Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat pantas mendapatkan pengakuan sebagai salah satu buku self-help terbaik. Ia membantu kita bukan dengan memotivasi untuk berpikir positif atau bersikap optimistis, melainkan melihat diri dan peristiwa di sekitar kita seutuhnya, secara realistis.

Realistis di sini berarti, seperti kata Manson, menerima bahwa beberapa penderitaan memang mustahil untuk dihindari. Dan, ketika bisa “nyaman” dengan hal-hal buruk yang mungkin terjadi, kita tak terkalahkan pada level spiritual yang paling dasar. Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya. Menurut Manson, inilah sumber kekuatan yang paling nyata.

“Inilah buku yang membuat Anda bergerak secara ringan tak peduli seberapa berat beban Anda, beristirahat dengan lebih mudah ditemani ketakutan terbesar Anda, menertawakan air mata Anda yang saat tumpah, bercucuran,” tulis Manson.

Tapi, mungkin, seperti banyak pembaca lain, Anda bertanya-tanya: mengapa kita mesti bersikap masa bodoh? Setelah membaca buku ini kita tahu, yang dimaksud Manson adalah pentingnya memilih hal-hal tertentu untuk kita pedulikan dan untuk tidak kita pedulikan. Ini tentang memilih nilai-nilai yang ingin dan rela kita perjuangkan.

Foto-foto: Iklan Kompas/ Iwan Andryanto.

Manson menjelaskan tiga “seni” tentang apa yang dimaksudkannya dengan masa bodoh. Pertama, masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. Kedua, untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan. Ketiga, entah disadari ataupun tidak, Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.

Manson adalah pencerita yang baik dan pemilih kisah yang jitu. Ia membagi buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat menjadi 9 bab. Ide-ide pokoknya tegas. Gaya penulisannya lugas, humoris, dan sarkastis.

Manson juga memilih ilustrasi-ilustrasi yang terasa tepat untuk mengantar kita sampai pada gagasannya. Ia berkisah, misalnya, tentang Letnan Onoda dari Jepang yang bergerilya di pulau kecil di Filipina selama hampir 30 tahun, Dave Mustaine yang didepak dari Metallica dan “membalas dendam” dengan membuat bandnya sendiri, atau Picasso yang memberi harga tidak masuk akal untuk selembar tisu yang digambarnya di sebuah kedai. Semua menuntun kita pada pelajaran-pelajaran yang penting.

Ada satu bab menarik dalam buku ini, bagian tentang kematian. Manson mengawalinya dengan kisah traumatis, ketika sahabatnya tewas karena terjun dari tebing. Poin bab ini terletak pada perlunya keberanian dan keterbukaan untuk menghadapi kenyataan mengenai kematian kita sendiri. Bukan hanya karena kematian tak terelakkan, tetapi terutama karena semua pengalaman dan hal-hal di dalam hidup hanya akan jadi bermakna karena suatu hari kita akan mati. Jadi, hiduplah sehidup-hidupnya dan rengkuhlah kematian sebagai bagian dari hidup.

Kita bisa menutup buku ini dengan kesadaran, mengejar mimpi dan menjadi apa yang kita inginkan adalah realistis. Dan, untuk itu, kita mesti mengerahkan energi pada hal-hal yang layak kita pedulikan.

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Penulis             : Mark Manson

Penerbit          : Grasindo

Tahun terbit    : 2019 (cetakan XX)