Bagi NFT Kompas, setahun di skena memberikan banyak kesan dan pengalaman tak terlupakan. Yang paling utama adalah melihat kembali dalam perspektif yang berbeda, bagaimana teknologi ini akan berguna di masa yang akan datang.
Setahun yang lalu, para 28 Juni 2022, Harian Kompas meluncurkan proyek NFT perdana yang disebut dengan Narasi Fakta Terkurasi. Lewat proyek yang merilis sejumlah arsip koran tersebut, Harian Kompas berupaya mengeksplorasi kemungkinan yang bisa dilakukan dalam skena yang naik daun sekitar 6-9 bulan sebelumnya itu. Salah satu perspektif yang dilihat adalah bagaimana NFT dan skenanya ini bisa turut menyemaikan apresiasi terhadap produk atau karya digital.
Momentum perilisan NFT Kompas, pada saat itu, hanya berselang sekitar sebulan dari turunnya mata uang kripto yang sering disebut sebagai awal mula crypto winter atau bear periode. Valuasi dan serapan produk NFT, yang masih bergantung pada mata uang kripto, menjadi salah satu hal yang terkena disrupsi. Proyek mengalami deviasi dan harus dikaji ulang.
Situasi tidak kunjung membaik hingga saat ini. Bisa dibilang, hal ini mengubah perspektif sejumlah proyek, termasuk NFT Kompas, atas apa yang dicari dari skena NFT. Salah satu deviasi yang kemudian diaplikasikan adalah upaya untuk lebih fokus membangun jejaring dalam skena ini. Melalui rilisan kedua, Narasi Foto Terkurasi, Harian Kompas mencoba memperkenalkan produk NFT yang terjangkau, dan harapannya membuka adopsi dan perkenalan bagi mereka yang masih awam.
Dari sisi pengembangan jaringan, aspek ini berhasil mengembangkan pemegang NFT Kompas, dari 48 menjadi lebih dari 150 dompet. Hal ini juga didukung dengan berkembangnya kanal engagement komunitas yang dibuat, di Twitter, Instagram, dan Discord, masing-masing dengan rerata pertumbuhan dua kali lipat.
Narasi Fitur Teknologi
Pertumbuhan tersebut juga didukung dengan sejumlah aktivitas luring seperti display produk NFT Kompas di berbagai kesempatan, yang memicu lebih lanjut awareness mengenai topik NFT dan masa depannya. Momentum tersebut kemudian diikuti Harian Kompas dengan membuka lagi gerbang antara skena NFT yang sudah terbentuk, khususnya di Indonesia, dengan audience umum. Manifestasinya adalah dalam bentuk rubrik Narasi Fitur Teknologi yang hadir setiap hari Rabu, sejak Oktober 2022.
Melalui rubrik tersebut, Harian Kompas berupaya untuk menghubungkan skena, terutama kreator, dengan berbagai pihak mulai dari pembaca individual hingga jenama. Jaringan tersebut, harapannya, bisa membantu pengenalan (awareness) dan kemudian adopsi teknologi NFT dalam praktik yang lebih umum. Rubrik direncanakan agar bisa berkembang sesuai dengan pertumbuhan skena, serta membuka lagi ruang-ruang diskusi mengenai NFT.
Narasi Fitur Teknologi berhasil menjadi ekstensa atau alternatif kanal-kanal engagement komunitas, meski bersifat satu arah. Melalui rubrik tersebut, Harian Kompas mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dan bekerja sama dengan berbagai komunitas, jenama, dan event tertentu yang menjadikan jejaring audience semakin besar.
Lalu, setelah merilis 24 edisi rubrik dan hampir satu tahun dari usia proyek, kini tiba saatnya refleksi. Bagaimana prospek skena ini di kemudian hari?
Masa Depan NFT
Harian Kompas melihat bahwa teknologi ini, suatu saat nanti, akan berkembang sebagai mekanisme verifikasi yang umum digunakan produk digital. Pada saatnya nanti, barangkali istilahnya tidak lagi merujuk kepada NFT, melainkan dengan berbagai bentuk penyebutan seperti halnya dakode dulu yang sekarang menjadi QR.
Produk digital, terutama yang bersifat adiluhung, di masa yang akan datang memerlukan semacam sertifikasi yang membedakan dari produk lain atau turunan dengan kemudahannya digandakan. Hal ini tidak tertutup pada karya seni visual saja, tetapi bisa ke spektrum yang lebih luas hingga produk media.
Teknologi NFT akan semakin terintegrasi, sehingga publik kembali fokus ke nilai intrinsik dari benda atau karyanya. Rantai blok juga bisa menjadi teknologi penengah yang memiliki reputasi dan kredensial yang diterima semua kalangan. Konvergensi fisik dan digital, juga akan membuka peluang integrasi dengan teknologi NFT dan rantai blok yang seamless, tetapi (tetap) diperlukan eksistensinya.
Bagi media seperti Harian Kompas, yang berjuang di dua front (digital dan analog), momen tersebut adalah situasi yang dinanti. Karya jurnalistik yang diproduksi menjadi aset yang mempunyai daur umur lebih panjang, tanpa mengurangi muatan apresiasi dan valuasinya. Newsroom dan produsen konten akan lebih berinvestasi kepada sumber daya kreator, misalnya jurnalis, fotografer, videografer, dan sebagainya.
Namun, menunggu sampai saat itu tiba, Harian Kompas juga menyadari bahwa awareness dan adopsi teknologi NFT belum bergerak ke arah yang menggembirakan. Proyek belum menunjukkan tanda pasang. Kreator juga belum menunjukkan tanda pertumbuhan atau nama-nama baru yang menjadi simbol adopsi. Ketika dunia luring berotasi kembali, seiring dengan status endemi, konvergensi dua front juga menjadi keniscayaan yang mesti segera diadopsi skena.
Kemudian, bagaimana pula teknologi kecerdasan buatan akan mengubah beberapa hal?
Oleh karena itu, sembari melihat kembali apa yang akan terjadi, proyek NFT Kompas akan mengalami transisi. Proses ini digunakan sebagai penyesuaian atas apa yang akan menjadi orientasi dan strategi Harian Kompas dalam berkontribusi ke skena NFT. Petualangan menjadi kreator sudah dijalani. Demikian juga dengan percobaan sebagai media. Kini saatnya melihat kembali prospek dan peran apa yang bisa kembali dijalani.