“Ngapain lari siang-siang, panas ah. Malam aja. Gak mau lari siang-siang, debu. Malam lebih asyik.” Kira-kira begitulah ungkapan mereka yang sudah menjadikan olahraga lari sebagai bagian dari gaya hidup. Kendala cuaca yang belakangan kian menyengat tidak lantas memupuskan niat mereka untuk lari, tidak sekadar lari, tetapi juga lari yang menyenangkan.
Sebelum menjadi bagian dari gaya hidup, bisa jadi lari merupakan sebuah keterpaksaan seperti yang dialami Farisa Setiana (39). Sempat memiliki bobot tubuh yang overweight, Icha (begitu biasa disapa) sempat merasakan sulitnya naik tangga. Ia pun akhirnya disarankan seorang ahli gizi untuk diet dan berolahraga. Jalan kaki mengelilingi Monas tiga kali seminggu pun menjadi pilihannya. Setelah beberapa bulan, ia merasa kuat untuk berlari mengitari Monas. Dengan pola makan yang tepat dan olahraga lari, Icha merasakan bobot tubuhnya jauh berkurang, hingga 14 kilogram. Ia pun kini boleh dibilang kecanduan lari.
Lari pun kemudian menjadi bagian dari gaya hidupnya. Pulang kerja di sore hari pun pernah ia lakoni. Bagi Icha, lari di malam hari membuat Jakarta terlihat lebih cantik dengan kelap-kelip lampu yang dipancarkannya. Lari malam yang menawarkan suasana yang “cantik” juga dipersembahkan Harian Kompas dalam Lantern Night Run yang sedianya diadakan pada 15 November 2014 di Alam Sutera, Tangerang Selatan.
Harian Kompas mencoba untuk memfasilitasi para warga negara-negara Asia yang ada di Indonesia melalui acara Lantern Night Race. Melalui kegiatan ini, semua pihak dapat bekerja sama dan saling mengenalkan budaya masing-masing dalam satu aktivitas bersama. Bukan sekadar lari, Lantern Night Race bertujuan menciptakan agen perubahan yang peduli dan sadar terhadap gaya hidup sehat melalui media budaya.
Mendapatkan nomor BIB, t-shirt, glow stick, lampion, serta snack dan minuman, para peserta tak hanya berolahraga, tetapi juga akan merasakan sensasi menerbangkan lampion (lantern). Warna-warninya akan berbaur bersama latar langit malam. Lampion akan dibagikan kepada peserta lari yang sudah mencapai finis. Pelepasan akan dilakukan secara bergelombang (1.000 orang) pada pukul 20.00 hingga 21.00, bertempat di area finis Mal Alam Sutera. Tersedia stan untuk membuat lampion sendiri. Sebanyak 3.500 lampion akan dilepas peserta maupun undangan.
Asyiknya lagi, rangkaian acara lain yang bisa dinikmati adalah adanya Asia Fest 2014, sebuah festival kuliner yang mampu memanjakan penikmat kuliner khas Asia, terutama sajian dari Thailand. Acara dimulai pukul 15.00 hingga 23.00 WIB. Acara ini dimeriahkan pula dengan lomba makan pedas dan cepat yang dilakukan sebanyak dua kali, sebelum dan sesudah running/Lantern Fest. Bahkan, penyelenggara juga menyediakan special area Duck King.
Belum cukup puas dengan pengalaman olahraga dan kuliner, masyarakat dapat menyaksikan pertunjukan budaya-budaya Asia. Salah satunya, mikoshi atau shin’yo (kuil portabel) dari Jepang. Bahkan, Anda juga dapat melihat tandu yang dihias dengan megah seperti sebuah yagura. Masyarakat Jepang percaya, mikoshi dinaiki oleh obyek pemujaan atau roh dari kuil Shinto di Jepang. Umumnya, mikoshi diusung beramai-ramai di pundak oleh para penganut dan dibawa berpawai keliling kota.
Gelaran budaya ini dimulai pukul 15.00 hingga 23.00 WIB. Sebagai pelengkap, terdapat pula panggung hiburan yang dimeriahkan oleh kelompok musik etnik khas negara-negara Asia dan grup musik ternama Kahitna.
Anda yang berdomisili jauh dari Alam Sutera tidak perlu khawatir karena tersedia lima shuttle bus dari FX Sudirman yang akan berangkat dua kali, yaitu pukul 11.00 dan 14.00 WIB, lalu kembali lagi ke FX Sudirman dari Alam Sutera pukul 23.00 WIB. Tunggu apa lagi, segera daftarkan diri Anda dan keluarga untuk menikmati lari malam yang penuh sensasi ini. [AYA]
Shortfact:
Lari sepanjang 5 kilometer atau biasa dikenal juga dengan 5K populer karena tantangan yang ditawarkan bisa dicapai baik, bagi oleh pemula maupun profesional. Ini adalah lomba jarak jauh yang menuntut daya tahan aerobik dan kecepatan.
foto: shutterstock
noted: serunya lari malam