The Animal Kingdom, Berdamai dengan Perbedaan

Manusia sudah cukup pusing dengan perbedaan ras, golongan, dan strata ekonomi. The Animal Kingdom menambah panjang deretan perbedaan dengan berkisah tentang konflik seputar manusia menghadapi mutan.

Pada masa mendatang yang tidak terlalu jauh, dikisahkan terjadi gelombang mutasi yang mengubah sekelompok manusia menjadi setengah hewan. Para mutan itu dianggap monster dan berbahaya. Ada juga yang merasa jijik dan tidak mau berhubungan. Sehingga, para mutan itu pun harus tersisih.

Francois (Romain Duris) bertekad melakukan apa saja agar isterinya, Lana, yang bermutasi menjadi semacam serigala, dapat disembuhkan. Bersama anaknya Emile (Paul Kircher), ia berkonsultasi dengan dokter tentang perawatan isterinya.

Baca juga: The Three Musketeers: D’Artagnan, Petualngan Si Pemuda Jago Pedang

Oleh dokter, Lana disarankan untuk dipindahkan ke sebuah fasilitas khusus di Perancis selatan. Agar dapat tetap dekat dengan isterinya, Francois pun mengajak Emile ikut pindah.

Setiba di kota tujuan dan mulai menata kehidupan di tempat baru, Francois mendapat kabar bahwa rombongan yang membawa para mutan mengalami kecelakaan dekat hutan. Sebagian mutan terlepas dan kabur, termasuk Lana.

Di tengah pengawasan pihak militer yang memburu para mutan, Francois dan Emile harus bersiasat untuk dapat mencari Lana.

Menyikapi perbedaan

Menilik judulnya, The Animal Kingdom bukanlah cerita fantasi tentang kerajaan para satwa. Film ini lebih banyak berkisah tentang bagaimana manusia menyikapi perbedaan.

Dari kacamata Emile, penonton diajak untuk melihat sisi lain. Ia tadinya tidak dapat menerima perubahan ibunya menjadi mutan. Ia juga merasa upaya ayahnya sia-sia belaka.

Namun, perlahan sikap Emile berubah. Apalagi ketika dirinya juga menunjukkan gejala perubahan fisik menjadi mutan. Pada saat yang sama, Emile layaknya remaja umumnya, juga mengalami konflik di sekolah, dengan teman dan lawan jenis.

Bagi Roman Duris, pemeran Francois, film ini menghadirkan tantangan untuk menampilkan konflik emosi antara ayah dan anak. Ada juga aspek fantasi tentang perubahan isterinya menjadi mutan dan bagaimana Francois menyikapinya.

Baca juga: Saw X, Permainan Pamungkas Sang Penebar Horor

“Awalnya, Francois ada dalam tahap penyangkalan (denial). Seiring berjalannya waktu ia mulai menerima bahwa kenyataan (tentang isterinya) mungkin tidak akan menjadi lebih baik. Ia pun mulai mengarahkan fokus pada anaknya, yang ternyata memiliki lapisan-lapisan emosi yang lebih kompleks,” tutur Roman dalam catatan produksi.

Dari satu kejadian ke kejadian berikutnya, film ini berusaha menggambarkan konflik emosi dan perubahan yang dialami para karakternya. Bagaimana misalnya Emile yang semula juga menolak perubahan dirinya, perlahan mulai terbuka dan menerima. Hal itu antara lain berkat pertemanannya dengan Nina (Billie Blain), salah satu siswa yang unik di tempat baru karena pernah didiagnosis mengalami ADHD.