Haircuts have no gender, kalimat ini terasa benar adanya ketika potongan model rambut pendek bob dan pixie diminati oleh perempuan pada dekade 1920-an dan 1950-an. Ikon untuk potongan rambut bob kala itu adalah Irene Castle, penari modern yang terkenal era 1920-an bersama suaminya Vernon Castle.

Irene memotong rambutnya menjadi bob kala itu untuk kebutuhan berdansa. Dengan berambut pendek, menurut Irene, dia lebih leluasa bergerak. Potongan rambut ini bagi Irene juga menandakan kekuatan dan kemandirian seorang perempuan. Tak membutuhkan waktu lama, potongan rambut ini semakin digemari oleh banyak perempuan di AS.

Hal itu sehubungan dengan kondisi politik dan akhir Perang Dunia I. Potongan rambut bob menjadi salah satu cara perempuan untuk menunjukkan eksistensi keberanian, kemandirian, dan mendobrak patron-patron yang disematkan kepada perempuan kala itu yang diharuskan bersikap “manis”.

Potongan rambut bob juga menjadi penanda lahirnya Generasi Flapper. Ini adalah sebutan untuk gadis modern yang menolak kekakuan gaya-gaya Victorian dan mengubah fashion jadi lebih simpel, modern, dan menyenangkan.

Selanjutnya, pixie. Rambut model ini mulai berkembang pada 1950-an. Pixie pertama kali populer pada 1950 oleh Audrey Hepburn yang mengubah rambutnya dalam debut film Roman Holiday. Gaya rambut ini juga dipopulerkan oleh Mia Farrow pada 1960, Twiggy sebagai British supermodel, dan Goldie Hawn dalam program komedi AS, yakni Laugh.

Namun ternyata, jauh sebelum rambut bob dan pixie ramai dibicarakan, pada era 1800-an, periode setelah revolusi Perancis, para tahanan yang akan menghadapi hukuman mati dengan pisau guillotine, khususnya perempuan, rambutnya dipotong pendek agar bisa lebih dipastikan bahwa pisau tersebut tepat sasaran. Dikabarkan potongan rambut pendek itu segera menyebar ke khalayak luas, khususnya di kalangan anak muda, baik laki-laki maupun perempuan.

Rambut Titus

Apalagi setelah pertunjukan teater karya Voltaire yang berjudul Brutus pada 1791. Aktor Francois-Joseph Talma memerankan Titus, anak tertua dari Lucius Junius Brutus, pendiri Romawi. Rambut Talma dipotong pendek layaknya gaya orang-orang Romawi kala itu. Pertunjukan tersebut sangat terkenal. Terlebih lagi Talma kemudian menjadi aktor kesukaan Napoleon Bonaparte. Semenjak itu, gaya potongan rambut seperti itu dinamakan Titus.

Meski demikian, ketika perempuan kala itu memotong rambutnya menjadi pendek ala Titus, banyak pula yang tidak menyukainya. Banyak pengkritik muncul dan mengatakan bahwa potongan rambut ala Titus bagi perempuan tidak mencerminkan sifat feminin yang sejatinya harus dimiliki. Bahkan, ada juga yang mengatakan potongan rambut gaya ini berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan kematian.

Namun, hal tersebut tak memengaruhi banyak perempuan di Perancis dan kemudian menyebar ke beberapa negara sebagai wujud aksi emansipasi. Terlebih lagi ketika Perang Dunia terjadi, tak sedikit perempuan diharuskan ikut berpartisipasi. Hingga akhirnya kini di banyak negara, potongan rambut pendek di kalangan perempuan sudah menjadi hal biasa dan bisa diterima. [*/ACH]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 11 Mei 2018