerlap di luar, tetapi rapuh dan berantakan di dalamnya. Dalam situasi demikian, Trudy muncul sebagai karakter yang membawa perubahan.
Trudy digambarkan sebagai anak yang baik dan berharap mendapatkan hadiah dari Sinterklas. Terjebak dalam situasi yang buruk, ia menaruh harapan pada Sinterklas. Dari sudut pandang Trudy, Violent Night menjadi kisah Natal yang amat wajar.
Kepolosan seorang anak boleh jadi merupakan kebodohan di mata orang dewasa. Itu karena orang dewasa pernah melewati masa menjadi anak-anak dan kemudian menyadari bahwa hal-hal tertentu sebenarnya bohong belaka. Itulah yang antara lain dialami Scrooge.
Namun, melalui Trudy, penonton diajak untuk merenungkan kembali bahwa keyakinan yang polos seperti anak kecil membawa harapan di tengah kesulitan. Meski mungkin dianggap kebodohan oleh orang dewasa, ternyata keyakinan seperti anak kecil bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.
Di luar banyaknya kekerasan dan kata-kata vulgar yang terucap, Violent Night tetap membawa pesan tentang harapan dan kebaikan—sebagaimana lazimnya film-film bertema Natal. Sebagai film aksi dan komedi, Violent Night menarik disimak.
Juga, jika Anda mencari film bertema Natal yang tidak biasa, Violent Night amat layak untuk ditonton. Film ini dapat disimak di layar lebar Tanah Air mulai hari ini, Rabu (30/11/2022).
Review overview
Summary
8Kisah natal tentang sinterklas yang menolong sebuah keluarga kaya yang disandera oleh kawanan rampok.