Cairan power steering idealnya diganti setiap kendaraan menempuh jarak 40 ribu kilometer. Hal ini agar mobil, khususnya yang menggunakan power steering hidraulis, dapat memanfaatkan tekanan fluida cairan tersebut untuk memudahkan putaran setir.
Jika telat mengganti cairan power steering, atau tetap menggunakan cairan power steering yang sudah tidak baik, selain kemudi menjadi terasa berat, hal ini dapat menimbulkan risiko keausan komponen, bahkan korosi pada komponen sistem kemudi.
Baca juga :
Penggunaan cairan power steering yang tepat amatlah penting karena dapat membantu meminimalkan hadirnya gesekan antarkomponen logam pada sistem kemudi. Untuk itu, gunakan cairan power steering, bukan pelumas lain seperti automatic transmission fluid (ATF).
Memang, tidak sedikit orang “mengakali” mengganti cairan power steering dengan ATF karena alasan ekonomis. Namun, hal tersebut wajib dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pihak bengkel resmi. Usia dan jenis kendaraan juga ikut menjadi penentu dalam mengambil keputusan tersebut.
Patut diingat, meski keduanya merupakan pelumas hidraulis, pada dasarnya masing-masing memiliki kandungan dan fungsi berbeda. Cairan power steering berfungsi membuat pengendalian batang kemudi menjadi lebih ringan. Sedangkan ATF bertugas sebagai pelumas dan pembersih pada sistem transmisi otomatis.
Sama dengan cairan power steering, oli transmisi juga harus diganti secara berkala, setidaknya setiap mobil menempuh jarak 20 ribu kilometer. Segera bawa ke bengkel tepercaya apabila perpindahan transmisi mobil Anda terasa kurang lembut atau tidak smooth.