Tradisi mengirim hamper hampir pasti dilakukan pada setiap hari besar keagamaan di Indonesia. Tak terkecuali saat pandemi seperti sekarang ini. Mengirim hamper menjadi “obat” rindu sekaligus menjaga hubungan serta komunikasi.

Tapi, tunggu dulu. Kenapa hamper? Bukan parsel. Bukankah parsel dan hamper itu berbeda? Secara istilah memang berbeda, tetapi masyarakat Indonesia tidak terlalu mempersoalkan karena keduanya sudah membaur menjadi satu makna, yaitu bingkisan hari raya.

Ya, kini, tren penyebutan parsel sudah mulai bergeser dan kalah populer dengan hamper. Bagi sebagian orang, hamper biasanya didefinisikan sebagai bingkisan yang lebih pribadi dan intim dengan bentuk yang lebih menarik dan kreatif. Sementara itu, parsel didefinisikan sebagai bingkisan yang jadul.

Awal tradisi mengirim hamper

Namun, tahukah kamu kalau tradisi mengirim hamper ini sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu di Eropa? Menurut berbagai catatan sejarah, tradisi mengirim hamper ini diperkirakan muncul pertama kali pada 1066 pada zaman pemerintahan William I, atau lebih dikenal sebagai William Sang Penakluk, raja Inggris pertama dari bangsa Norman.

Hamper pertama kali dikenalkan oleh orang-orang Perancis kepada masyarakat Inggris. Pada masa awal, hamper digunakan untuk sumbangan. Oleh karena itu, isi dari hamper biasanya berisi makanan dan minuman yang disediakan untuk menyediakan kebutuhan keluarga agar bisa bertahan hingga beberapa minggu.

Baca juga : 

Pada 1200, hamper juga biasa disebut hanaper, juga digunakan untuk membawa dokumen penting. Istilah hamper pun meluas artinya. Pada 1706, orang-orang Perancis dan Inggris mulai melakukan perjalanan dengan menggunakan stagecoach, sebuah kereta publik beroda empat yang ditarik oleh kuda.

Hamper menjadi populer pada masa ini karena penumpangnya biasanya membutuhkan makanan dan minuman untuk selama perjalanan. Pada masa ini, hamper juga digunakan untuk membawa bekal saat musim berburu tiba.

Evolusi hamper

Pengembangan sistem rel kereta api pada akhir 1800-an mengubah cara orang bepergian dan membawa barang. Kereta api membuat tradisi mengirim hamper natal sebagai hadiah berkembang pesat. Mereka bisa mengirimkan hadiah Natal kepada keluarga dan teman yang jaraknya dengan mudah.

Mengutip cerita dari salah satu toko penyedia hamper, Highland Fayre , hamper juga menjadi cara terbaik bagi pengusaha untuk memberikan hadiah natal dan penghargaan atas kerja keras karyawannya.

Kemunculan mobil semakin mengubah isi dari hamper. Mengutip dari situs web penyedia hamper lainnya, Lewis and Cooper menulis bahwa keranjang itu kadang terisi teko dan kompornya. Gunanya, traveller ini bisa beristirahat sejenak untuk menikmati minuman hangat.

Sekarang, tradisi mengirim hamper hampir dilakukan untuk segala hari raya dan perayaan, seperti Idul Fitri, Natal, dan Imlek. Tidak lagi memakai keranjang, tetapi ada yang terbungkus kain atau kardus dengan desain yang menarik.