Pahlawan super tak selamanya unggul dan tak bermasalah. The Batman menggambarkan pahlawan yang bergumul dengan jati dirinya. Si manusia kelelawar ini ternyata juga manusia yang memiliki kelemahan.

The Batman yang kini diputar di bioskop merupakan reboot dari serial yang telah hadir terdahulu. Sedianya, Ben Affleck, yang memerankan Batman dalam semesta DC Extended dan tampil dalam Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) dan Justice League (2017), disebut akan menyutradarai sekaligus memerankan Batman. Namun, rencana itu batal.

Matt Reeves yang antara lain pernah menggarap sekuel Dawn of the Planet of the Apes (2014) dan War for the Planet of the Apes (2017) ditunjuk menggantikan Affleck. Di bawah Reeves, kisah Batman dibuat ulang dengan membuang sama sekali kisah yang sudah terbangun dalam semesta DC Extended. Bahkan, karakter Bruce Wayne pun sama sekali berubah.

Menjadi detektif

Semua fans Batman tentu tahu, Batman adalah alter ego dari Bruce Wayne, miliarder yang mewarisi kekayaan dari mendiang orang tuanya, Thomas Wayne dan Martha. Bruce bertekad menjadi vigilante, penegak keadilan dengan caranya sendiri, setelah kedua orang tuanya tewas di tangan kriminal. Kisah ini yang selalu diulang dengan berbagai versi pada semua serial Batman.

Kali ini, Reeves tak lagi mengisahkan latar belakang tersebut. Setting cerita diambil sekira dua tahun sejak Bruce memulai aksinya sebagai Batman. Di kota Gotham yang suram dan selalu diwarnai kejahatan, Bruce (Robert Pattinson) beraksi sebagai Batman pada malam hari. Ia mengejar dan menghajar para kriminal tanpa ampun dan selalu menyebut dirinya sebagai yang menuntut balas.

Kehadirannya yang ditandai oleh proyeksi lambang Batman ke angkasa sudah membuat para pelaku kriminal jeri. Hingga suatu ketika, wali kota Gotham Don Mitchell Jr dibunuh secara sadis oleh seseorang yang menyebut dirinya sang Riddler. Disebut demikian, karena sejalan dengan aksinya, ia meninggalkan teka-teki yang ditujukan kepada Batman.

Review Film The Batman

Karena alasan itu, perwira polisi James Gordon (Jeffrey Wright) mengajak Batman untuk turut menyelidiki pembunuhan tersebut. Ketika korban-korban lain berjatuhan, Batman dan Gordon berkejaran dengan waktu untuk memecahkan teka-teki Riddler dan menemukan si pembunuh.

Kisah Batman besutan Reeves berkembang layaknya cerita detektif yang berupaya menyingkap misteri pembunuhan melalui petunjuk-petunjuk yang ditemukan. Namun, menjadi kurang masuk akal ketika Batman mencari bukti ke sejumlah tempat mengenakan kostum dan topengnya.

Dalam pencariannya, Batman bertemu dengan pelayan kelab malam yang juga pencuri, Selina Kyle (Zoe Kravitz). Selina menjalankan aksinya menggunakan topeng, yang kemudian dikenal sebagai Catwoman.

Tokoh lain yang mencuri perhatian adalah Oswald “Oz” Cobblepot atau dikenal sebagai Penguin, sosok yang mengoperasikan kelab malam tempat Selina bekerja. Diperankan oleh Colin Farrell, penonton boleh jadi pangling karena sosoknya sama sekali tidak dikenali berkat riasan prostetik yang amat prima.

Lebih manusiawi

Ketimbang sekadar mengulang kisah masa lalu kelam Bruce yang kehilangan orang tua, Reeves justru memperlihatkan perkembangannya setelah ia menjadi Batman.

Bruce bertransformasi menjadi Batman karena alasan masa lalu. Namun, bagaimana jika ternyata alasan tersebut tidak sahih? Tak pelak, Bruce pun bergumul kembali dengan keputusannya.

Aura kelam yang muncul sejak awal bukan hanya menggambarkan situasi kota Gotham dan beragam persoalannya di dalamnya, tetapi juga konflik dalam diri Bruce.

Berbeda dengan sosok Bruce di serial-serial terdahulu yang digambarkan sebagai selebritas kaya dan playboy, dalam film ini tak ada kesan glamor. Meski kaya, Bruce versi Robert Pattinson ini tampil layaknya seorang yang galau dan bermasalah, bahkan cenderung mengarah pada gangguan mental.

Batman dalam film ini tak lebih dari sosok manusia yang berusaha menyelesaikan masalah pribadinya. Ia menyalurkan dendam melalui sosok rekaan karena tidak mungkin dilakukan dengan wajah asli. Sosok Batman dalam film ini lebih menjadi pelarian ketimbang pahlawan yang sebenarnya.

Meski menampilkan sejumlah adegan aksi, termasuk brutalnya pembunuhan, kesan yang terbangun dari film ini bukanlah perayaan tokoh pahlawan. Aroma yang lebih kuat muncul adalah kesan sebagai film kriminal dengan bumbu pergumulan pribadi.

Review Film The Batman

Walau antara lain kostum yang dikenakan tahan peluru dan bisa digunakan untuk melayang di udara, namun Batman kali ini tak banyak memamerkan kecanggihan teknologi dan peralatan yang dimiliki untuk mendukung aksi. Mungkin juga karena film ini merupakan awal sehingga bisa diharapkan akan tampil aksi-aksi yang lebih menantang pada sekuel berikutnya.

Secara keseluruhan, meski berdurasi lumayan panjang, selama 2 jam 56 menit, film ini memiliki alur cerita yang kuat dan tak membosankan. Dari sisi sinematografi, penonton juga disuguhi gambar-gambar yang menawan meski kuat dengan kesan kelam. Wajar saja, sesuai namanya manusia kelelawar memang pendekar dari kegelapan.

Bagi penggemar fanatik Batman, film ini rasanya akan memuaskan dan menghadirkan sisi lain yang menarik disimak. Kelanjutan ceritanya dengan tokoh-tokoh yang sudah dimunculkan juga patut dinantikan. Silakan tonton film ini di bioskop terdekat, tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Jenis Film:
Aksi, Kriminal, Drama

Sutradara:
Matt Reeves

Skenario:
Matt Reeves, Peter Craig

Produser:
Dylan Clark, Matt Reeves

Pemeran:
Robert Pattinson, Zoe Kravitz, Andy Serkis, Colin Farrell, Paul Dano, Amber Sienna, Jeffrey Wright, Barry Keoghan, Peter Sarsgaard

Durasi:
176 Menit

Rilisan:
AS

Tayang Perdana:
2 Maret 2022

Review overview

Overall8

Summary

8Batman terbaru menghadirkan kisah perburuan pembunuh berantai yang berhubungan dengan masa lalu si manusia kelelawar.