Pertama kalinya digunakan di jalan raya
Dulu, ketika pertama kali muncul pada 1830, alih-alih ditujukan untuk mengatur arus di jalan raya, lampu penanda perintah jalan atau berhenti semacam ini pertama kali dimanfaatkan untuk mencegah kecelakaan dalam industri kereta api.
Jalan raya baru menggunakan sistem peringatan dengan lampu lalu lintas pada 1856. Kota London yang menginisiasinya. Namun, pada waktu itu, bukan kendaraan bermotor yang diatur, melainkan kereta kuda yang dianggap membahayakan pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan.
Melihat kacaunya jalan raya, John Peake Knight, pakar sistem sinyal untuk British Railways, lantas memberi usul kepada polisi untuk menggunakan semafor (sistem penyampaian isyarat secara visual) yang sama dengan yang dipakai kereta api untuk mengatur lalu lintas. Sistem ini diterapkan di London pada 10 Desember 1868.
Pada siang hari, semafor menggunakan tanda dengan bentuk menyerupai lengan yang bisa dinaikkan atau diturunkan. Malam harinya, baru alat ini menggunakan lampu merah dan hijau bertenaga gas. Namun, lampu ini sempat meledak dan mencederai polisi sehingga sistem ini terbukti tidak terlalu aman.
Baca juga :Â
- Ini Keunikan Lampu Lalu Lintas di Berbagai Negara
- Asal-usul Penggunaan Sisi Kiri pada Sistem Lalu Lintas
Sistem elektrik
Pada awal 1900-an, dunia berkembang sangat cepat dengan pertumbuhan industrialisasi. Ini juga tahun-tahun ketika mobil sedang banyak diproduksi setelah ditemukan pada 1886. Karena kepadatan jalan raya juga meningkat, kebutuhan akan sistem lalu lintas yang lebih baik juga kian mendesak.
Pada 1912, seorang polisi Amerika bernama Lester Wire melontarkan ide tentang lampu lalu lintas elektrik. Dengan desain dari Wire, lampu dengan sistem ini lantas dipasang pertama kali di Ohio pada 1914. Sistem inilah yang sampai sekarang diadopsi di hampir seluruh dunia.
Lampu lalu lintas elektrik pertama ini baru punya warna merah dan hijau, tidak ada lampu kuning seperti lampu lalu lintas yang kita kenal sekarang. Alih-alih lampu kuning, momen pergantian dari lampu hijau ke merah ditandai dengan semacam suara bel.
Lampu tiga warna
Pada 1920-an, seorang polisi bernama William Potts di Detroit Michigan, AS, menciptakan sinyal lalu lintas tiga warna. Merah untuk berhenti, hijau untuk berjalan, dan kuning untuk berhati-hati. Sistem ini kemudian berkembang sampai akhirnya ada kesepakatan umum untuk menggunakan warna tersebut pada 1935.
Posisi vertikal
Sampai sekitar 1950-an, banyak lampu lalu lintas di persimpangan kota yang dipasang secara horizontal, bukan vertikal seperti sekarang. Seiring berjalannya waktu, susunan vertikal dianggap lebih baik karena posisi tersebut punya keuntungan lain, yaitu memudahkan penyandang buta warna dalam memahami sinyal yang menyala.
Di AS, beberapa lampu lalu lintas bahkan dirancang dengan pinggiran berwarna putih yang dapat menyala dalam kegelapan. Hal ini dapat memudahkan orang buta warna dalam membedakan lampu lalu lintas dengan lampu kendaraan.
Karena alasan-alasan tersebut, posisi vertikal dianggap ideal untuk susunan lampu lalu lintas. Jadilah sampai sekarang kita menggunakannya. Demikianlah sejarah lampu lalu lintas yang kini menjadi standar internasional.