Rudal atau peluru kendali merupakan senjata militer berbentuk roket yang dilengkapi sistem pengendali otomatis untuk menyasar target secara presisi. Di tengah dinamika geopolitik global, perannya semakin krusial, terbukti dengan insiden jatuhnya rudal di Polandia yang diduga milik Rusia tapi ternyata diluncurkan oleh Ukraina sebagai respons atau serangan. Insiden semacam ini menunjukkan betapa vitalnya sistem rudal dalam pertahanan modern.
Sejarah Singkat
Rudal pertama kali dikembangkan oleh ilmuwan Jerman, yaitu Herman Oberth pada 1923. Ia mempelajari teori astronautika dan menyimpulkan bahwa kendaraan menuju luar angkasa harus memiliki daya dorong roket. Awalnya berbahan bakar padat, kemudian bahan bakar cair dianggap lebih efektif dan menjadi dasar pengembangan peluru kendali modern.Â
Penggunaannya secara masif pertama kali dilakukan oleh Jerman pada Perang Dunia II, dan sejak saat itu teknologi rudal berkembang pesat. Pasca perang, Amerika Serikat dan Rusia saling bersaing menciptakan berbagai jenis rudal, termasuk balistik dan kendali jarak jauh.Â
Meskipun sangat canggih, peluru kendali ini tidak digunakan secara sembarangan. Biasanya digunakan dalam situasi krisis, menjadikannya senjata pamungkas yang diluncurkan saat opsi lain tidak lagi efektif. Di Indonesia, rudal menjadi bagian dari kekuatan pertahanan udara, berfungsi untuk melindungi wilayah dari ancaman di udara.Â
Jenis-Jenis Rudal
SAM-75 (Surface-to-Air Missile)
Jenis ini berasal dari Rusia dan dikembangkan oleh Lavochkin OKB pada 1953. SAM-75 dirancang untuk menargetkan pesawat pada ketinggian menengah hingga tinggi. Prestasinya terbukti ketika berhasil menjatuhkan pesawat mata-mata Amerika U-2 Dragon Lady pada tahun 1960 di ketinggian 50 ribu meter.Â
Rudal Scud
Seri Scud dikembangkan dari teknologi roket V-2 Nazi. Rudal balistik ini memiliki jangkauan pendek dan dapat dilengkapi hulu ledak nuklir maupun kimia. Sejak digunakan oleh Uni Soviet pada 1955, Scud telah tersebar di berbagai negara seperti Korea Utara, Ukraina, Vietnam, dan Yaman.
Rudal Balistik Antarbenua (ICBM)
Jenis ini memiliki jangkauan yang sangat jauh, antara 5.000-12.000 km, dan umumnya dirancang untuk membawa senjata nuklir. Rudal antarbenua menjadi simbol kekuatan strategis dan digunakan untuk menunjukkan kekuatan militer suatu negara. Amerika Serikat mulai mengembangkan ICBM sejak 1959.Â
Dari sejarah Perang Dunia II hingga masa kini, rudal terus menjadi simbol kekuatan militer dan alat pertahanan strategis. Keberadaannya mencerminkan kemajuan teknologi sekaligus ketegangan dalam hubungan internasional. Dalam konteks Indonesia, rudal berperan penting menjaga wilayah udara dari ancaman eksternal, sekaligus menjadi bagian penting dari sistem pertahanan nasional yang tangguh dan adaptif.Â
Baca juga:Â Alutsista Kapal Selam Nuklir, Tak Isi Bahan Bakar hingga 25 Tahun