Masyarakat yang tinggal di kota besar semakin sulit menemukan tempat untuk sekadar bertemu dan mengobrol santai sembari melepas penat akibat pekerjaan. Akhirnya, acara musik kerap dijadikan tempat bertemu.
Sayangnya, konsep acara atau festival musik untuk menjadi ruang temu dan interaksi tidak tercapai. Konsep yang kita pahami soal festival musik: beli tiket, nonton musik bareng, setelah selesai, pulang. Tak ada waktu untuk sejenak menikmati musik sembari berbincang atau berdiskusi.
Hal inilah yang mendasari Ruru Corps, sebuah biro komunikasi visual gabungan dari Ruangrupa, Forum Lenteng, dan SERRUM menghelat RRREC In The Valley 2015 di Tanakita Camping Ground, Sukabumi, Jawa Barat. Festival ini berlangsung pada 25–27 September 2015.
Festival Director Indra Ameng menjelaskan, RRRec In The Valley ini tidak hanya dihadirkan untuk menjadi festival musik tahunan, tetapi juga cara untuk berakhir pekan dengan suasana yang berbeda.
“Di sini, orang tidak hanya libur atau mendengarkan musik, tetapi juga bisa ketemu dan mengobrol di ruang terbuka yang lebih segar. Suasananya pun baru karena pengunjung harus kemping selama 3 hari 2 malam,†ujarnya.
RRRec In The Valley 2015 menyuguhkan penampilan musisi berkualitas selama 3 hari. Mereka antara lain Efek Rumah Kaca, Sigmun, Stars & Rabbit, Polka Wars, OM Pengantar Minum Racun, dan Silampukau. Hadir pula musisi asing, antara lain Tenniscoats dan DJ Sniff (Jepang), Kok Siew-Wai (Malaysia), dan Yui-Saowakhon Muangkruan (Thailand).
RRRec In The Valley 2015, imbuh Ameng, bisa menjadi sebuah platform untuk pertemuan antara penikmat musik dan seni, para seniman, aktivis, dan warga setempat, serta publik dari berbagai lintas disiplin. Acara ini pun tidak hanya menyajikan musik, tetapi juga diskusi tentang hal-hal yang dekat dengan keseharian, workshop, bahkan acara untuk anak.
Berbagai program di festival ini, lanjut Ameng, digunakan untuk menjembatani para pelaku seni dengan para pengunjung. Dari situ, sebuah jaringan yang berujung pada kreativitas bisa lahir.
“Jadi, saat seseorang ikut acara ini, tidak hanya hiburan yang didapatkan. Dia juga bisa belajar tentang banyak hal dari diskusi dan pelatihan, jadi bisa dapat sesuatu lebih dan jejaring kerja baru,†ujarnya.
Melebur batas
RRRec In The Valley 2015 juga menciptakan sebuah ajang untuk meleburkan batasan yang kerap terjadi antara artis dan penggemar. Keke Tumbuan, salah satu kurator dan rekan kerja Ameng, mengatakan, acara ini bermaksud untuk menghapus sekat seperti itu.
“Di sini, kami berusaha menciptakan suasana tanpa batas antara artis , organizer acara, dan penonton. Mereka bisa mengobrol langsung, makan bareng, dan bukan tidak mungkin antre kamar mandi bareng. Dari situ, siapa tahu terjadi interaksi dan muncul ide baru yang lebih berani dan di luar dugaan,†ujarnya.
Keke menambahkan, seluruh program ini dipikirkan bersama hingga mendetail. Oleh karena itu, untuk kurasi program, Ameng dan Keke (The Secret Agents) dibantu oleh Dimas Ario dan Natasha Abigail (Pasangan Baru) serta DJ Sniff dari Jepang.
“Selain kurasi, program dan penempatan penampilan pemusik kami pikirkan. Misalnya, band ini cocoknya habis makan siang, kalau ini untuk malam saja. Hal-hal tentang kenyamanan juga kami pikirkan. Mulai dari pengurangan pengisi acara dibanding tahun lalu. Karena kami ingin pengunjung juga menikmati alam dan punya waktu untuk santai,†ujarnya.
Lewat acara ini, Ameng dan kawan-kawan juga bertujuan untuk membangun jaringan kerja dan pertemanan di Asia Tenggara. Oleh karena itu, selain menghadirkan penampil dari negara tetangga, diadakan sebuah diskusi bertajuk “Festival di Asiaâ€. Ada pula program residensi seniman yang melibatkan penduduk setempat dalam penciptaan karya.
“Konsep acara dan tempat akan kami coba pertahankan hingga beberapa tahun ke depan untuk mencapai tujuan sebagai ruang temu untuk menjembatani tadi. Oleh karena itu, kami tidak membuka daily pass walaupun banyak permintaan. Mereka harus menginap di sini, bahkan para musisi dan seniman pun kami usahakan juga untuk menginap selama 3 hari,†ujar Ameng.
Vokalis Polka Wars Aeng mengapresiasi acara ini. Menurut Aeng, acara ini keren. “Mulai dari panggung sampai suasananya, acara ini keren banget. Pengisi acara lainnya pun juga bagus-bagus.â€
RRRec In The Valley 2015 akhirnya mampu menjadi pembeda di tengah beragamnya festival musik di Indonesia. Selain itu, festival ini membuka paradigma baru bahwa sebuah pertunjukan musik tidak melulu soal hiburan.
“Kami juga berusaha melestarikan budaya nongkrong sebab berdiskusi serius pun bagi orang Indonesia tidak harus formal. Nongkrong sembari minum kopi pun bisa menjadi serius,†kelakar Ameng. [BENEDICTUS YURIVITO KN]
noted:Â Ruang Temu Alternatif Berbalut Festival Musik