China yang menjadi pasar otomotif terbesar di dunia sejak satu dekade terakhir tidak mengendurkan usahanya dalam meningkatkan industri manufaktur tersebut. Negeri Tirai Bambu ini terus melebarkan sayapnya di segala penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, pada 2017, kelompok merek kendaraan asal China mampu menempati urutan kedua di pasar otomotif Indonesia, unggul tipis dari kendaraan asal Jerman. Meski masih terpaut jauh di bawah Jepang sebagai jawara otomotif di Tanah Air (menguasai 98 persen pangsa pasar otomotif Indonesia), pertumbuhan mobil China tidak boleh dipandang sebelah mata.

Pada 2017, sebanyak 5.418 unit kendaraan merek China mampu terjual di Indonesia. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, ke depannya, angka ini bakal terus meningkat seiring minat masyarakat terhadap beberapa merek yang semakin memikat, seperti Wuling dengan Confero dan Cortez-nya, serta DFSK dengan model SUV Glory 580.

Kedua merek asal Negeri Panda itu mampu memikat masyarakat pada ajang pameran otomotif berskala internasional, Indonesia International Motor Show (IIMS) 2018 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, pada April lalu.

mobil china wuling
Booth Wuling di IIMS 2018, mengandalkan dua model Confero dan Cortez, Wuling turut memanaskan persaingan low MPV.

Wuling Motors yang menginvestasikan dana sebesar 700 juta dollar AS di Indonesia mampu tampil menggoda dengan kedua model MPV-nya tersebut. Confero menjadi model Wuling yang masuk ke segmen low MPV untuk bersaing dengan mobil-mobil sekelasnya. Dengan harga di bawah low MPV pada umumnya, mobil ini memiliki fitur yang tak kalah menggoda jika dibandingkan dengan rival-rivalnya.

Begitu pula untuk model medium MPV, Cortez, mampu mendongkrak jumlah penjualan Wuling pada awal tahun ini. Selain meluncurkan MPV, Wuling Motors terus menambah jaringan dilernya serta melebarkan layanan purnajualnya sebagai upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Pendatang baru

Sementara itu, sebagai pendatang baru di segmen SUV 7 penumpang, DFSK Glory 580 langsung tampil memukau di IIMS 2018 dengan meraih gelar The Best SUV IIMS 2018. Kualitas, kelengkapan fitur, jaminan bebas kekhawatiran, serta harga yang kompetitif menjadikan mobil ini layak menyandang gelar tersebut. Tak berlebihan apabila di area test drive, mobil ini menjadi salah satu kendaraan yang banyak dicoba pengunjung.

mobil china dfsk
Seolah tak ingin ketinggalan, pabrikan asal China lainnya, DFSK ikut terjun di pasar low MPV dengan Glory 580 nya.

Managing Director Sales Centre PT Sokonindo Automobile mengatakan, penghargaan tersebut menjadi salah satu bukti, Glory 580 diterima oleh masyarakat Indonesia. “Penghargaan ini menjadi pengakuan pertama bagi Glory 580 dari pasar Indonesia dan akan menjadi dorongan bagi kami untuk terus memberikan layanan yang lebih baik lagi bagi konsumen kami,” ujarnya dalam siaran tertulis.

Glory 580 adalah SUV yang dibuat di kawasan Serang, Banten, oleh putra-putri Indonesia. Mobil tersebut dirancang oleh tim desain internasional DFSK yang menjadi bagian dari merek terkemuka di Eropa dan AS. Dengan bodinya yang kokoh dan dinamis, mobil ini hadir dengan dua pilihan mesin, yakni 1.8 L dan 1.5 liter dengan turbocharger.

Potensi dan pengaruh

Kembali maraknya mobil-mobil China di Tanah Air menjadi perhatian menarik bagi produsen-produsen lainnya, di antaranya Hyundai. President Director PT Hyundai Mobil Indonesia Mukiat Sutikno mengatakan, kehadiran mobil China jangan dipandang sebelah mata karena memiliki potensi besar untuk menguasai pangsa pasar di Indonesia.

“Produk dari China jangan diremehkan. Mobil China menjadi pilihan baru bagi konsumen-konsumen di Indonesia. Kemungkinan mereka menjadi besar dan kuat sangat terbuka, makanya tidak boleh diremehkan,” ujar Mukiat di sela-sela perhelatan IIMS 2018.

Bagi Hyundai, lanjut Mukiat, kehadiran mobil China tidak terlalu berpengaruh karena mobil-mobil Hyundai di Indonesia tidak memiliki model yang masuk di segmen sama. “Hyundai di Indonesia belum ada yang untuk low segment, makanya kita tidak terlalu berpengaruh. Namun, berbeda dengan Hyundai di India, di sana ada yang untuk low segment,” jelasnya.

Mobil China juga diprediksi mampu memengaruhi skema penjualan mobil bekas di Tanah Air. “Meski saat ini belum terasa dampaknya, mobil-mobil China ke depannya turut berpengaruh terhadap mobil second. Bayangkan, dengan harga tidak terpaut jauh dengan mobil second Jepang, konsumen bisa membeli mobil baru buatan China,” ujar salah seorang pedagang mobil bekas di kawasan Tangerang Selatan.

Hal tersebut diamini Hendra, salah seorang pengunjung IIMS 2018. “Sebagai konsumen, mobil-mobil China di Tanah Air tentu sangat menguntungkan karena kita dapat semakin leluasa ketika ingin membeli mobil. Apalagi, mobil-mobil merek China dibanderol dengan harga relatif lebih terjangkau daripada mobil Jepang, apalagi Eropa. Yang dulunya kita hanya bisa membeli mobil bekas, kini dengan harga tidak terpaut jauh kita bisa membeli mobil baru,” tandasnya.

Akankah mobil-mobil China tersebut mampu menjadi pilihan utama konsumen, sekaligus menandingi penjualan mobil Jepang di Tanah Air? Kita lihat saja. [BYU]

 

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 Mei 2018