Eric (SkarsgÃ¥rd) dan Shelly (FKA Twigs) dibunuh secara brutal. Di alam kematian, Eric tidak bisa tenang. Dituntun seekor gagak, ia mendapatkan kekuatan supernatural untuk membalas dendam pada mereka yang bertanggung jawab atas kematian Shelly.Â
Meski misinya dipenuhi kekerasan, dorongan Eric bukanlah kemarahan, melainkan cinta. Akankah ia berhasil menuntut balas?
Baca juga: It, Teror Sang Badut
Sentuhan modern
Kisah The Crow mengacu pada serial komik karya James O’Barr yang terbit pada 1989. Sempat difilmkan dengan bintang utama Brandon Lee, putra mendiang jagoan kungfu Bruce Lee. Edisi baru ini menandai tiga dekade tragedi di balik layar yang merengut nyawa Brandon Lee
Sutradara Rupert Sanders, yang dikenal lewat Snow White and the Huntsman dan Ghost in the Shell, mengambil kendali untuk menghidupkan kembali kisah kelam Eric Draven. “The Crow adalah anti-superhero asli. Kisahnya tentang kehilangan yang tragis, tentang berurusan dengan rasa sakit dari segala sesuatu yang datang dengan kehilangan seseorang yang Anda cintai,” ungkap Sanders tentang versi besutannya.
The Crow versi 2024 ini tampil dengan wajah baru yang segar dan modern, jauh dari nuansa gotik yang kental pada film pendahulunya. Penggunaan palet warna yang lebih cerah dan sinematografi yang dinamis berhasil menciptakan atmosfer yang kelam namun tetap memikat.Â
Skarsgård, yang sukses menakuti penonton sebagai Pennywise dalam serial It, kembali membuktikan kemampuannya dalam menghidupkan karakter penuh luka batin. Eric Draven versinya adalah sosok yang dingin dan penuh amarah, namun tetap menyimpan sisi rapuh yang membuatnya mudah terhubung dengan penonton.
“Saya adalah penggemar berat film aslinya saat tumbuh dewasa,” ungkap SkarsgÃ¥rd. Ia merasa sangat tersanjung mendapat peran Eric. “Tetapi yang benar-benar menarik saya adalah apa yang ingin Rupert Sanders lakukan dengannya. Dia ingin sepenuhnya membayangkan kembali cerita dan karakternya serta menyesuaikannya dengan penonton modern,” ujarnya.
Baca juga: It Chapter Two, Bersama Melawan Rasa Takut
Cinta yang Melampaui Batas
Kisah cinta Eric dan Shelly menjadi pusat emosi film ini. Eric, yang telah terbiasa dengan kekerasan dan penganiayaan, menemukan harapan dan kebahagiaan dalam diri Shelly. Kehilangan Shelly membuatnya hancur, dan kemarahannya menjadi bahan bakar bagi misi balas dendamnya.Â
FKA Twigs, yang memerankan Shelly, berhasil menghadirkan sosok yang kuat dan penuh kasih sayang, menjadi cahaya dalam kegelapan hidup Eric. “Ikatan Eric dan Shelly yang tak tergoyahkan begitu mendalam dan indah, sesuatu yang saya harap kita semua rasakan setidaknya sekali sebagai bagian dari pengalaman manusia.”Â
Pasangan beda ras ini juga memberikan sentuhan multikultural yang menyegarkan, mencerminkan keberagaman dunia modern. Sementara itu, penggambaran “dunia kematian” sebagai stasiun kereta api yang sunyi menjadi salah satu elemen menarik dalam film ini. Belum lagi sosok penunggu stasiun yang misterius, diperankan dengan apik oleh Danny Huston.Â
Sadis dan Penuh Darah
Bagi penonton yang sensitif terhadap kekerasan, perlu diingat bahwa The Crow tidak segan menampilkan adegan-adegan sadis dan brutal. Balas dendam Eric dipenuhi dengan darah dan penderitaan, sesuai dengan tema gelap film ini. Meski demikian, kekerasan yang ditampilkan tidak terasa berlebihan dan tetap relevan dengan jalan cerita.
The Crow berhasil menghidupkan kembali legenda Eric Draven dengan sentuhan modern yang memikat. Visual yang menawan, akting yang kuat, dan eksplorasi tema-tema universal seperti cinta, kehilangan, dan balas dendam membuat film ini layak untuk ditonton. Meski terdapat beberapa kekurangan, seperti akhir cerita yang terlalu sadis, The Crow tetap menawarkan pengalaman sinematik yang intens dan menggugah emosi.
The Crow sudah diputar di layar bioskop Tanah Air, jangan sampai ketinggalan.
Review overview
Summary
7Kisah tentang seorang yang membalas dendam atas kematian kekasihnya. Dengan bantuan burung gagak, ia mendapatkan kekuatan untuk memperbaiki hal yang keliru.