Billy Jonathan memekik riang saat ia berhasil mempertahankan banyak penonton dan mendapat poin besar dalam permainan papan (board game) Pagelaran Yogyakarta, Minggu (7/6) di Bintaro Jaya Xchange. Lawan permainannya, termasuk sang nenek, tersenyum melihat kegirangan Billy.
Pada permainan tersebut, pemain-pemain yang berperan sebagai manajer pertunjukan harus mengelola pementasan yang menarik untuk penonton. Strategi yang dipakai antara lain menyesuaikan jenis pertunjukan dengan minat penonton dan memilah waktu yang tepat untuk pentas. Di sisi lain, para manajer ini juga mesti mengatur anggaran untuk membayar penampil dan ongkos operasional ke gedung pertunjukan.
Uniknya, kartu-kartu pertunjukan pada permainan Pagelaran Yogyakarta ini memuat 20 kesenian lokal Yogyakarta beserta deskripsinya. Kesenian itu antara lain tembang macapat, tari bedaya, wayang kulit, pantomim dari seniman Jemek, Jazz Mben Senen, dan ketoprak. Adhitya Wahyu Purnama, salah satu desainer permainan ini, mengatakan, “Tim kami membuat permainan ini dengan misi ingin memperkenalkan lagi kesenian lokal yang barangkali sekarang sudah jarang ditonton.â€
Pagelaran Yogyakarta adalah satu dari 25 permainan papan (permainan yang menggunakan permukaan datar) yang dipamerkan di Board Game Challenge: Grand Final and Exhibition. Acara yang diselenggarakan 6–7 Juni ini merupakan puncak kompetisi Board Game Challenge yang digagas harian Kompas bersama dengan studio desain gim Kummara di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Sebanyak lima desain terbaik dipilih dari setiap kota. Prototipe desain permainan terpilih inilah yang dipamerkan pada waktu final.
Di setiap kota, tema yang dilempar berbeda-beda. Peserta harus mengerahkan kreativitasnya untuk mengolah tema, seperti “The Story of Yogyakartaâ€, “The Taste of Semarangâ€, “The Spirit of Surabayaâ€, “The Beauty of Bandungâ€, dan “The Dream of Jakartaâ€. Jadilah puluhan permainan yang mengejutkan sekaligus membanggakan. Ya, tema-tema tersebut sengaja diangkat agar para desainer gim ini membuat permainan yang “Indonesia bangetâ€.
Anita, ibu dari Jason dan Jovan yang pada Minggu (7/6) mengunjungi final Board Game Challenge, menganggap acara semacam ini menarik. Awalnya, ia tidak tahu tentang acara ini. Namun, begitu anak-anaknya melihat orang-orang bermain beragam gim papan di meja-meja yang terletak di aula Bintaro Jaya Xchange, mereka langsung begitu antusias. Beragam permainan seperti Balsem (Balap Semarang), Medeni, dan Prambanan, mereka coba satu per satu. “Permainannya seru-seru!†ujar Jovan senang.
Bangun interaksi
Di balik keseruan-keseruan memainkan gim itu sendiri, ada sesuatu yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari permainan papan. Yang langsung terasa, permainan ini menghidupkan lagi interaksi yang begitu hangat antaranggota keluarga, teman, atau orang-orang yang bahkan tidak saling kenal sebelumnya.
Hal tersebut tampak nyata di Bintaro Xchange ketika pameran Board Game Challenge digelar. Dalam satu meja permainan, kita menjumpai keluarga yang semakin akrab atau orang-orang mendapatkan teman baru. Jalinan-jalinan relasi interpersonal pun tersambung.
Selain itu, gim dapat menjadi sarana yang baik untuk edukasi. Dengan bermain, pengetahuan kita bertambah. Kita bisa belajar misalnya tentang sejarah suatu tempat, pengelolaan kota, kuliner, kebudayaan, dan sebagainya. Permainan juga membantu kita mengatur strategi, bahkan belajar mengelola keuangan.
Pada akhir acara, diumumkan pemenang kompetisi ini. Juara pertama sampai ketiga berturut-turut diraih oleh permainan Waroong Wars (Surabaya), Pagelaran Yogyakarta (Yogyakarta), dan Jomblo (Bandung). Sementara itu, juara favorit diraih permainan Monas dari Jakarta.
Waroong Wars adalah permainan yang memperkenalkan kekayaan kuliner Surabaya, seperti sate klopo, lontong balap, tahu tek, dan bebek goreng. Tim ini bahkan membuat model augmented reality (AR) untuk sate kloponya. Permainan Jomblo berkisah tentang perjuangan cinta yang dekat dengan kehidupan remaja. Sementara itu, permainan Monas merupakan gim kooperatif yang terinspirasi permainan tradisional panjat pinang. Para pemainnya harus bahu-membahu untuk mencapai puncak.
Direktur Kummara Eko Nugroho menyatakan kebanggaannya. Dalam waktu hanya sekitar satu bulan, para peserta mampu merancang permainan papan yang begitu kreatif dan layak dikonsumsi masyarakat umum. Salah satu juri ini mengatakan, keputusan penentuan pemenang kemudian diambil berdasarkan potensi permainan, desain prototipe, dan play ability, termasuk pengalaman yang dihasilkan permainan tersebut.
Harian Kompas, sesuai visinya memberi inspirasi kepada bangsa ini, berencana memproduksi dan memasarkan desain sejumlah gim yang dipamerkan dalam ajang Board Game Challenge. Upaya ini diambil dengan keyakinan, permainan papan yang baik dapat mengembalikan waktu berkualitas (quality time) untuk keluarga yang kini makin berkurang. Mengembalikan lagi kehangatan dan keakraban antaranggota keluarga. [NOV]
noted: sebidang papan yang kembalikan keakraban