Kisah hantu legendaris Sadako telah beberapa kali difilmkan. Yang terbaru, Sadako DX, menghadirkan pendekatan yang berbeda. Namun, hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Sadako digambarkan sebagai hantu yang membalas dendam atas kematiannya. Yang unik, ia membunuh korbannya setelah mereka menonton video tertentu. Sehingga video tersebut dianggap video terkutuk.
Sadako DX tidak terkecuali. Dikisahkan, Jepang sedang dilanda “wabah” kematian aneh. Orang-orang tewas setelah menonton sebuah video terkutuk. Menurut Master Kenshin (Hiroyuki Ikeuchi) dalam sebuah acara televisi, seseorang hanya memiliki waktu 24 jam setelah menonton video untuk kemudian mati secara misterius.
Ayaka Ichijo (Fuka Koshiba), seorang mahasiswa pascasarjana yang memiliki IQ 200 tidak percaya. Menurutnya, seharusnya ada penjelasan masuk akal yang berdasarkan sains atas fenomena tersebut. Master Kenshin menantangnya untuk membuktikan ucapannya.
Master Kenshin pun memberikan salinan video terkutuk pada Ayaka. Ia lalu harus berkejaran dengan waktu karena ternyata adiknya Futaba (Yuki Yagi) menonton video tersebut. Sementara itu, ia juga bertemu dengan Oji Maeda (Kazuma Kawamura), seorang yang menyaksikan langsung kematian akibat video terkutuk.
Bersama, mereka berupaya mencari jawaban dalam waktu yang terus menipis. Berhasilkah mereka mengungkap misteri video tersebut dan mengalahkan hantu Sadako?
Komedi
Yang membedakan Sadako DX dengan film-film terdahulu, sekuel terbaru ini memadukan horor dengan komedi.
Hal itu terutama ditampilkan karakter Oji yang konyol dan menjengkelkan. Ada banyak situasi di mana Oji berperilaku tidak sebagaimana mestinya. Dalam beberapa kesempatan, hal itu mengundang tawa. Namun, pada kesempatan lain, tingkah laku yang tidak pada tempatnya itu malah merusak suasana horor yang hendak dibangun.
Menghadirkan kombinasi yang pas antara horor dan komedi tidaklah mudah, karena sejatinya kedua hal tersebut amat bertentangan. Yang satu hendak mengeksploitasi rasa takut, sedangkan satunya memancing tawa. Kombinasi yang gagal hanya akan menghadirkan horor yang nanggung, karena tidak mengundang rasa takut, atau malah menjadi kelucuan yang dipaksakan. Sayangnya, Sadako DX berada di antaranya keduanya.
Sementara itu, karakter Ayaka sebagai protagonis digambarkan pintar dan amat percaya pada sains. Ia bisa menarik kesimpulan logis yang jitu berdasarkan pengamatan atas hal-hal detail dan menghubungkan antar fakta. Gayanya tak ubahnya Sherlock Holmes, seorang detektif yang memecahkan misteri menggunakan pemikiran deduktif.
Interaksi Ayaka yang serius dan Oji yang konyol beberapa kali bisa menghadirkan situasi komedi yang menyegarkan. Namun, ketika berkejaran dengan waktu, seakan Ayaka kehilangan akal sehat dan harus berpaling kepada Master Kenshin.
Sebagai selebritas televisi yang sehari-harinya berprofesi sebagai “orang pintar”, sosok Kenshin cukup menghibur. Jika Ayaka mewakili orang yang bertanggung jawab atas apa yang dikatakan, Kenshin justru tidak tahu apakah yang ia katakan itu benar atau tidak. Ia bahkan mengira pendapat yang diutarakan Ayaka sensasi belaka, seperti halnya yang selalu ia lakukan.
Secara keseluruhan, Sadako DX menjadi film yang serba nanggung. Sebagai film horor, meski menampilkan sosok-sosok hantu dengan dandanan menyeramkan, Sadako DX tidaklah menakutkan. Namun, sebagai komedi, ada banyak situasi yang kurang pas atau malah mengganggu. Sehingga, bukannya lucu, tetapi malah mengesalkan.
Walau masih mengikuti pola film-film Sadako terdahulu, jika Anda ingin menakut-nakuti diri dengan sosok hantu dari Negeri Sakura, inilah bukanlah film yang tepat. Namun, jika masih penasaran, Sadako DX dapat disimak di layar lebar Tanah Air.
Review overview
Summary
6Kombinasi yang kurang memuaskan antara horor dan komedi. Masih seperti film Sadako yang lain, tetapi pendekatannya berbeda.