The Black Phone, Panggilan Telepon Balas Dendam

The Black Phone merupakan film dengan latar belakang pada tahun 1978. Di pinggiran kota kecil di Colorado, AS, lima orang anak hilang. Penculiknya dikenal sebagai “The Grabber”, tetapi tidak ada yang mengetahui seperti apa sosoknya.

Hingga suatu kali, Finney Shaw (Mason Thames) bertemu dengan The Grabber (Ethan Hawke), yang memukulnya hingga pingsan dan membawanya naik mobil van berwarna hitam.

Saat tersadar, Finney menemukan dirinya berada dalam sebuah ruang bawah tanah. Kepada The Grabber yang mengenakan topeng, ia mengancam akan berteriak. Namun, hal itu menjadi upaya yang sia-sia karena ruang bawah tanah tersebut kedap suara.

Di salah satu dinding, tergantung telepon. Namun, menurut The Grabber, telepon itu sudah tidak berfungsi. The Grabber pun meninggalkan Finney sendirian.

Tanpa diduga, telepon berdering. Di ujung telepon, Finney mendengar suara orang yang memberitahukan hal yang harus dilakukan, bahkan menuntut balas dendam. Siapa orang di ujung telepon dan berhasilkan Finney lolos dari The Grabber, atau malah menjadi korban keenam?

Mencekam

The Black Phone menghadirkan thriller horor yang mencekam, ditambah hadirnya sosok-sosok supranatural yang tidak jelas asal-muasalnya.

Kisah pada film ini diadaptasi dari cerita pendek bertajuk serupa karya Joe Hill. Anak dari penulis horor legendaris Stephen King ini menciptakan sosok antagonis yang mengingatkan pada karakter Pennywise bikinan ayahnya dari film It.

Kalau Pennywise adalah badut, The Grabber konon pesulap. Kalau Pennywise menggunakan riasan wajah ala badut, The Grabber mengenakan topeng. Kedua karakter sama-sama menyasar anak-anak dan meninggalkan jejak berupa balon.

Hill mengaku karakter yang ia ciptakan terinspirasi antara lain oleh pembunuh serial John Wayne Gacy dan seorang kriminal pembunuh anak yang beraksi pada dekade 1980-an di seputar Boston. “Satu hal yang saya sukai dari The Black Phone bahwa ia seakan memberikan korbannya suara dan kekuatan mereka kembali, dengan cara yang saya rasa sangat menyentuh dan berarti,” tutur Hill.

Menurut Hill, sutradara Scott Derrickson paham bagaimana membuat film horor yang sesungguhnya. Film horor yang buruk, menurut Hill, sekadar menampilkan sadisme, sedangkan horor yang sesungguhnya menampilkan kedalaman dan bermain-main dengan emosi penonton.

Penjahat kompleks

Di tangan Derrickson, The Grabber menjadi karakter penjahat yang kompleks dan penuh warna. Dan, tampilnya Ethan Hawke sebagai pemeran semakin memberikan kedalaman pada karakter The Grabber.

Semula Derrickson hanya berpikir karakter penjahatnya mengenakan topeng kulit yang sudah tua. Namun, ketika Hawke bergabung, mereka mencoba mengulik penggunaan topeng, antara lain dengan menampilkan ekspresi yang berbeda-beda, ada yang tersenyum, ada yang bermuka masam, hingga ada yang dipotong separuh.

Nyatanya, sosok penjahat bertopeng ini menjadi salah satu kekuatan dan pusat perhatian dalam The Black Phone.

Kolaborasi Derrickson dan Robert Cargill yang menulis cerita juga tidak tergesa-gesa untuk menakut-nakuti penonton dengan horor yang sadis dan mengejutkan. Justru, kisah dibangun pelan-pelan dengan menampilkan latar belakang Finney dan korban-korban sebelumnya, lalu bagaimana mereka merasakan ketakutan terkurung di ruang bawah tanah dengan seorang pembunuh sadis siap menanti.

Sementara itu, telepon hitam yang terus berdering dan sosok misterius di ujung telepon menjadi sisi lain yang membuat The Black Phone kian menarik perhatian. Selain itu, penampilan aktor-aktor cilik antara lain Mason Thames dan Madeleine McGraw patut dipuji, yang membuat The Black Phone menjadi film horor yang layak dinantikan beberapa waktu terakhir ini.

The Black Phone dapat disaksikan di layar bioskop mulai hari ini, Rabu (22/6/2022).