Menanggung beban hidup tiga generasi, itulah generasi sandwich. Bagaikan roti lapis, mereka dihimpit dan dituntut untuk menghidupi orang tua, anak, dan dirinya sendiri. Nasib ini pun bisa terjadi kepada siapa saja, mulai dari generasi 90 hingga milenial sekalipun.
Maryadi Santana, perwakilan dari Finansialku.com berpendapat bahwa istilah generasi sandwich muncul dari overthinking akibat tekanan dari berbagai aspek kehidupan. Tekanan ini harus dimitigasi agar kita tidak mengambil keputusan yang salah, terutama dalam urusan keuangan. Karena tekanan inilah, generasi sandwich sering gegabah dalam bertindak, seperti berinvestasi tanpa menggali informasi terlebih dahulu.
Bukan alasan tidak cerdas finansial
Agar tidak terus-menerus merasa terbebani, generasi sandwich perlu menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua, sanak saudara, dan diri sendiri. Membiayai hidup banyak orang memang berat, untuk itu mereka harus cerdas mengatur keuangan. Jangan sampai terjerumus dalam lingkaran hitam investasi.
Karena generasi ini tidak hanya membiayai hidupnya sendiri, banyak hal yang harus diperhatikan. Mulai dari biaya masa tua, pendidikan, hingga kesehatan. Maryadi menyarankan untuk lebih memerhatikan alur kas pribadi sebagai tiang utama untuk menjalani kehidupan di masa depan.
Lalu, bagaimana mengambil keputusan finansial terbaik sebagai generasi sandwich? Semua dibahas secara lengkap dalam siniar The Corners Talk bertajuk “Memahami Generasi Sandwich” di Spotify. Jangan lewatkan diskusi menarik seputar tuntutan hidup generasi “roti lapis” hingga tips mengambil keputusan penting dalam berinvestasi.