Tak semua kabin pesawat terbang didesain sebagai kabin bertekanan. Pesawat kecil pada penerbangan perintis misalnya, yang hanya mampu terbang tak lebih dari 10 ribu kaki, umumnya memiliki kabin tanpa tekanan. Kabin bertekanan terkait dengan suplai oksigen terhadap tubuh manusia.
Pada ketinggian 10 ribu kaki, tubuh manusia sesungguhnya masih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang minim oksigen. Namun, pada ketinggian delapan ribu kaki saja, oksigen dalam jaringan tubuh sudah melorot sekitar 25 persen. Bagi penumpang yang jarang atau baru sekali naik pesawat tak bertekanan, situasinya bisa amat berbeda.
Tatkala aliran oksigen dalam tubuh turun hingga sedemikian rendah, tubuh akan memberi respons yang disebut gejala hipoksia. Fungsi tubuh akan mengalami kekacauan dan bila tak segera diatasi dapat memicu kematian. Penumpang yang terserang hipoksia, umumnya merasakan kepala yang terkesan ringan, tubuh seolah melayang, dan uniknya hati terasa gembira. Meski masih sadar, penumpang yang terkena hipoksia akan kesulitan berbicara dan mengalami kekacauan perilaku.
Namun, mengapa para penerbang yang melayani rute perintis dengan terbang hampir sejajar dengan puncak gunung, enjoy-enjoy saja? Rupanya mereka telah terbiasa terbang di wilayah pegunungan. Menurut dr Suryanto W, seorang spesialis kedokteran penerbangan, kebiasaan menghadapi kondisi oksigen tipis menjadi faktor positif untuk siapa pun.
Suryanto memberi contoh, tatkala Meksiko menggelar hajatan Olimpiade pada ’70-an, banyak atlet dari luar negeri datang lebih awal. Tujuannya jelas, untuk mengondisikan tubuh agar mampu berkawan dengan oksigen tipis di Mexico City. Gaya hidup para pilot juga berperan pada”keterampilan” tubuhnya menghadapi oksigen tipis. Pilot-pilot yang rajin berolahraga, tidak merokok, dan menjauhi alkohol, tentu jauh lebih tahan terhadap serangan hipoksia.
Pesawat penumpang yang dapat terbang lebih dari 10 ribu kaki memiliki kabin bertekanan dan tak boleh ada kebocoran sedikit pun. Sebab, oksigen di dalam kabin tersebut disetel mirip dengan kondisi di darat. Pesawat juga dilengkapi seperangkat masker oksigen untuk setiap pilot dan penumpang jika terjadi dekompresi (turunnya tekanan kabin).
Repotnya, dekompresi bisa terjadi secara lambat yang membuat pilot atau penumpang tak menyadari bahwa tekanan kabin menurun berikut kadar oksigennya. Akibatnya, masker oksigen tak sempat dipakai sehingga lambat laun pilot atau penumpang pingsan. [TYS]
foto: shutterstock