Untuk menjadi seorang pilot hanya butuh waktu sekitar 18 bulan. Itu sudah termasuk pendidikan di darat (ground school) dan praktik terbang. Dalam waktu yang kurang dari dua tahun tersebut, seorang siswa penerbang dapat lulus dengan mengantongi ijazah Commercial Pilot License-Instrument Rating (CPL-IR).

Biasanya, faktor yang membuat pendidikan penerbang menjadi molor adalah cuaca buruk, keterbatasan jumlah pesawat latih, dan minimnya tenaga instruktur. Selain itu, di Indonesia, belum banyak sekolah penerbangan swasta karena investasi untuk mengelolanya cukup mahal.

Menekuni pekerjaan dibelakang kemudi pesawat memang cukup menjanjikan kesejahteraan. Alasannya, hanya dengan menempuh pendidikan sekitar dua tahun, penerbang muda bisa mendapat gaji lebih dari Rp 15 juta per bulan. Itu pun biasanya dia masih di jenjang simulator pada maskapai yang menerimanya. Bila lulus dari tahap simulator dan diizinkan mendampingi kapten pilot menerbangkan pesawat, gajinya akan bertambah.

Namun, modal untuk mengikuti pendidikan penerbang juga cukup besar. Dalam dua tahun pendidikan, rata-rata setiap siswa penerbang harus menyiapkan dana Rp 550–700 juta. Tak banyak orangtua yang mampu menyiapkan dana sebesar ini, sekalipun bisa diangsur. Belum lagi, siswa penerbang harus memenuhi sejumlah persyaratan, seperti sehat jiwa dan raga serta tinggi badan tertentu.

Untuk menyiasati kebutuhan tenaga pilot yang cukup besar di Indonesia, beberapa maskapai mendirikan sekolah penerbang plus memberikan beasiswa. Maskapai plat merah dan swasta nasional juga telah beberapa kali menyeleksi dan merekrut lulusan SMA atau sederajat untuk dididik menjadi pilot. Jika siswa penerbang adalah penerima beasiswa, setelah lulus ia akan dikenakan ikatan dinas.

Saking besarnya kebutuhan penerbangan dalam negeri akan pilot baru, beberapa bank bersedia mengucurkan pinjaman untuk membiayai sekolah penerbang. Pemberian pinjaman pendidikan ini biasanya setelah siswa lulus dari tahap Private Pilot License (PPL). Setelah tahap ini, siswa penerbang akan melanjutkan ke tahap CPL-IR yang biayanya sekitar Rp 350 juta.

Ongkos itulah yang kemudian ditalangi perbankan yang angsurannya harus dibayar setelah siswa diterima suatu maskapai. Adapun orangtua siswa cukup menyediakan modal sekitar Rp 200 juta untuk menempuh pendidikan sampai tahap PPL. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 27 Maret 2017

Foto Shutterstock.